Pengaruh Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012
PENGARUH PERSEPSI IBU BAYI/BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE DAN PROGRAM PENCEGAHAN DIARE TERHADAP TINDAKAN
PENCEGAHANNYA DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH :
INDAH ASTATI NIM. 061000186
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
PENGARUH PERSEPSI IBU BAYI/BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE DAN PROGRAM PENCEGAHAN DIARE TERHADAP TINDAKAN
PENCEGAHANNYA DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
INDAH ASTATI NIM. 061000186
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(3)
ABSTRAK
Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan bayi dan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Berdasarkan data profil Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2012 Desa Tanjung Anom merupakan urutan tertinggi untuk kasus diare untuk usia bayi/balita yaitu sebesar 227 kasus.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi tentang kerentanan penyakit diare, persepsi tentang keparahan penyakit diare, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi dan balita dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi tentang kerentanan penyakit diare (p=0,025<0,05), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah persepsi tentang keparahan penyakit diare (p=0,988>0,05), persepsi tentang manfaat pencegahan diare (p=0,639>0,05), persepsi tentang hambatan pencegahan diare (p=0,183>0,05) dan persepsi tentang program pencegahan diare (p=0,317>0,05).
Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Pancur Batu sebaiknya mengadakan kegiatan berupa penyuluhan, melakukan pendekatan dan pelatihan kepada kader dan bidan desa agar dapat membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang penyakit diare dan melakukan penyuluhan yang berkesinambungan.
(4)
ABSTRACT
Mothers as caregiver who are closest to baby and children under five year old has important role to prevent the incidence of diarrhea. Based on the data from profile of Community Health Centre Pancur Batu 2012, Tanjung Anom village is as the highest incidence rank for diarrhea, namely 227 cases.
This research was explanatory research with the objectives to describe the perception about the susceptibility to diarrhea disease, the perception about the seriousness of diarrhea disease, the perception about the use of the prevention of diarrhea, the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea, the perception about diarrhea prevention program to diarrhea prevention action. The population was mother with baby and children under five year old and sample taking used simple random sampling. Data analysis used multiple linier regression test with significance level 95%.
The results of research showed that the variable with significant influence to the action of the prevention of diarrhea disease was the perception about the susceptibility of diarrhea disease (p=0,025<0,05), whereas the variables without significant influence were the perception about seriousness of diarrhea disease (0,988>0,05), the perception about the use of diarrhea prevention (p=0,639>0,05), the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea disease (p=0,183>0,05) and the perception about diarrhea prevention program (p=0,317>0,05).
It is suggested for health providers in Community Health Centre Pancur Batu to give counseling and guidance as well as training for the cadres and village midwifes in distributing information about diarrhea disease.
Keywords: perception, diarrhea prevention
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : INDAH ASTATI
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 2 Januari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke-3 dari 5 bersaudara Alamat Rumah : Jl. Kabu-Kabu No. 54 Pancur Batu Riwayat Pendidikan
1. 1993-1999 : SD Methodist Pancur Batu 2. 1999-2002 : SMP Methodist Pancur Batu 3. 2002-2005 : SMA Methodist 1 Medan
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Sang Juruselamat atas kasih, berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Persepsi Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Surya Utama, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
7. Dra. Syarifah, MS., selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
(7)
9. Suryadi Aritonang, S.Sos, M.Si., selaku Kepala Camat Pancur Batu yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.
10. Kepala Puskesmas dan Staf di Puskesmas Pancur Batu yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.
11. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Alm. Role Limbong dan Nurliana Ginting, kakak-kakakku Elprina Limbong, S.S., Elfryanti Limbong, Amd. Par. dan adik-adikku Nicholas Limbong, Suhendra Limbong yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Terkhusus kepada seseorang yang spesial Agustinus Brahmana, S.E. yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Kedua sahabatku Adelina Sitompul, SKM dan Yanny Siregar, SKM, terima kasih buat persahabatan, doa dan dukungan yang membuat kita jadi lebih baik. 14. Teman-teman seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Melda, Hessy, Agustini, Enda, bang Pahottor, kak Citra, Lafandi, Karina dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Medan, Desember 2012 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pengertian Diare ... 7
2.2. Gejala Diare ... 13
2.3. Pencegahan Penyakit Diare ... 14
2.3.1. Pencegahan Primer ... 14
2.3.2. Pencegahan Sekunder ... 17
2.3.3. Pencegahan Tersier ... 18
2.4. Program Pencegahan Diare ... 19
2.5. Pengertian Perilaku ... 22
2.6. Perilaku Kesehatan ... 23
2.7. Pengertian Persepsi ... 26
2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32
(9)
3.3. Populasi dan Sampel... 33
3.3.1. Populasi ... 33
3.3.2. Sampel ... 33
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.4.1. Jenis Data... 34
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.5.1. Variabel ... 34
3.5.2. Defenisi Operasional ... 34
3.6. Aspek Pengukuran ... 35
3.7. Teknik Analisa Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN……… .... 37
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 37
4.2. Data Demografis ……….. . 37
4.3. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 38
4.4. Persepsi tentang Penyakit Diare ………... 39
4.4.1. Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare ….. ... 40
4.4.2. Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare …………. .. 42
4.4.3. Persepsi tentang Manfaat Pencegahan Penyakit Diare .. . 44
4.4.4. Persepsi tentang Hambatan Pencegahan Diare …... 46
4.4.5. Persepsi tentang Program Pencegahan Diare ….. ... 48
4.5. Tindakan Pencegahan Diare ... ... 50
4.6. Hasil Uji Statistik Bivariat …... 52
4.7. Hasil Uji Statistik Multivariat . ... 53
BAB V PEMBAHASAN ... ... 55
5.1. Pengaruh Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare terhadap Tindakan Pencegahan Diare ….. ... 55
5.2. Pengaruh Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare terhadap Tindakan Pencegahan Diare ………. ... 56
5.3. Pengaruh Persepsi tentang Manfaat Pencegahan terhadap Tindakan Pencegahan Diare …. ... 57
5.4. Pengaruh Persepsi tentang Hambatan Pencegahan terhadap Tindakan Pencegahan Diare … ... 57
5.5. Persepepsi tentang Manfaat Program terhadap Tindakan Pencegahan Diare …. ... 58
(10)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …….... 59
6.1. Kesimpulan ….. ... 59
6.2. Saran …….. ... 59
DAFTAR PUSTAKA ……… ... xii
LAMPIRAN:
Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data dari Instansi Terkait
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Kuesioner
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Jumlah Balita dan Jumlah Kasus Diare di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancur batu Bulan Januari-Desember
Tahun 2011 ... 3 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan
Variabel Terikat ... 35 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Tanjung Anom Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.2. Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Penghasilan Keluarga ... .. 39 Tabel 4.4 Distribusi Identitas Bayi/Balita ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi
Kerentanan Terhadap Penyakit Diare ... 41 Tabel 4.6. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Kerentanan
Terhadap Penyakit Diare ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi
Keparahan Terhadap Penyakit Diare ... 43 Tabel 4.8. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Keparahan
Terhadap Penyakit Diare ... 43 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi
Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 45 Tabel 4.10. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Manfaat
(12)
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi
Hambatan Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 47 Tabel 4.12. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Hambatan
Pencegahan Terhadap Penyakit Diare... 47 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi
Program Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 49 Tabel 4.14. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Program
Pencegahan Terhadap Penyakit Diare... 49 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Tindakan
Pencegahan Diare ... 51 Tabel 4.16. Distribusi Responden Tentang Kategori Pencegahan Penyakit
Diare ... 52 Tabel 4.17. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 53 Tabel 4.18. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Persepsi Kerentanan
Dan Persepsi Hambatan Tentang Penyakit Diare Terhadap
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 30
(14)
ABSTRAK
Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan bayi dan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Berdasarkan data profil Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2012 Desa Tanjung Anom merupakan urutan tertinggi untuk kasus diare untuk usia bayi/balita yaitu sebesar 227 kasus.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi tentang kerentanan penyakit diare, persepsi tentang keparahan penyakit diare, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi dan balita dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi tentang kerentanan penyakit diare (p=0,025<0,05), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah persepsi tentang keparahan penyakit diare (p=0,988>0,05), persepsi tentang manfaat pencegahan diare (p=0,639>0,05), persepsi tentang hambatan pencegahan diare (p=0,183>0,05) dan persepsi tentang program pencegahan diare (p=0,317>0,05).
Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Pancur Batu sebaiknya mengadakan kegiatan berupa penyuluhan, melakukan pendekatan dan pelatihan kepada kader dan bidan desa agar dapat membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang penyakit diare dan melakukan penyuluhan yang berkesinambungan.
(15)
ABSTRACT
Mothers as caregiver who are closest to baby and children under five year old has important role to prevent the incidence of diarrhea. Based on the data from profile of Community Health Centre Pancur Batu 2012, Tanjung Anom village is as the highest incidence rank for diarrhea, namely 227 cases.
This research was explanatory research with the objectives to describe the perception about the susceptibility to diarrhea disease, the perception about the seriousness of diarrhea disease, the perception about the use of the prevention of diarrhea, the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea, the perception about diarrhea prevention program to diarrhea prevention action. The population was mother with baby and children under five year old and sample taking used simple random sampling. Data analysis used multiple linier regression test with significance level 95%.
The results of research showed that the variable with significant influence to the action of the prevention of diarrhea disease was the perception about the susceptibility of diarrhea disease (p=0,025<0,05), whereas the variables without significant influence were the perception about seriousness of diarrhea disease (0,988>0,05), the perception about the use of diarrhea prevention (p=0,639>0,05), the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea disease (p=0,183>0,05) and the perception about diarrhea prevention program (p=0,317>0,05).
It is suggested for health providers in Community Health Centre Pancur Batu to give counseling and guidance as well as training for the cadres and village midwifes in distributing information about diarrhea disease.
Keywords: perception, diarrhea prevention
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang terjadi karena perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes RI, 2010).
Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita (Depkes RI, 2007).
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita
(17)
sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes RI, 2010).
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan, praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan RI Tahun 2010, CFR (Case Fatality Rate) diare pada tahun 2006 sebesar 2,16%, pada tahun 2007 sebesar 1,79% dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 2,94%. CFR diare pada tahun 2009 menurun menjadi 1,74% dan angka CFR itu tetap pada tahun 2010 dimana Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 propinsi dengan jumlah penderita diare sebanyak 4.204 orang dan jumlah kematian 73 orang (Depkes RI, 2010).
Di Propinsi Sumatera Utara, penyakit diare merupakan penyakit endemis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit diare pada balita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 1.146 penderita dengan angka kesakitan penyakit diare 28,43 per 1.000 penduduk. KLB diare yang terbesar di 10
(18)
kabupaten/kota dengan total penderita 2.819 orang dan kematian 23 orang (CFR 0,81%). Berdasarkan laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2008 tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 CFR akibat diare sebesar 4,78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan CFR 1,31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus. Berdasarkan data profil dari kabupaten/kota tahun 2008, diperoleh bahwa jumlah penderita diare di Sumatera Utara tahun 2008 adalah 208.024 penderita, dari jumlah tersebut 98.768 (47,48%) adalah kasus pada balita (Profil Dinkes Sumut, 2008).
Di Kabupaten Deli Serdang sendiri, diare merupakan salah satu penyakit yang ada di kabupaten ini dengan 20373 kasus pada tahun 2010.
Berdasarkan data profil kesehatan Puskesmas Pancur Batu, di Kecamatan Pancur Batu diare merupakan penyakit urutan kedua dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Pancur Batu dan kasus terbesar terjadi pada balita yakni 741 kasus pada tahun 2011.
Tabel 1.1 Jumlah Balita dan Jumlah Kasus Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Bulan Januari - DesemberTahun 2011
No. Nama Desa Jumlah Balita Jumlah Kasus
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Baru Bintang Meriah Durin Simbelang A Durin Jangak Durin Tonggal Hulu Lama Namo Simpur Namo Riam Namo Rih Namo Bintang 479 121 267 145 279 447 360 141 142 123 528 33 24 24 21 24 21 35 20 20 19 28
(19)
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Pertampilan Salam Tani Simalingkar A Sembahe Baru Sugau Tanjung Anom Tuntungan I Tuntungan II Tiang Layar Tengah Perumnas Simalingkar 140 120 294 170 117 366 342 498 125 240 750 9 18 31 25 16 227 25 29 16 32 44
Total 6194 741
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Pancur Batu Tahun 2011
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus diare paling banyak terjadi di Desa Tanjung Anom yakni 227 kasus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu yang memiliki bayi/balita di Desa Tanjung Anom mereka mengatakan bahwa diare adalah penyakit yang berbahaya, diare biasa terjadi karena bayi/balita tumbuh gigi. Adapula yang mengatakan bahwa diare adalah mencret, kurang bersih, tertular dari makanan dan masuk angin. Mereka mengatakan bahwa lingkungan yang kotor juga jadi penyebab tingginya kasus diare disana, selain itu penggunaan air bersih juga masih jarang. Sumber air bersihnya masih sumur dan tidak jauh dari tempat pembuangan sampah dan kandang ternak. Ketika bayi/balita terserang diare, pertolongan pertama yang dilakukan adalah memberikan oralit kepada bayi/balita, tetapi ada juga yang memberikan buah seperti pisang seabagai pertolongan pertama. Bayi/balita tidak sampai mengalami kekurangan cairan ataupun lemas karena segera ditangani dan dibawa ke bidan.
(20)
Adapun program pencegahan diare di Desa Tanjung Anom yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah penyuluhan seperti Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene, Pemberian Oralit, selain penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ada juga penyuluhan yang dilakukan oleh instansi lain seperti penyuluhan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) tentang penyakit diare. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu mengatakan bahwa petugas kesehatan jarang datang sehingga sulit mendapatkan informasi mengenai diare, selain itu petugas kesehatan juga jarang memberitahukan informasi tentang penyuluhan dan melakukan pemantauan ke lapangan.
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman masa lalu akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Gunawan (2010) bahwa persepsi ibu tentang keseriusan terhadap pencegahan penyakit diare mempunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan diare, sedangkan persepsi ibu tentang kerentanan tidak berpengaruh terhadap tindakan pencegahan diare yang dilakukan ibu balita di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu tahun 2012”.
(21)
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian
Menjelaskan pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan dapat memberikan informasi tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan untuk pencegahan dan penanganan kejadian diare.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan informasi baru tentang penelitian terkait sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian pengembangan berikutnya.
3. Untuk pengembangan ilmu, penelitian ini dapat membuktikan teori yang berkaitan sekaligus dapat membuka wacana berpikir untuk pengembangan teori yang sudah ada.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (DepkesRI, 2000).
Menurut WHO (1992) diare adalah tinja yang mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal atau sering disebut mencret atau tinja seperti air. Diare sering didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali atau lebih dalam sehari, sedangkan diare yang mengandung darah disebut disentri.
Menurut Depkes (2010) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari empat kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali sehari pada bayi dan lebih dari tiga kali sehari pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut tampak kering
(23)
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu (Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberi ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol tersebut dapat menyebabkan infeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi bayi/balita.
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja anak tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
(24)
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare adalah sebagai berikut (Savitri, 2002) :
1. Faktor lingkungan
a. Pasokan air tidak memadai. b. Air terkontaminasi tinja. c. Fasilitas kebersihan kurang.
d. Kebersihan pribadi buruk, seperti tidak mencuci tangan setelah buang air. e. Kebersihan rumah buruk, seperti tidak membuang tinja anak di WC. f. Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienis, misalnya
makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau menutup makanan yang telah dimasak.
2. Praktik penyapihan yang buruk
a. Pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan pemberian susu botol.
b. Berhenti menyusui sebelum anak berusia satu tahun. 3. Faktor individu
a. Kurang gizi.
b. Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. 4. Produksi asam lambung berkurang.
5. Gerakan pada usus yang berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal.
(25)
Menurut Suharyono (2008) faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya diare, yaitu:
1. Faktor gizi
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.
2. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih
Penggunaan botol susu pada anak-anak usia 6-24 bulan dapat menyebabkan penyakit diare. Meneruskan pemberian ASI, menghindari pemberian susu botol, perhatian penuh terhadap higiene makanan anak dapat mencegah serangan diare pada anak. Serangan diare pada usia ini berpengaruh sangat buruk pada pertumbuhan anak dan dapat menyebabkan malnutrisi, walaupun demikian anak-anak yang minum ASI juga dapat terserang diare. Hal ini dapat disebabkan oleh karena puting susu ibu yang tidak bersih, untuk itu ibu yang masih menyusui perlu menjaga kebersihan puting susu.
3. Faktor sosial ekonomi
Hal ini mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu, faktor edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperanan dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
(26)
4. Faktor lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap terjadinya diare. Interaksi antara agent (penyakit), tuan rumah (manusia) dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan (air, makanan, lalat dan serangga lain), enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare, walaupun demikian, banyak yang masih perlu dijelaskan mengenai pentingnya sebagai faktor lingkungan.
Menurut Depkes (2010) proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya:
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan darah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
2) Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
(27)
3) Faktor makanan
Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare, seperti makanan yang tercemar, basi, beracun dan kurang matang.
4) Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat memengaruhi kecepatan gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
1) Diare akut; yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),
2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau peyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, (2) gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah; perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat; peredaran otak dapat terjadi,
(28)
kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal, (3) gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah; kadang-kadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita manultrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).
2.2. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan: (1) Muntah, (2) Badan lesu atau lemas dan panas, (3) Tidak nafsu makan, (4) Darah dan lendir dalam kotoran (Depkes RI, 2000).
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan, selain itu dapat mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Depkes RI, 2000).
(29)
2.3. Pencegahan Penyakit Diare 2.3.1. Pencegahan Primer
Menurut WHO (1992), pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian air susu ibu
a. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun.
b. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus :
1) jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak;
2) memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir;
3) menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan meningkatkan penyediaan susu);
keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi.
c. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya sebelum ibu meninggalkan rumah.
d. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit.
2. Perbaikan cara menyapih
a. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak.
(30)
b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup makanan pokok di masyarakat (biasanya serelia atau umbi); kacang atau kacang polong; sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu, telur dan daging; serta sayuran hijau atau sayuran jingga.
c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih.
d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi.
e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih.
f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan.
g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan.
h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam lemari es.
3. Gunakan banyak air bersih
a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan; melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air; serta lebih rendah; dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
(31)
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan. 4. Cuci tangan
a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik:
1) setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah membuang tinja anak.
2) setelah buang air besar.
3) sebelum menyiapkan makanan. 4) sebelum makan.
5) sebelum memberi makan anak.
b. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil. 5. Menggunakan kakus
a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup besar.
b. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur.
c. Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus:
1) buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan paling kurang 10 meter dari sumber air.
2) jangan buang air besar tanpa alas kaki.
(32)
6. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat
a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya. 7. Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak secepat
mungkin setelah usia 9 bulan. 2.3.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit diare.
Menurut Ngastiyah (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita diare di rumah antara lain:
a. Memberi tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Petugas kesehatan atau kader kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya:
(33)
2) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar.
Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti.
b. Memberi makanan
Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.
2.3.3. Pencegahan Tersier
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan (Fahrial Syam, 2006).
(34)
2.4. Program Pencegahan Diare
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok Oralit.
2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar.
3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.
5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk menyokong praktek pencegahan diare (WHO, 1992):
1. Menggunakan teknik pendidikan yang baik
Pesan harus singkat dan jelas serta relevan dengan orang atau kelompok pendengar. Petugas kesehatan hanya boleh membahas beberapa pesan pada satu pertemuan. Jika petugas kesehatan menggunakan teknik pendidikan yang baik, maka ia akan lebih efektif membantu anggota masyarakat memahami manfaat praktek pencegahan. Tahap untuk mengajar anggota keluarga tentang pengobatan diare di rumah yang diberikan juga bermanfaat sewaktu mengajarkan tentang pencegahan.
(35)
2. Memberikan contoh yang baik
Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya tentang pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada sekedar kata-kata saja.
3. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan pencegahan
Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas kesehatan dapat menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare untuk membantu merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh proyek yang dapat dilakukan dengan peralatan yang terbatas dan yang akan bermanfaat bagi banyak anggota masyarakat mencakup:
a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat. b. Memperbaiki sumber air.
c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.
d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih murah untuk makanan penyapih.
4. Mendukung pemberian ASI
Petugas kesehatan yang hadir pada waktu bayi lahir dapat membantu ibu memulai pemberian air susu ibu dengan melakukan hal yang didaftar di bawah. Petugas kesehatan dapat juga menganjurkan dukun bayi atau anggota keluarga yang hadir saat kelahiran untuk melakukan hal-hal berikut:
a. Memberikan bayi ke ibu untuk mulai pemberian air susu ibu segera setelah kelahiran.
(36)
b. Biarkan ibu dan bayi tinggal dalam kamar yang sama atau bawa bayi ke ruang ibu untuk diberi ASI, bila lapar.
c. Jangan memberikan makanan selain ASI pada bayi baru lahir.
d. Perlihatkan ke ibu cara terbaik memberikan ASI dan cara menghindari masalah sewaktu masa menyusui.
Petugas kesehatan dapat mendorong ibu yang memberi ASI untuk bertemu dan membahas masalah yang ada. Ini adalah kelompok pendukung pemberian air susu ibu.
5. Membangun dan memelihara kakus pada fasilitas kesehatan
Kakus yang bersih dan dapat berfungsi dengan baik pada fasilitas kesehatan merupakan contoh bagi orang yang datang ke pelayanan kesehatan. Kakus harus dirawat dengan baik, sehingga anggota keluarga melihat bagaimana kakus yang baik bekerja.
6. Beritahu anggota masyarakat tempat sumber air bersih berada dan cara mengembangkan sumber air
Mungkin beberapa sumber air dalam masyarakat dapat diperbaiki dengan melakukan tindakan sederhana seperti yang didaftar di bawah ini. Anggota masyarakat dapat memiliki keinginan untuk memperbaiki sumber air, jika petugas kesehatan dapat mengatakan apa yang harus dilakukan, sebagai contoh:
a. Membangun pagar atau dinding sekeliling sumber air untuk melindunginya dari hewan.
b. Menggali parit di tempat yang lebih tinggi dari sumur terbuka untuk mencegah masuknya air hujan ke dalam sumur tersebut.
(37)
c. Jangan mencuci di sumber air.
d. Jangan membiarkan anak bermain dalam atau sekitar sumber air.
e. Pasang alat katrol sederhana dan ember untuk mempermudah menimba air dari sumur.
2.5. Pengertian Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior), yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan
(38)
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.6. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseoraang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
(39)
c. Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu:
1. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
(40)
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak juga lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
b. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.
c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.
d. Tidak minum minuman keras dan narkoba.
e. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehinggan kurang waktu istirahat. f. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan.
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illness behavior), perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior). Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan
(41)
kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).
2.7. Pengertian Persepsi
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi
(42)
emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia di dalam mencapai kedewasaannya, semua aspek tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan hokum perkembangan (Notoatmodjo, 2003).
Thoha (2008) mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan yang lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati, dimana seseorang itu bertempat tinggal.
Menurut Robin (2002), faktor-faktor yang memengaruhi persepsi yaitu: 1. Pelaku persepsi (perceiver); pelaku persepsi memandang suatu target dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.
2. Objek atau target yang dipersepsikan; karakteristik-karakteristik dari target atau objek juga memengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik objek atau target yang dipersepsikan yaitu kedekatan. Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah.
3. Situasi dimana persepsi itu dilakukan; unsure-unsur lingkungan sekitar dan waktu memegaruhi persepsi individu. Situasi dimana suatu objek atau
(43)
peristiwa dilihat dapat memengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor situasional.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku (overt behavior) kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni (Notoatmodjo, 2003):
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan ini mencakup: (1) pencegahan penyakit dan (2) penyembuhan penyakit.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.
Adapun jenis persepsi adalah sebagai berikut (Glanz dkk, 1997):
1. Persepsi kerentanan (Perceived susceptibility) merupakan persepsi subjektif individu mengenai risiko mengalami kondisi kesehatan tertentu.
2. Persepsi keparahan (Perceived severity) merupakan perasaan individu mengenai keseriusan akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.
3. Persepsi manfaat (Perceived benefit) mengacu pada keyakinan individu mengenai keefektifan suatu tindakan dalam mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.
4. Persepsi hambatan (Perceived barriers) merupakan aspek negatif yang terdapat pada suatu tindakan kesehatan tertentu, yang mungkin menjadi
(44)
penghalang untuk melakukan perilaku pencegahan penyakit, misalnya rasa malu, takut, rasa sakit.
Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas, maka sangat penting dikaji persepsi ibu mengenai tindakan pencegahan diare. Selanjutnya, dampak dari persepsi adalah bentuk tindakan ibu melakukan pencegahan diare pada balita meliputi, pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja balita, imunisasi campak.
(45)
2.8. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
1. Persepsi tentang kerentanan penyakit diare adalah persepsi subyektif ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap risiko bayi/balita terserang diare.
2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap keseriusan akibat diare jika tidak segera ditangani.
3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap manfaat yang diperoleh dari tindakan pencegahan diare pada bayi/balita.
Persepsi tentang penyakit diare 1. Persepsi tentang kerentanan
penyakit diare
2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare
3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare
4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare
Persepsi tentang program pencegahan diare
(46)
4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita yang menjadi penghalang untuk melakukan tindakan pencegahan diare pada bayi/balita.
5. Persepsi tentang program diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap program-program yang dilakukan oleh petugas kesehatan seperti promosi, pendidikan dan penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan diare pada bayi/balita.
6. Pecegahan diare adalah usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka menghindari dan mengurangi resiko terjadinya diare.
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penilitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995). Dalam penelitian ini ingin menjelaskan pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu khususnya Desa Tanjung Anom, dengan alasan berdasarkan data yang diperoleh bahwa kasus diare di wilayah tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2011 yakni sebanyak 227 kasus untuk bayi/balita.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian selama satu bulan, yaitu bulan Agustus tahun 2012. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.
(48)
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi/balita di Desa Tanjung Anom sampai bulan maret tahun 2012 yaitu sebanyak 263 orang. 3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian dari seluruh ibu yang memiliki bayi/balita di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
Keterangan: N= Besar populasi n= Besar sampel
d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) maka:
n=72.45 ~ 73 orang
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel yaitu sebanyak 73 ibu yang memilki bayi/balita di Desa Tanjung Anom.
(49)
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
Jenis data ada dua yaitu:
1) Data primer terdiri dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.
2) Data sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Pancur Batu.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, secara rinci diuraikan di bawah ini:
a. Variabel bebas:
1) Persepsi ibu tentang penyakit diare (persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi tentang keparahan penyakit, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare).
2) Persepsi ibu tentang program pencegahan diare. b. Variabel terikat: Tindakan pencegahan penyakit diare. 3.5.2. Definisi Operasional
Adapun defenisi operasional dari variabel-variabel yang menjadi sasaran penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Persepsi tentang kerentanan penyakit diare adalah persepsi ibu bayi/balita terhadap kondisi bayi/balita yang memungkinkan bayi/balita terserang penyakit diare.
(50)
2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare adalah persepsi ibu bayi/balita terhadap keparahan penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.
3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita tentang manfaat yang dirasakan terhadap pencegahan diare pada bayi/balita.
4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita yang menjadi hambatan dalam melakukan tindakan pencegahan diare.
5. Persepsi tentang program pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita terhadap promosi dan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
6. Tindakan pencegahan diare adalah aktivitas yang dilakukan ibu bayi/balita sebelum terserang diare dalam rangka menghindari terjadinya diare.
3.6. Aspek Pengukuran
Dalam pengumpulan data setiap variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat
No Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban Indikator Bobot Nilai Kategori Jawaban Variabel Skor
1. Persepsi tentang kerentanan penyakit diare
4 Setuju
Kurang Setuju Tidak Setuju 3 2 1 Rentan Cukup rentan Tidak rentan 9-12 6-8 4-5 2. Persepsi
tentang keparahan penyakit diare
4 Setuju
Kurang Setuju Tidak Setuju 3 2 1 Parah Cukup parah Tidak parah 9-12 6-8 4-5 3. Persepsi
tentang manfaat
3 Setuju
Kurang setuju Tidak setuju 3 2 1 Bermanfaat Kurang bermanfaat 7-9 5-6 3-4
(51)
pencegahan diare
Tidak bermanfaat 4. Persepsi
tentang hambatan pencegahan diare
4 Setuju
Kurang setuju Tidak setuju 3 2 1 Mudah Cukup sulit Sulit 9-12 6-8 4-5 5. Persepsi
tentang program pencegahan diare
3 Setuju
Kurang setuju Tidak setuju 3 2 1 Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat 7-9 5-6 3-4 6. Tindakan
pencegahan diare
6 Ya
Kadang-kadang Tidak 3 2 1 Baik Sedang Buruk 14-18 10-13 6-9
3.7. Teknik Analisa Data
Penelitian yang akan dilakukan bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik dengan uji regresi linear berganda, yang bertujuan untuk mengambil pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut:
(52)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Tanjung Anom merupakan salah satu desa yang ada di wilayah administrasi Kecamatan Pancur Batu dari beberapa desa yang lainnya. Desa Tanjung Anom terdiri atas enam dusun dengan luas wilayah 400 Ha, luas pemukiman 120 Ha dan luas lahan pertanian 200 Ha. Desa Tanjung Anom termasuk wilayah Kecamatan Pancur Batu dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Sembahe Baru Sebelah Selatan : Desa Kuta Jurung Sebelah Timur : Desa Sei Glugur Sebelah Barat : Kota Medan 4.2. Data Demografis
Jumlah penduduk Desa Tanjung Anom sebanyak 9698 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2287 KK. Jumlah laki-laki lebih banyak yaitu 4923 jiwa dibandingkan jumlah perempuan sebanyak 4775 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Tanjung Anom Berdasarakan Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Jenis
Kelamin
Jumlah
F %
1 Laki-laki 4923 50,78
2 Perempuan 4775 49,22
Total 9698 100,00
(53)
4.3. Deskripsi Karaktersitik Responden
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 responden, 4 orang berusia muda (15 – 24 tahun) atau sebesar 5,5% dan sebanyak 69 orang berusia dewasa (25 – 49 tahun) atau sebesar 94,5%. Tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden yang tamat SMA yaitu sebanyak 33 orang (45,2%) dan terendah yaitu tidak tamat SD sebanyak 1 orang atau sebesar 1,4%. Untuk pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 47 orang atau sebesar 64,4% dan responden yang bekerja sebagai buruh hanya 1 orang atau sebesar 1,4%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini.
Tabel 4.2. Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan
Identitas Responden Jumlah Persentase
Umur (Tahun)
Muda (15 - 24) 4 5,5
Dewasa (25 – 49) 69 94,5
Jumlah 73 100,0
Pendidikan
Tidak Tamat SD 1 1,4
SD 2 2,7
SMP 17 23,3
SMA 33 45,2
Akademi/Perguruan Tinggi 20 27,4
Jumlah 73 100,0
Pekerjaan
Tidak Bekerja Petani
47 0
64,4 0,0
Pegawai Swasta 16 21,9
Buruh 1 1,4
PNS 3 4,1
Wiraswasta 6 8,2
(54)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan ≤ Rp 1.200.000,00 sebanyak 21 responden (28,8%) dan jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan > Rp 1.200.000,00 sebanyak 52 responden (71,2%). Jumlah terbanyak adalah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan > Rp 1.200.000,00. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini.
Tabel 4.3. Distribusi Penghasilan Keluarga
No. Penghasilan Keluarga (Rupiah) Jumlah Persentase
1. ≤ 1.200.000,00 21 28,8
2. > 1.200.000,00 52 71,2
Jumlah 72 100,0
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah bayi/balita pada kelompok usia 0-12 bulan sebanyak 30 responden (41,1%), usia 13-24 bulan sebanyak 19 responden (26,0%), usia 25-36 bulan sebanyak 9 responden (12,3%), usia 37-48 bulan sebanyak 14 responden (19,2%) dan usia 49-59 sebanyak 1 responden (1,4%). Jumlah terbanyak adalah responden pada kelompok usia 0-12 bulan. Secara
Tabel 4.4. Distribusi Identitas Bayi/Balita
No. Umur Bayi/Balita (Bulan) Jumlah Persentase
1. 0 – 12 30 41,1
2. 13 – 24 19 26,0
3. 25 – 36 9 12,3
4. 37 – 48 14 19,2
5. 49 – 59 1 1,4
Jumlah 73 100,0
4.4. Persepsi tentang Penyakit Diare
Variabel persepsi tentang penyakit diare adalah variabel bebas yang diteliti, dalam hal ini persepsi tentang penyakit diare dilihat dari pengukuran terhadap
(55)
persepsi ibu tentang kerentanan penyakit diare, keparahan penyakit diare, manfaat pencegahan diare, hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare.
4.4.1. Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare
Persepsi tentang kerentanan penyakit diare diperoleh jawaban responden dari empat pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan empat pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) pada saat tumbuh gigi bayi/balita mudah terkena diare, 50 responden (68,5%) memersepsikan setuju pada saat tumbuh gigi bayi/balita mudah terkena diare, sedangkan 8 responden (11,0%) memersepsikan kurang setuju dan 15 responden (20,5%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) bayi/balita yang masuk angin lebih mudah terkena diare, 57 responden (78,1%) memersepsikan setuju bayi/balita yang masuk angin lebih mudah terkena diare, sedangkan 5 responden (6,8%) memersepsikan kurang setuju dan 11 responden (15,1%) memersepsikan tidak setuju.
Pertanyaan (3) lingkungan yang tidak bersih menjadi penyebab diare pada bayi/balita, 70 responden (95,9%) memersepsikan setuju lingkungan yang tidak bersih menjadi penyebab diare pada bayi/balita, tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan kurang setuju dan 3 responden (4,1%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (4) bayi/balita sering terkena diare karena makanan yang tidak bersih, 68 responden (93,2%) memersepsikan setuju bayi/balita sering terkena diare karena makanan yang tidak bersih, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 3 responden (4,1%) memersepsikan tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
(56)
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Kerentanan Terhadap Penyakit Diare
No. Pertanyaan
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju Total
F % F % F % F %
1. Pada saat tumbuh gigi bayi/balita mudah terkena diare
15 20,5 8 11,0 50 68,5 73 100
2. Bayi/balita yang masuk angin lebih mudah terkena diare
11 15,1 5 6,8 57 78,1 73 100
3. Lingkungan yang tidak bersih menjadi penyebab diare pada bayi/balita
3 4,1 0 0,0 70 95,9 73 100
4. Bayi/balita sering terkena diare karena makanan yang tidak bersih
3 4,1 2 2,7 68 93,2 73 100
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 29 responden (39,7%) memersepsikan penyakit diare rentan menyerang bayi/balita, sedangkan 43 responden (58,9%) memersepsikan penyakit diare cukup rentan menyerang bayi/balita dan 1 responden (1,4%) memersepsikan penyakit diare tidak rentan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Kerentanan Terhadap Penyakit Diare
No. Persepsi Kerentanan Jumlah Persentase
1. Tidak Rentan 1 1,4
2. Cukup Rentan 43 58,9
3. Rentan 29 39,7
(57)
4.4.2. Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare
Persepsi keparahan tentang penyakit diare diperoleh jawaban responden terhadap empat pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan empat pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) diare dapat menyebabkan demam, 49 responden (67,1%) memersepsikan setuju diare dapat menyebabkan demam, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan kurang setuju dan 15 responden (20,5%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung, 56 responden (76,7%) memersepsikan setuju bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan kurang setuju dan 8 responden (11,0%) memersepsikan tidak setuju.
Pertanyaan (3) bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan bayi/balita kekurangan cairan, 68 responden (93,2%) memersepsikan setuju bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan bayi/balita kekurangan cairan, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 3 responden (4,1%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (4) bila tidak segera diobati diare dapat menyebabkan kematian, 65 responden (89,0%) memersepsikan setuju bila tidak segera diobati diare dapat menyebabkan kematian, sedangkan 1 responden (1,4%) memersepsikan kurang setuju dan 7 responden (9,6%) memersepsikan tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
(58)
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Keparahan Terhadap Penyakit Diare
No. Pertanyaan Tidak
Setuju
Kurang Setuju
Setuju Total
F % F % F % F %
1. Diare dapat menyebabkan demam
15 20,5 9 12,3 49 67,1 73 100 2. Bila tidak segera ditangani
diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung
8 11,0 9 12,3 56 76,7 73 100
3. Bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan bayi/balita kekurangan cairan
3 4,1 2 2,7 68 93,2 73 100
4. Bila tidak segera diobati diare dapat menyebabkan kematian
7 9,6 1 1,4 65 89,0 73 100
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 64 responden (87,7%) memersepsikan bahwa penyakit diare bila tidak segera ditangani bisa menjadi penyakit yang parah, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan cukup parah dan tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan tidak parah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Keparahan Terhadap Penyakit Diare
No. Persepsi Keparahan Jumlah Persentase
1. Tidak Parah 0 0,0
2. Cukup Parah 9 12,3
3. Parah 64 87,7
(59)
4.4.3. Persepsi tentang Manfaat Pencegahan Penyakit Diare
Persepsi tentang manfaat pencegahan penyakit diare diperoleh jawaban responden terhadap tiga pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan tiga pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) penggunaan air bersih pada bayi/balita dan seluruh keluarga dapat mengurangi resiko diare pada bayi/balita, 69 responden (94,5%) memersepsikan setuju penggunaan air bersih pada bayi/balita dan seluruh keluarga dapat mengurangi resiko diare pada bayi/balita, sedangkan 4 responden (5,5%) memersepsikan kurang setuju dan tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) pemberian ASI pada bayi/balita meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi/balita kebal terhadap penyakit seperti diare, 68 responden (93,2%) memersepsikan setuju pemberian ASI pada bayi/balita meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi/balita kebal terhadap penyakit seperti diare, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 3 responden (4,1%) memersepsikan tidak setuju.
Pertanyaan (3) menjaga kebersihan bayi/balita dapat mengurangi resiko terserang penyakit seperti diare, 71 responden (97,3%) memersepsikan setuju menjaga kebersihan bayi/balita dapat mengurangi resiko terserang penyakit seperti diare, sedangkan tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan kurang setuju dan 2 responden (2,7%) memersepsikan tidak setuju. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
(60)
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare
No. Pertanyaan Tidak
Setuju
Kurang Setuju
Setuju Total
F % F % F % F %
1. Penggunaan air bersih pada bayi/balita dan seluruh keluarga dapat mengurangi resiko diare pada bayi/balita
0 0,0 4 5,5 69 94,5 73 100
2. Pemberian ASI pada bayi/balita
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi/balita kebal terhadap penyakit seperti diare
3 4,1 2 2,7 68 93,2 73 100
3. Menjaga kebersihan bayi/balita dapat mengurangi resiko terserang penyakit seperti diare
2 2,7 0 0,0 71 97,3 73 100
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 71 responden (97,3%) memersepsikan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan bermanfaat untuk mencegah bayi/balita terserang diare, sedangkan 1 responden (1,4%) memersepsikan kurang bermanfaat dan 1 responden (1,4%) memersepsikan tidak bermanfaat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare
No. Persepsi Manfaat Pencegahan Jumlah Persentase
1. Tidak Bermanfaat 1 1,4
2. Kurang Bermanfaat 1 1,4
3. Bermanfaat 71 97,3
(1)
Apakah ibu mencuci dot dan peralatan makan bayi/balita dengan air bersih sebelum digunakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 7 9.6 9.6 9.6
Kadang2 3 4.1 4.1 13.7
Ya 63 86.3 86.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Apakah ibu membersihkan puting susu sebelum memberikan ASI pada bayi/balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 15 20.5 20.5 20.5
Kadang2 13 17.8 17.8 38.4
Ya 45 61.6 61.6 100.0
Total 73 100.0 100.0
Apakah ibu membuang tinja bayi/balita dengan bersih dan benar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.4 1.4 1.4
Kadang2 1 1.4 1.4 2.7
Ya 71 97.3 97.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Apakah ibu dengan segera memberi laruta oralit kepada bayi/balita bila terserang diare sebagai pertolongan pertama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 30 41.1 41.1 41.1
Kadang2 3 4.1 4.1 45.2
Ya 40 54.8 54.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
(2)
Kategori Pencegahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sedang 8 11.0 11.0 11.0
Baik 65 89.0 89.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N Kategori Kerentanan 2.38 .517 73 Kategori Keparahan 2.88 .331 73 Kategori Manfaat
Pencegahan 2.96 .260 73 Kategori Hambatan
Pencegahan 2.45 .668 73 Kategori Program
Pencegahan 2.73 .672 73 Kategori Pencegahan 2.89 .315 73
(3)
Correlations Kategori Kerentanan Kategori Keparahan Kategori Manfaat Pencegahan Kategori Hambatan Pencegahan Kategori Program Pencegahan Kategori Pencegahan Kategori Kerenta nan Pearson
Correlation 1 .118 -.088 .175 -.013 .262(*) Sig. (2-tailed) . .321 .461 .139 .912 .025
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Keparah an
Pearson
Correlation .118 1 .102 .067 .158 .002 Sig. (2-tailed) .321 . .392 .572 .181 .988
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Manfaat Pencega han Pearson Correlation
-.088 .102 1 .108 -.065 -.056
Sig. (2-tailed) .461 .392 . .361 .583 .639 N
73 73 73 73 73 73
Kategori Hambat an Pencega han Pearson Correlation
.175 .067 .108 1 -.061 -.158
Sig. (2-tailed) .139 .572 .361 . .610 .183
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Program Pencega han Pearson Correlation
-.013 .158 -.065 -.061 1 .119
Sig. (2-tailed) .912 .181 .583 .610 . .317
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Pencega han
Pearson
Correlation .262(*) .002 -.056 -.158 .119 1 Sig. (2-tailed) .025 .988 .639 .183 .317 .
N 73 73 73 73 73 73
(4)
Nonparametric Correlations
Kategori Kerentan an Kategori Keparah an Kategori Manfaat Pencegah an Kategori Hambatan Pencegah an Kategori Program Pencegah an Kategori Pencegah an Spearman 's rho Kategori Kerentanan CorrelationCoefficient 1.000 .092 -.040 .178 -.018 .238(*) Sig.
(2-tailed) . .437 .740 .132 .882 .042
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Keparahan
Correlation
Coefficient .092 1.000 .189 .073 .183 .002 Sig.
(2-tailed) .437 . .110 .537 .121 .988
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Manfaat Pencegahan
Correlation
Coefficient -.040 .189 1.000 .148 -.071 -.059 Sig.
(2-tailed) .740 .110 . .212 .553 .621
N
73 73 73 73 73 73
Kategori Hambatan Pencegahan
Correlation
Coefficient .178 .073 .148 1.000 -.015 -.155 Sig.
(2-tailed) .132 .537 .212 . .898 .192
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Program Pencegahan
Correlation
Coefficient -.018 .183 -.071 -.015 1.000 .104 Sig.
(2-tailed) .882 .121 .553 .898 . .382
N 73 73 73 73 73 73
Kategori Pencegahan
Correlation
Coefficient .238(*) .002 -.059 -.155 .104 1.000 Sig.
(2-tailed) .042 .988 .621 .192 .382 .
N 73 73 73 73 73 73
(5)
Regression
Variables Entered/Removed (b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1
Kategori Program Pencegaha
n, Kategori Kerentanan, Kategori Manfaat Pencegaha
n, Kategori Hambatan Pencegaha
n, Kategori Keparahan(
a)
. Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Kategori Pencegahan
Model Summary (b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1 .353(a) .125 .060 .305 2.219
a Predictors: (Constant), Kategori Program Pencegahan, Kategori Kerentanan, Kategori Manfaat Pencegahan, Kategori Hambatan Pencegahan, Kategori Keparahan
b Dependent Variable: Kategori Pencegahan
ANOVA (b)
(6)
Coefficients (a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.626 .541 4.858 .000 Kategori
Kerentanan .185 .072 .304 2.581 .012 Kategori
Keparahan -.037 .112 -.039 -.335 .739 Kategori
Manfaat Pencegahan
.005 .141 .004 .037 .971 Kategori
Hambatan Pencegahan
-.095 .055 -.201 -1.718 .090 Kategori
Program Pencegahan
.055 .054 .117 1.006 .318
a Dependent Variable: Kategori Pencegahan
Residuals Statistics (a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 2.52 3.15 2.89 .111 73
Residual -.87 .33 .00 .294 73
Std. Predicted Value -3.320 2.359 .000 1.000 73 Std. Residual -2.862 1.087 .000 .965 73 a Dependent Variable: Kategori Pencegahan