Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
70
1. Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna. Program ini merupakan dukungan dari
APBD. Indikator outcome dari program ini adalah service per conception SC dan CR conception Rate. Capaian outcome tahun 2015 adalah SC 2,10 dan
CR 47,62. Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah nilai SC dan CR rendah mempengaruhi keberhasilan kebuntingan sehingga dari
3.035 akseptor hanya 2.050 ekor sapi yang berhasil bunting. Bila dilihat dari capaian tujuan, dari 2.050 ekor sapi yang bunting hasil IB terdapat kelahiran
hasil IB 1.462 ekor atau sebesar 71,32 dari kebuntingan hasil IB, sehingga sapi yang bunting pada bulan mei ke atas kelahirannya di tahun depan.
2. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan produksi ternak. Program ini merupakan
dukungan APBN. Capaian dari program ini adalah tersedianya distribusi semen beku dan operasional IB, tersedianya N2 cair, penguatan manajemen IB serta
penyediaan sarana dan peralatan IB. Capaian ini merupakan dukungan terhadap capaian sasaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah
kebuntingan hasil IB.
3. Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan KK
Ketersediaan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat
tercukupi. Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan sangat berkurang dalam jumlah dan kualitasnya. Oleh sebab itu, berbagai teknologi pakan
ternak diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan terutama pada masa musim kering yang panjang, meningkatkan kualitas pakan atau mengoptimumkan
kerja rumen, sehingga produksi ternak dapat ditingkatkan.
Tabel 9.1. Pengukuran capaian sasaran strategis 2 dua pada sasaran 2.3
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
71
Tabel 9.2. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 2.3 Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena jumlah peternak yang
memanfaatkan teknologi pakan mencapai 74 KK dengan capaian 113,85 dari target 65 KK. Peternak yang memanfaatkan teknologi pakan tergantung alokasi
bantuan alat pengolahan pakan dan pelatihan teknologi pakan yang diberikan kepada peternak. Sesuai kriteria penerima bantuan alat pengolah pakan bahwa 1
unit termanfaatkan oleh 10-15 KK. Pada tahun 2015. Teknologi pakan yang diterapkan adalah teknologi silase sebanyak 74 KK antara lain Balikpapan 9 KK,
Kukar 5 KK, Berau 6 KK, Paser 12 KK, Kutim 5 KK, PPU 3 KK dan Kubar 1 KK serta teknologi amoniase 33 KK di Kutai Kartanegara.
Pada tahun 2014, jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan ditargetkan pada tahun 2014 mencapai 30 KK sehingga terdapat kenaikan peternakan yang
memanfaatkan teknologi pakan 44 KK atau dengan capaian 146,77. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya minat peternak dalam menggunakan teknologi
pakan untuk mempermudah pemberian pakan ternak serta dapat menghemat tenaga dan waktu.
Tabel 9.3.Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.3
Dari tabel di atas, terlihat perkembangan peternak yang memanfaatkan teknologi pakan terlihat fluktuatif. Bila dilihat dari capaian 2013, terdapat penurunan
pemanfaatan teknologi pakan dari tahun 2013 ke 2014 karena penggunaan teknologi pakan ternak dilakukan bila ketersediaan pakan tidak mencukupi sehingga
peternak belum memanfaatkan teknologi pakan ternak secara optimal dan adanya
NO INDIKATOR
SATUAN 2014
2015 KINERJA
NAIK TURUN
1 2
3 4
5 6
3 Jumlah peternak yang
KK 30
74 146,67
memanfaatkan teknologi pakan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
72
penghematan dana APBD. Namun capaian 2014 terhadap 2015 terlihat adanya peningkatan jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan.
Pada grafik di atas, terlihat adanya peningkatan masyarakat yang memanfaatkan teknologi pakan. Ini berarti menunjukkan bahwa ketertarikan masyarakat dalam
pemanfaatan teknologi pakan cukup baik, sehingga diharapkan penggunaan teknologi pakan tidak hanya karena ketersediaan pakan masih cukup namun bisa
dimanfaatkan untuk menekan biaya pakan yang cukup tinggi. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemanfaatan teknologi pakan
adalah minat dan ketertarikan peternak untuk memanfaatkan teknologi pakan serta pengetahuan peternak yang belum memahami tentang penggunaan teknologi
pakan. Solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
sosialisasi pakan ternak kepada peternak mengenai teknologi merubah bentuk yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan dan memfasilitasi
penyediaan pakan ternak melalui prasarana dan sarana pengembangan pakan ternak.
Target jumlah masyarakat yang memanfaatkan teknologi pakan di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 340 KK, namun realisasi dari tahun 2013 ke 2015 mencapai
149 KK, sehingga masih diperlukan 191 KK untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu
melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra yaitu :
1 Peningkatan pengetahuan peternak mengenai wawasan teknologi pakan ternak melalui sosialisasi dan pembinaan agar peternak dapat memanfaatkan teknologi
pakan ternak untuk meningkatkan produksi ternak dan dapat menekan biaya pakan.
20 25
45 30
74 2011
2012 2013
2014 2015
Grafik 18. Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan KK
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
73
2 Diperlukan fasilitasi penyediaan pakan ternak yang dapat menjamin penyediaan pakan secara kontinyu melalui pembangunan lumbung-lumbung
pakan dari tingkat yang paling bawah, yaitu di tingkat peternak atau kelompok, sampai tingkat Provinsi atau wilayah tertentu.
Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk meningkatkan jumlah peternakan yang memanfaatkan teknologi pakan
adalah : 1. Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan
Teknologi Peternakan Tepat Guna. Program ini merupakan dukungan dari APBD. Indikator outcome dari program ini adalah produksi pakan hijauan.
Capaian outcome tahun 2015 sebesar 23.766 ton atau sebesar 61,06 dari target 38.920 ton. Realisasi tidak mencapai target karena musim kemarau yang
panjang menyebabkan rumput hijauan pakan ternak mengalami kekeringan sehingga mempengaruhi produksi hijauan pakan ternak. Keterkaitan capaian
outcome dengan capaian sasaran adalah produksi pakan hijauan menurun menyebabkan banyak peternak yang memanfaatkan teknologi pakan agar dapat
memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Artinya dengan menurunnya produksi pakan hijauan maka penggunaan teknologi pakan dapat termanfaatkan karena
tidak adanya ketersediaan pakan, sehingga mau tidak mau peternak harus menggunakan teknologi pakan karena selama ini penggunaan teknologi pakan
ternak dilakukan bila ketersediaan pakan tidak mencukupi.
2. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan produksi pakan ternak. Program ini merupakan salah satu
dukungan dari dana APBN. Capaian dari program ini adalah tersedianya alat pengolahan pakan dalam pengembangan indukan sapi potong melalui integrasi
sapi-sawit berupa APPO. Penggunaan APPO sebagai salah satu penerapan teknologi pakan ternak. Pada tahun 2015, APPO yang sudah dimanfaatkan oleh
peternak ada 43 KK yaitu kelompok ternak yang sudah mendapat sapi indukan Brahman Cros di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara PPU.
Tabel 9.4. Alternative Solusi pada Sasaran 2 dua.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
74
Dari tabel tersebut terlihat tingkat efisiensi capaian sasaran ini sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa capaian sasaran tinggi apabila serapan anggarannya tinggi. Untuk
itu, solusi terhadap pemecahan masalah dapat teratasi dengan Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat
Guna dan Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat.
Capaian Sasaran Strategis 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging
Jumlah Usaha yang memperoleh Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner NKV Nomor Konrtol Veteriner atau disingkat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis
yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan Permentan
Nomor 381KptsOT.140102005. Setiap pelaku usaha wajib mencantumkan nomor NKV, untuk daging diberikan stempel pada daging dan atau label pada kemasannya,
untuk telur diberikan stempel pada kerabang dan atau label pada kemesannya; untuk susu diberikan label pada kemasannya. Penulisan NKV terdiri dari rangkaian angka
yang menunjukkan jenis, lokasi, dan nomor urut registrasi unit usaha.
Tabel 10.1. Pencapaian Sasaran Strategis 3 tiga
Tabel 10.2. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 3
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
75
Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena jumlah usaha yang memperoleh sertifikat Nomor Kontrol VeterinerNKV mencapai 8 usaha atau dengan
capaian sebesar 160 dari target 5 usaha. Usaha peternakan telah memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi akan memperoleh NKV. Pada tahun 2014 usaha yang
memperoleh sertifikat NKV ada 2 usaha sedangkan pada tahun 2013 ada 11 usaha. Dengan tersertifikasinya NKV pada unit usaha pangan asal hewan, maka unit usaha
tersebut telah dapat dipercaya oleh pemerintah untuk memasarkan usahanya. Legitimasi yang diberikan pemerintah tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah
pada unit usaha untuk melakukan aktivitasnya dalam pengelolaan hewan atau bahan dan hasil bahan asal hewan. Sertifikat tersebut tidak diberikan secara langsung, namun
harus melalui sistim audit baik audit syarat administrasi maupun audit unit usaha yang dimiliki.
Tabel 10.3.Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 3
Dari tabel di atas, jumlah usaha yang memperoleh sertifikat NKV terlihat fluktuatif setiap tahunnya. Bila dilihat pada capaian 2014 ke 2015 terdapat kenaikan usaha yang
ber-NKV sebanyak 6 usaha. Namum bila dilihat dari capaian 2013, terdapat penurunan usaha sebanyak 9 usaha karena untuk memperoleh NKV harus memenuhi persyaratan
higienis sanitasi sebagai usaha yang produknya layak untuk dikonsumsi masyarakat. Pelaku usaha yang memperoleh sertifikat NKV di Kalimantan Timur dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 10.4 Pelaku usaha yang memperoleh NKV tahun 2015 di Kaltim
NO NAMA PELAKU
USAHA ALAMAT
LOKASI NKV
1 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
RPH Giri Mukti PPU
RPH 640930004-020
2 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
PT. Agro Bogor Utama Balikpapan ID 6471020001-019
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
76
NO NAMA PELAKU
USAHA ALAMAT
LOKASI NKV
3 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
PT. Rizki Berkah Abadi Samarinda
KD 6472060004-020
4 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
PT. Pangan Sari Utama Balikpapan KD 6471010005-021
5 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
PT. Hero Supermarket, Tbk. Group Giant Ekstra
Balikpapan Utara
KD 6471010006-022
6 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
PT. Sukanda Jaya Jl. Mulawarman
Balikpapan ID 6471010007-017
7 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
Anisa DN
Usaha pengolahan daging
Samarinda TPD 6472060003-023
8 DistributorRitailkios
daging dan
hasil olahan
UD. Q-ta Jl. Perdan Bengalon
Sangatta TPD 6404041011-024
Permasalahan yang dihadapi dalam memperoleh sertifikat NKV yaitu pelaku usaha belum sepenuhnya memahami tentang higienis dan sanitasi terhadap produk yang
dihasilkan. Pada kelompok usaha pangan asal ternak, distributor dan retail sebagian belum menerapkan pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal ASUH.
Selain itu, usaha pengolahan yang ada masih sebagai usaha sampingan sehingga pelaku usaha tidak konsisten dalam menjalankan usahanya tergantung ketersediaan bahan
baku. Solusilangkah-langkah yang dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur
dalam memecahkan permasalahan yaitu
1 sosialisasi NKV kepada pelaku usaha dan masyarakat melalui pemberian brosur- brosur mengenai NKV;
2 pembinaan melalui higienis sanitasi usaha pengolahan hasil peternakan, public awareness, Good Manufacturing Produk GMPPengolahan Produk yang Baik;
3 Fasilitasi peralatan yang memadai serta 4 mendorong pelaku usaha untuk memiliki izin usaha.
Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk meningkatkan usaha yang memperoleh sertifikat NKV adalah Program
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
77
Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan melalui kegiatan Pengembangan pemasaran hasil peternakan. Capaian outcome dari program ini yaitu jumlah usaha pengolahan
hasil peternakan. Pada tahun 2015 mencapai 4 unit usaha pengolahan hasil peternakan yaitu usaha telur asin Bu Endang di Kutai Kartanegara, ayam kampung Q-TA di Kutai
Timur, Abon Ayam Bintang Milono di Balikpapan dan Kelompok bakso Arema di Samarinda.
Tabel 10.5. Alternative Solusi pada Sasaran 3 tiga. Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi sasaran ini sangat baik. Sasaran
tercapai sebesar 160 karena serapan anggaran tinggi mencapai 99,44. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan melalui
pelaksanaan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan melalui kegiatan Pengembangan pemasaran hasil peternakan. Sehingga capaian sasaran akan tercapai
apabila realisasi programkegiatannya tinggi. Target usaha yang memperoleh sertifikat NKV pada target akhir Renstra tahun 2018
adalah 44 unit usaha, namun realisasi dari tahun 2013 ke 2015 mencapai 21 unit usaha, sehingga masih diperlukan 23 unit usaha baru yang bersertifikat NKV dan
perpanjangan sertifikat NKV jika usaha tersebut telah habis masa berlakunya NKV. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya
untuk mencapai target akhir periode Renstra antara lain
1 adanya komitmen dan kerja sama secara baik dari semua pihak baik Pemerintah Pembuat Kebijakan dan Instansi terkait komitmen membuat aturanregulasi
guna menciptakan unit usaha pangan asal hewan dengan perijinan yang tertib, 2 operasional unit usaha sesuai aspek kesehatan yang berwawasan ramah
lingkungan, 3 pembinaan dan pengawasan berkelanjutan;
4 Pelaku Usaha komitmen memenuhi rambu –rambu yang ditetapkan pemerintah
guna menyediakan pangan asal hewan yang berkualitas; 5 Surveilans pra NKV dan NKV; serta
6 Pembinaan penerapan kesrawan pada unit usaha ternak.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
2015
78
Selain itu, diperlukan kepedulian masyarakat terhadap pembelian produk yang telah tersertifikasi NKV, apabila belum ada maka konsumen sebaiknya menanyakan kepada
pelaku usaha apakah tersedia produk yang tersertifikasi NKV, bila perlu menanyakan apakah ritel atau cold storage atau tempat pengolahannya telah berNKV. Kepedulian
konsumen sangat memotivasi para pelaku usaha untuk lebih bertanggung jawab dengan membuat unit usahanya tersertifikasi NKV, hal ini memberikan pengaruh yang
sangat baik dalam penyediaan produk yang berkualitas dan ASUH dari unit usaha tersebut.
C. Realisasi Anggaran
1. Realisasi Keuangan