1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Penelitian
Ketuban  pecah  dini  KPD  terjadi  pada  sekitar  sepertiga  dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas
perinatal  yang  signifikan.  Ini  biasanya  berhubungan  dengan  periode singkat antara pecah ketuban dan pelahiran, peningkatan risiko infeksi
perinatal,  dan  kompresi  tali  pusat.  Ketuban  pecah  dini  dapat  terjadi pada  usia  kehamilan  aterm  maupun  preterm  KPDP.  Angka
morbiditas  dan  mortalitas  yang  lebih  tinggi  pada  ketuban  pecah  dini prematur terkait baik secara independen maupun dengan peningkatan
angka kelahiran prematur.
1
Di  Indonesia  angka  kematian  ibu  masih  tinggi  dan  merupakan masalah  yang  menjadi  prioritas  di  bidang  kesehatan  disamping
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat.  Menurut  hasil  Survei  Demografi  Kesehatan  Indonesia
SDKI  2012  menyebutkan  Angka  Kematian  Ibu  AKI  sebanyak 359100.000  kelahiran  hidup  dan  Angka  Kematian  Neonatal  AKN  di
Indonesia  sebesar  19  kematian1000  kelahiran  hidup  dan  Angka Kematian  Bayi  AKB  sebesar  32  kematian1000  kelahiran  hidup.
2
Penyebab langsung utama morbiditas maternal termasuk perdarahan, infeksi,  tekanan  darah  tinggi,  aborsi  yang  tidak  aman,  dan  partus
Universitas Sumatera Utara
2
macet.  Diantara  seluruh  kematian  neonatal,  75  terjadi  pada  minggu pertama kehidupan, dan dari jumlah kematian tersebut, 25-45 terjadi
dalam  24  jam  pertama.  Penyebab  utama  kematian  neonatus  adalah prematuritas  dan  berat  badan  lahir  rendah,  infeksi,  asfiksia,  trauma
persalinan,  dan  abnormalitas  kongenital.  Penyebab-penyebab  ini terdapat  pada  80  kematian  di  kelompok  usia  ini.  Dua  pertiga
kematian  neonatus  dapat  dicegah  bila  tersedia  intervensi  kesehatan yang  umum  dan  efektif  selama  kehamilan,  persalinan,  dan  minggu
pertama kehidupan. Fungsi  mekanik  normal  membran  korioamnion  yang  intak
penting  terhadap  keberhasilan  reproduksi  manusia.  Lapisan  amnion dan  korion,  terpisah  dan  bersama-sama  sebagai  korioamnion,
berfungsi sebagai barrier dan container selama kehamilan, dan kedua peran  penting  ini  dibutuhkan  sejak  konsepsi  hingga  lahir.  Kejadian
“keluar  air”  merupakan  tanda  persalinan  dan  pelahiran.  Ruptur mekanik  membran  korioamnion  merupakan  bagian  dari  proses  alami
persalinan  aterm,  namun  memiliki  implikasi  serius  bila  ruptur  terjadi sebelum  aterm.  Ruptur  korioamnion  sebelum  waktunya  KPDP
berkaitan  dengan  sepertiga  kelahiran  prematur.  Karena  hubungannya dengan  kelahiran  prematur  dan  morbiditas  perinatal,  ketuban  pecah
dini  telah  menjadi  subyek  dari  banyak  penelitian  klinis  dan epidemiologi  dalam  upaya  untuk  mengidentifikasi  faktor  resiko
predisposisinya.  Sayangnya,  banyak  literatur  lama  terhambat  oleh
Universitas Sumatera Utara
3
definisi  nomenklatur  yang  buruk  dan  kurangnya  diferensiasi  antara ketuban  pecah  dini  yang  terjadi  pada  usia  kehamilan  aterm
dibandingkan prematur.
3
Penyebab  ketuban  pecah  dini  adalah  multifaktorial.  Kondisi yang  menyebabkan  peregangan  berlebihan  padauterus  seperti
kehamilan  multipel  dan  polihidramnion  merupakan  predisposisi ketuban  pecah  dini.  Faktor  klinis  yang  berhubungan  dengan  KPDP
antara lain merokok, status ekonomi rendah, indeks berat massa tubuh rendah,  infeksi  saluran  kemih,  perdarahan  pervaginam  sesewaktu
dalam  kehamilan,  serklase  serviks,  amniosintesis,  aktivitas  seksual sebelumnya,  nutrisi  yang  jelek,  infeksi  intra  amnion  dan  riwayat
obstetri  buruk  sebelumnya  seperti  ketuban  pecah  dini  dan  persalinan prematur.  Namun,  kebanyakan  kasus  KPDP  terjadi  tanpa  faktor
risiko.
3-5
Telah  dihipotesiskan  bahwa  ketuban  pecah  dini  mungkin disebabkan  defisiensi  struktural  pada  membran  korioamniotik.
Beberapa  penulis  telah  meneliti  kandungan  kolagen  dari  membran janin  untuk  menunjukkan  perbedaan  dalam  arsitektur  membran  yang
berhubungan dengan penyebab abnormalitas struktur sehingga terjadi ketuban  pecah  dini.  Kanayama  dkk.
6
membandingkan  kandungan kolagen pada sembilan amnion dari persalinan KPDP dengan sepuluh
amnion  dari  persalinan  prematur  tanpa  KPD.  Mereka  melihat  rasio yang  menurun  secara  signifikan  dari  kolagen  tipe  III  pada  pasien
Universitas Sumatera Utara
4
KPDP  dibandingkan  dengan  persalinan  non-KPD  dan  penurunan kadar  kolagen  total  KPDP  350±70  gmg  vs  587±84  gmg,  P0,01.
Mereka menyimpulkan bahwa pengurangan khususnya kolagen tipe III yang  berfungsi  sebagai  pendukung  dalam  matriks  ekstraseluler
membran akan
mengurangi sifat
daya rentang
membran korioamniotik.  Penurunan  kandungan  kolagen  total  amnion  juga
dicatat  pada  pasien  dengan  KPD  pada  usia  kehamilan  yang  berbeda dalam sebuah studi oleh Skinner dkk.
7
Severi  dkk.
8
pada  tahun  2008  meneliti  ketebalan  selaput ketuban dengan USG, untuk dikombinasikan dengan marker lain agar
dapat  memberikan  kemampuan  diagnostik  persalinan  prematur  yang lebih  baik.  Mereka  mendapatkan  bahwa  wanita  yang  melahirkan
prematur  memiliki  selaput  ketuban  yang  lebih  tebal  daripada  yang melahirkan aterm 1.67 ± 0.27 mm vs. 1.14 ± 0.30 mm, P  0.0001.
Pada  suatu  penelitian  oleh  Park  JC  dkk.  tahun  2003  yang membandingkan ketebalan dan perubahan histopatologis pada selaput
ketuban  antara  KPD  dan  selaput  ketuban  utuh  setelah  pelahiran, didapatkan  hasil  bahwa  pada  KPDP  ditemukan  rerata  ketebalan
selaput  ketuban  yang  lebih  kecil  daripada  persalinan  preterm  tanpa KPD,
namun hasilnya
tidak signifikan.
Sedangkan pada
perbandingannya,  selaput  ketuban  pada  kehamilan  usia ≥37  minggu
dijumpai lebih tipis daripada kehamilan usia 37 minggu.
9
Universitas Sumatera Utara
5
1.2. Rumusan Masalah