Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009.

(1)

PENGARUH PERSEPSI IBU TENTANG PROGRAM PEMBERANTASAN DIARE TERHADAP TINDAKAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PASAR BELAKANG KOTA SIBOLGA TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM.041000086 RAFIQAH NURI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(2)

PENGARUH PERSEPSI IBU TENTANG PROGRAM PEMBERANTASAN DIARE TERHADAP TINDAKAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN PASAR BELAKANG KOTA SIBOLGA TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM.041000086 RAFIQAH NURI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul :

PENGARUH PERSEPSI IBU TENTANG PROGRAM PEMBERANTASAN DIARE TERHADAP TINDAKAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

PADA BALITA DI KELURAHAN PASAR BELAKANG KOTA SIBOLGA TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NIM 041000086 RAFIQAH NURI

Telah Diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 5 Agustus 2009

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Drs. Surya Utama, MS Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si

NIP. 131873030 NIP. 131996170

Penguji II Penguji III

dr. Heldy B.Z, MPH Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes NIP. 131124052 NIP. 132231812

Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131124053


(4)

ABSTRAK

Pada tahun 2007, telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) di 16 Propinsi – salah satunya Sumatera Utara – khusunya pada kelompok umur Balita. Sibolga merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang jumlah penderita diarenya tinggi pada tahun 2007, yakni sebesar 2044 orang. Di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota, tercatat 178 orang menderita diare, dimana 51% di antaranya adalah balita.

Jenis penelitian ini adalah survey dengan tipe explanatory, yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi ibu tentang program (tujuan, kegiatan dan pemantauan) terhadap tindakan ibu dalam program pemberantasan penyakit diare di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga tahun 2009. Populasi adalah ibu yang memiliki balita, dengan jumlah sampel sebanyak 77 yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Analisa data menggunakan uji statistik regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare adalah Persepsi Ibu tentang Tujuan Program Pemberantasan Diare, dengan taraf signifikansi p= 0,031 dan kontribusi terhadap terjadinya tindakan pemberantasan diare sebesar 35,9%.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Sibolga, meningkatkan kegiatan penyuluhan, penyebaran spanduk, brosur, kerjasama dengan instansi terkait dan lembaga kemasyarakatan, seperti kecamatan, kelurahan, posyandu, organisasi kepemudaan dalam rangka penataan lingkungan bersih dan sehat.


(5)

ABSTRACT

In 2007, there was outbreak (KLB) in the 16 Provincials - one of the province was North Sumatera, especially in the child under 5 years. Sibolga is one of the city in the north Sumatera Province which had diarrhea wounded in 2007, as 2044 persons. In Pasar Belakang Village there were 178 diarrhea wounded, which 51% of them were child under 5 years old.

Type of this research is explanatory survey, which aims to explain the influence of mother’s perceptions about the program (goals, activities and monitoring) to the mother’s action in diarrhea disease eradication program in Pasar Belakang Village; Sibolga Kota Sub District; Sibolga District in the year 2009. Population were the mother with under five years old and 77 samples were taken by simple random sampling. Data were analyzed by using multiple regression linier.

The results of research showed that the variables that had influence on the implementation of diarrhea disease eradication program is Mother's Perception about diarrhea disease eradication program goal, with p = 0.031 and contributing to the implementation of diarrhea disease eradication program (35.9%).

Based on the results of research, it is suggested to Sibolga Distric Health Office to increase the extension, delivery banners, brochures, to cooperate with related institutions, such as sub districts, village, Posyandu, local community, local youth organizations to build clean healthy environment.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RAFIQAH NURI

Tempat/ tgl lahir : Sibolga, 10 Maret 1986

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 2 (anak ke-2 dari 3 bersaudara) Alamat Rumah : Jl. Thamrin No. 37 Sibolga

1. 1991-1992 : TK Aisyah Bustanul Athfal, Sibolga

Riwayat Pendidikan

2. 1992-1998 : SD Negeri No. 081232, Sibolga 3. 1998-2001 : SLTP Negeri 1 Sibolga

4. 2001-2004 : SMA Negeri 1 Sibolga


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare

Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, MSi, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sekaligus dosen pembimbing II dan dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Heldy BZ, MPH, selaku dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(8)

6. Seluruh Dosen khususnya dosen-dosen peminatan AKK dan seluruh staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan. 7. Kepala Puskesmas Sibolga Kota dan Kelurahan Pasar Belakang beserta seluruh

staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Ilham Efendi dan Ibunda Zahara yang telah memberikan kasih sayang, motivasi hidup, perhatian, dan doa restu yang tiada henti kepada ananda serta kakak dan adikku, Alfi dan Rati.

9. Teman-teman tersayang, Elfira, Rendita, Imel, Wiwid, Dwi Yana, Yuliana, Wani, Juni, khususnya dr. Teren dan dr. Deli yang telah memberikan banyak bantuan dan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan di AKK (Nia, Niniet, Tina, Fitri, Laina, Imron, Komala, Mita, Roni, abang Zai, abang Telpa, Kakak Cepti, kakak Nelly, Suprianto dan lain-lain), yang memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat, saran dan bantuan kepada penulis Kiki, Nita, Hendra, Surya, Novi, Andri, Andre,Tya, Nana, Agus, Fadly, Budi, Andy, Rychan, Daniel, Intan, dan teman-teman lainnya.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(9)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 05 Agustus 2009 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

hal

Halaman Pengesahan………... ii

Abstrak... iii

Abstract... iv

Riwayat Hidup Penulis……….. v

Kata Pengantar……….. vi

Daftar Isi………... ix

Daftar Tabel ………... xi

Daftar Gambar ………..……... xii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang...………... 1

1.2. Permasalahan...………... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 10

2.1. Penyakit Diare……… ... 10

2.2. Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Masyarakat.. 14

2.3. Persepsi dan Tindakan Ibu………... 20

2.4. Kerangka Konsep ………. 28

2.5. Hipotesis………... 29

BAB III METODE PENELITIAN………... 30

3.1. Jenis Penelitian………... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 30

3.3. Populasi dan Sampel………... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data………... 31

3.5. Definisi Operasional………... 32

3.5.1. Variabel Independen………... 32

3.5.2. Variabel Dependen ………... 35

3.6. Aspek Pengukuran………... 38

3.7. Teknik Analisa Data………... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN...………... 39

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….………... 39

4.2. Karakteristik Responden...………..………... 40

4.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Diare... 41

4.2.2. Kepemilikan Sarana Sanitasi... 43

4.3. Program Pemberantasan Penyakit Diare... 43

4.3. Persepsi Responden Tentang Program Pemberantasan Penyakit Diare... 45


(11)

4.5. Hasil Analisis Statitik... 54

BAB V PEMBAHASAN...………... 56

5.1. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Tujuan Program Pemberantasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare... 56

5.2. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Kegiatan Program Pemberan- tasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare.... 58

5.3. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Pemantauan Program Pemberan- tasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare.. 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 61

5.1. Kesimpulan ...………... 61

5.2. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA... 74 LAMPIRAN:

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil-hasil Pengolahan Statistik Lampiran 3. Surat Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1.

Aspek Pengukuran……….…………... 38

Tabel 4.1.

Distribusi Penduduk di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2009…….. 39 Tabel

4.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009...

40 Tabel

4.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota Sibolga...

42

Tabel 4.4.

Kepemilikan Sarana Sanitasi di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009 ...

43 Tabel

4.5

Terapi B Untuk Penderita Dehidrasi Ringan/Sedang... 45 Tabel

4.6.

Persepsi Responden Tentang Tujuan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009...

46

Tabel 4.7.

Persepsi Responden Tentang Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009...

49

Tabel 4.8.

Persepsi Responden Tentang Pemantauan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009...

50

Tabel 4.9.

Persepsi Responden Tentang Program Pemberantasan Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009...

51

Tabel 4.10.

Tindakan Responden Tentang Pemberantasan Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009………....

53 Tabel

4.11.

Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Persepsi Ibu tentang Program Pemberantasan Diare terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2009………...

55


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1. Skema Persepsi Backer ……….. 22

Gambar 2.2. Skema Aksi Weber ……….. 23


(14)

ABSTRAK

Pada tahun 2007, telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) di 16 Propinsi – salah satunya Sumatera Utara – khusunya pada kelompok umur Balita. Sibolga merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang jumlah penderita diarenya tinggi pada tahun 2007, yakni sebesar 2044 orang. Di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota, tercatat 178 orang menderita diare, dimana 51% di antaranya adalah balita.

Jenis penelitian ini adalah survey dengan tipe explanatory, yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi ibu tentang program (tujuan, kegiatan dan pemantauan) terhadap tindakan ibu dalam program pemberantasan penyakit diare di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga tahun 2009. Populasi adalah ibu yang memiliki balita, dengan jumlah sampel sebanyak 77 yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Analisa data menggunakan uji statistik regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare adalah Persepsi Ibu tentang Tujuan Program Pemberantasan Diare, dengan taraf signifikansi p= 0,031 dan kontribusi terhadap terjadinya tindakan pemberantasan diare sebesar 35,9%.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Sibolga, meningkatkan kegiatan penyuluhan, penyebaran spanduk, brosur, kerjasama dengan instansi terkait dan lembaga kemasyarakatan, seperti kecamatan, kelurahan, posyandu, organisasi kepemudaan dalam rangka penataan lingkungan bersih dan sehat.


(15)

ABSTRACT

In 2007, there was outbreak (KLB) in the 16 Provincials - one of the province was North Sumatera, especially in the child under 5 years. Sibolga is one of the city in the north Sumatera Province which had diarrhea wounded in 2007, as 2044 persons. In Pasar Belakang Village there were 178 diarrhea wounded, which 51% of them were child under 5 years old.

Type of this research is explanatory survey, which aims to explain the influence of mother’s perceptions about the program (goals, activities and monitoring) to the mother’s action in diarrhea disease eradication program in Pasar Belakang Village; Sibolga Kota Sub District; Sibolga District in the year 2009. Population were the mother with under five years old and 77 samples were taken by simple random sampling. Data were analyzed by using multiple regression linier.

The results of research showed that the variables that had influence on the implementation of diarrhea disease eradication program is Mother's Perception about diarrhea disease eradication program goal, with p = 0.031 and contributing to the implementation of diarrhea disease eradication program (35.9%).

Based on the results of research, it is suggested to Sibolga Distric Health Office to increase the extension, delivery banners, brochures, to cooperate with related institutions, such as sub districts, village, Posyandu, local community, local youth organizations to build clean healthy environment.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal sebagaimana telah ditegaskan di dalam kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat pada tahun 2010 (Depkes RI, 2000).

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip Blum, bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu dari 4 (empat) faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar. Hal ini dapat diartikan bahwa pengelolaan lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular, seperti asma dan kanker kulit.

Menurut Azwar (1997) lingkungan adalah kesatuan dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang memengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya


(17)

interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit. Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit ataupun pejamu (Hiswani, 2003).

Salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan salah satu penyebab morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) anak-anak di Indonesia adalah diare. Sebanyak 19 persen penyebab kematian balita di Indonesia disebabkan karena diare (Unicef, 2007).

Penyakit diare disebabkan oleh mikroorganisme (seperti bakteri, parasit, protozoa, dan virus) melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja, sedangkan faktor yang berpengaruh lainnya meliputi faktor pejamu dan faktor lingkungan (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) sepanjang tahun 2000-2003, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada balita di dunia. Di Asia Tenggara juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada balita (WHO, 2005).

Untuk kasus diare pada bayi, perilaku orang dewasa yang menangani makanan merupakan salah satu faktor penting. Selain balita belum dapat melakukan dengan baik aktifitas untuk memenuhi kebutuhannya, ibu adalah sebagai tempat


(18)

bergantung dan orang terdekat bagi seorang balita. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap ibu rumah tangga dengan anak balita tentang perilaku hidup bersih dan sehat, diharapkan terjadi penurunan jumlah insiden diare di kelompok balita (KuIS, 2005).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita. (Depkes RI, 2005).

Di Indonesia pada tahun 2007, terjadi KLB di 16 Propinsi dan 44 daerah tingkat dua, salah satunya adalah Propinsi Sumatera Utara. Jumlah penderita sebesar 10.980 dan 277 penderita di antaranya meninggal dunia akibat penyakit diare (Depkes RI, 2007).

Sibolga sebagai salah satu daerah kota di Propinsi Sumatera Utara, secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Merupakan satu-satunya kota pantai sebagai pusat pelayanan primer di pantai barat Sumatera Utara dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kota, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat pelayanan pariwisata, pengolahan hasil perikanan, pusat transportasi laut dan pusat pendidikan (Profil Kota Sibolga, 2005).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Sibolga tahun 2007, penderita diare di Kota Sibolga berjumlah 2044. Dengan jumlah penderita di setiap Puskesmas di kecamatannya sebagai berikut : Puskesmas Sambas sebanyak 655 penderita, Puskesmas Pelabuhan Sambas sebanyak 181 penderita, Puskesmas Aek Habil


(19)

sebanyak 480 penderita dan Puskesmas Pintu Angin sebanyak 728 penderita (Dinkes Sibolga, 2007).

Di Kecamatan Sibolga Kota jumlah penderita diare pada tahun 2007 adalah sebesar 655 penderita. Di kecamatan ini insiden mulai Januari sampai Desember rata-rata bertambah (Puskesmas Sambas, 2007).

Pasar belakang adalah salah satu kelurahan yang dimiliki oleh Kecamatan Sibolga Kota. Menurut data dari Puskesmas Sambas jumlah penderita diare pada tahun 2007 adalah 178 di Kelurahan ini, dengan distribusi berdasarkan kelompok umur pada anak usia 0-1 tahun, yaitu 32 penderita (18%), pada anak 1-4, yaitu 90 penderita (51%)dan usia >5 tahun sebanyak 56 penderita (31%) (Puskesmas Sambas, 2007).

Hasil survei bulan Juli tahun 2007, di wilayah kerja puskesmas Sambas menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan pemukiman rata-rata kondisi bangunan hunian sangat tidak baik. Hasil ini juga didukung oleh data puskesmas sambas tentang kondisi lingkungan pemukiman masyarakat, yaitu: (1) sebesar 64,88% KK, tidak memilki akses air bersih, (2) sebesar 42% KK tidak memiliki jamban, (3) sebesar 37,8% tidak memiliki pembuangan sampah, dan (4) sebesar 69% KK tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Kebiasaan warga yang tidak memiliki jamban, mereka buang air besar di pinggi pantai dan dapat dipastikan semakin memudahkan penularan berbagai penyakit di daerah ini terutama penyakit diare (Puskesmas Sambas, 2007).

Berdasarkan pendapat Rochmad (1993), dapat disimpulkan bahwa lingkungan (meliput i air bersih dan sanitasi) memiliki peranan sangat penting sebagai media yang


(20)

dominan untuk penularan penyakit diare. Disamping itu penyakit diare, berkaitan dengan karakteristik individu, seperti faktor sosial ekonomi, pendidikan atau pengetahuan, faktor sarana kesehatan yang ada diwilayah pemukiman, (seperti puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan rumah sakit); serta pelaksanaan program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit diare, dan secara klinis terkait dengan daya tahan tubuh.

Pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Sibolga di masyarakat bertujuan mewujudkan masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi, sehingga kesakitan dan kematian dapat dicegah. Pelaksana kegiatan adalah petugas dari bagian pemberantasan penyakit dibantu oleh kader posyandu dan tokoh masyarakat, dengan sasaran khusus adalah ibu yang memiliki balita. Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula gedung Dinas Kesehatan Kota Sibolga , pada 05-06 Agustus 2008, dengan target 90% ibu yang memiliki balita mengikutinya (Dinkes Sibolga, 2008).

Dinas kesehatan telah melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai tingkat administratif pelaksana program guna mendukung pelaksanaan program diare, yaitu :

1. Kerjasama bagian pemberantasan penyakit menular dengan bagian promosi kesehatan di dinas kesehatan dalam pelaksanaan penyuluhan kepada tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat umum secara rutin.


(21)

2. Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di masyarakat melalui materi-materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan.

3. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan tatalaksana penderita dan pencegahan diare di masyarakat (Dinkes Sibolga, 2008).

Metode dan teknik dalam penyampaian materi penyuluhan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Sibolga yaitu metode penyuluhan kelompok, dengan menjadwal masing-masing kelompok masyarakat: seperti tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat umum. Media saluran komunikasi menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika, yaitu brosur, dan penggunaan LCD (Dinkes Sibolga, 2007).

Petugas juga memberikan penyuluhan tentang terapi pada penderita diare, yaitu terapi A untuk penderita tanpa dehidrasi/tatalaksana di rumah, terapi B untuk mengobati penderita dehidrasi ringan/sedang, dan terapi C untuk mengobati penderita dehidrasi berat.

Pemantauan terhadap program pemberantasan penyakit diare yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah dengan mengunjungi penderita dan lingkungan sekitar penderita untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) (Dinkes Sibolga, 2008).

Berbagai hasil penelitian di berbagai daerah menunjukkan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya diare pada anak. Hasil penelitian Meiyati (2003) di Kota Sibolga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara


(22)

pendidikan ibu, penyediaan air bersih, penggunaan jamban, dan tingkat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak balita.

Hasil penelitian Partama (2006), di desa Tembuku, Propinsi Bali, menunjukkan bahwa ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah berisiko kejadian diare pada balita lebih besar dari pada ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Demikian juga ibu balita dengan kesehatan lingkungan kurang, risiko kejadian diare pada balita lebih besar dari pada ibu balita dengan kesehatan lingkungan baik.

Hasil penelitian Yusnani (2007) di Kota Binjai, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, mencuci tangan sebelum makan, penggunaan air bersih, kebersihan jamban dan cara penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada anak.

Hasil penelitian Handayani (2007), di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor higiene pribadi seorang ibu yang memiliki Balita dengan kejadian diare pada anak Balita.

Hasil penelitian Oktarina (2007), di desa Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap pencegahan penyakit diare. Pengetahuan dan sikap responden yang berada dalam kategori baik memiliki tindakan terhadap pencegahan penyakit diare baik pula.

Menurut Sarwono (2000) yang mengutip Weber, menjelaskan bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek rangsangan atau situasi tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu bergantung pada lingkungannya, karena perilaku mempunyai


(23)

pengaruh yang sangat besar dengan derajat kesehatan, maka diperlukan upaya untuk merubah perilaku tersebut agar sesuai dengan norma hidup sehat.

Menurut Setiadi (2003) yang mengutip Weber, bahwa persepsi adalah proses bagaimana rangsangan-rangsangan itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Rangsangan adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi tanggapan individu.

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh Karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya (Setiadi, 2003).

Aspek persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang. Persepsi berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Seseorang harus menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain (Luthans, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, sangat penting dilakukan penelitian tentang fenomena kejadian diare, yang difokuskan pada faktor persepsi ibu yang terkait dengan tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita. Faktor persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan program yang dilaksanakan dinas kesehatan dan Puskesmas). Adapun aspek tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita yang dilakukan oleh ibu meliputi penggunaan dot dan botol susu, penggunaan air bersih yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja anak dengan benar, imunisasi campak,


(24)

pemberian cairan, pemberian makanan bergizi termasuk ASI, dan pengetahuan tentang tanda-tanda penderita diare (balita) yang harus dibawa ke sarana kesehatan.

Pilihan lokasi penelitian di Kelurahan Pasar Belakang kota Sibolga dengan mempertimbangkan tingginya kasus diare di daerah tersebut.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimana pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan) terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian adalah: menjelaskan pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan) terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Masukan untuk Pemerintah Daerah Kota Sibolga, khususnya Dinas kesehatan kota Sibolga dan Puskesmas dalam rangka merumuskan kebijakan, program, dan tindakan administratif dalam penanggulangan masalah diare di masyarakat.


(25)

2. Diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pengembangan pengetahuan administrasi dan kebijakan kesehatan

3. Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat demi tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Diare

Diare merupakan salah jenis penyakit yang banyak derita oleh masyarakat di Indoensia, dan dalam sebagian kejadian atau wabah, diare telah menjadi penyebab kematian terutama pada balita (Depkes RI, 2007).

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Diare juga penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, yaitu: infeksi, mal absorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain; tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Ridwan, 2007).

Penyakit diare, terdiri dari beberapa jenis, yaitu: (1) Diare akut, merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari atau umumnya kurang dari 7 hari, yang dapat mengakibatkan dehidrasi sebagai penyebab utama kematian bagi penderita diare; (2) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya, yang dapat menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa; dan (3) Diare persisten, merupakan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus, yang dapat mengakibatkan


(27)

persisten yaitu penurunan berat badan dan gangguan metabolisme; dan (4) Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan: (1) Muntah, (2) Badan lesu atau lemah dan panas, (3) Tidak nafsu makan, (4) Darah dan lendir dalam kotoran

(Depkes RI, 2000).

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi

(Depkes RI, 2000).

(Depkes RI, 2000).

Penyebab diare adalah : (1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare, biasanya menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita; (2) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare; dan (3) Faktor lingkungan dan perilaku (Depkes RI, 2007).

Beberapa perilaku dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu (Depkes RI, 2007)

1.

:

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada


(28)

balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

2.

3.

Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Balita yang menggunakan botol susu beresiko mendapatkan diare yang parah dan fatal dibandingkan dengan balita yang menggunakan ASI secara penuh.

4.

Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

5.

Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

6.

Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

Tidak membuang tinja (termasuk tinja balita) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja balita tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang dapat pila menyebabkan infeksi pada manusia.

Beberapa faktor pejamu dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit dan lamanya diare, adalah (Depkes RI, 2007):


(29)

1. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi tubuh dari kuman penyebab diare seperti: Shigella dan Vibrio Cholerae.

2. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.

3. Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

4. Immunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama pada penderita AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Pada anak immunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama

5. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar bakteri/virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu, melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2007).


(30)

2.2. Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Masyarakat

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut

1.

(Depkes RI, 2007):

2.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok Oralit.

3.

Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di Rumah Tangga secara tepat dan benar.

4.

Meningkatkan Upaya Pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

5.

Meningkatkan sanitasi lingkungan.

Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare Salah satu kegiatan program pemberantasan penyakit diare di masyarakat adalah melalui upaya pencegahan dengan pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang bertujuan terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati, dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan KIE sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. Adapun Strategi pemberantasan penyakit diare, adalah: (1) Advokasi, melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai tingkat administratif pelaksana program baik lintas program maupun sektor guna mendukung pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare; (2) Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di masyarakat untuk mendapatkan social support dalam komunikasi pemberantasan penyakit diare; (3)


(31)

Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan tatalaksana penderita diare dan pencegahan diare atau empowerment (Depkes RI, 2007).

Kegiatan pemberantasan penyakit diare, yang ditetapkan Depkes RI (2007), adalah:

1. Pendekatan Pimpinan/Pengambil Keputusan (Advocacy) :

a. Menentukan dan memantapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para pengambil keputusan.

b. Menentukan sasaran: Sasaran ditentukan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) Pimpinan lintas program ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan program terkait, (2) Pimpinan lintas sektor ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan kelompok masyarakat sasaran, dan (3) Penyandang/Sumber dana, dan semua semua agensi yang berpotensi, termasuk pengusaha (BUMN, Swasta), bantuan luar negeri, dan lain-lain. c. Menentukan perilaku yang diharapkan, yaitu: (1) Pimpinan lintas program

dalam tatalaksana penderita diare dan pencegahan penyakit diare diharapkan membantu dalam Petunjuk operasional dan bentuk terpadu lainnya, Koordinasi dan pengawasan, dan Dukungan sumber daya; (2) Pimpinan lintas sektor, terutama dalam pencegahan penyakit diare, diharapkan dapat membantu dalam Penerbitan petunjuk operasional, Melaksanakan koordinasi dan pengawasan, Mengusahakan sumber daya; dan (3) Penyandang dana, diharapkan dapat membantu dalam Menyediakan dana, Menyediakan sarana, dan menyediakan tenaga ahli.


(32)

d. Menentukan pesan, merujuk ke tujuan yang hendak dicapai. Secara prinsip, mengembangkan pesan dengan dasar untuk mencegah kejadian dan kematian karena diare.

e. Menentukan Metode dan Teknik, Disesuaikan dengan segmen sasaran Advocacy, antara lain: Pendekatan langsung, Seminar, Rapat kerja, Lokakarya, Sarasehan.

f. Menentukan Media, disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode serta teknik penyampaian, misal: Proposal, Buku Pedoman, Makalah, Leaflet 2. Dukungan Suasana (Social Support), meliput i:

a. Rangkaian kegiatan hampir sama dengan Advocacy, tetapi kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang, antara lain Kader, Tim Penggerak PKK, tokoh masyarakat di tingkat kecamatan, Kab/Kota dan Propinsi.

b. Materi KIE lebih operasional dari pencegahan penyakit dan tatalaksana penderita yang cepat dan tepat, antara lain: menolong penderita diare di rumah tangga, penyuluhan tentang pencegahan penyakit diare.

c. Metode, teknik dan bentuk media disesuaikan dengan kelompok sasaran. Begitu pula sarana yang digunakan disesuaikan dengan kondisi, seperti cetak, elektronik dan tradisional.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment), meliputi:

a. Sebagai sasaran utama KIE adalah masyarakat. Secara aktif masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.


(33)

b. Materi pesan adalah : (1) Tatalaksana penderita diare di rumah tangga dan (2) Pencegahan penyakit diare

c. Metode dan teknik, selain disesuaikan segmen pasar, diupayakan berlangsung dinamis, misalnya tatap muka, simulasi, demonstrasi, penyuluhan kelompok.

d. Media saluran komunikasi, pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran yaitu menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika. Pemantauan terhadap program pemberantasan penyakit diare lebih ditujukan pada aspek proses. Pemantauan terhadap proses dapat dilakukan dalam bentuk angket, supervisi atau rapid assessment survey, sedangkan penilaian lebih ditujukan pada dampak program dan sering disebut evaluasi. Pelaksanaan penilaian dapat dilaksanakan pada pertengahan atau akhir pelaksanaan program. Indikator dikembangkan sesuai dengan tujuan program. Penilaian dapat dirancang untuk dilaksanakan sendiri atau digabung dalam survei besar dengan program lain, seperti SKRT atau SDKI. Lokasi penilaian adalah di lapangan (masyarakat) dan sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit (Depkes RI, 2007).

Program pemberantasan penyakit diare, juga mencakup kegiatan Pencegahan Penyakit Diare, yang diharapkan dapat memberi dukungan untuk menurunkan angka kejadian kematian akibat diare. Adapun upaya pencegahan penyakit diare untuk masyarakat, meliputi (Depkes RI, 2007):

1. Penggunaan botol susu dan dot yang steril, penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang panas, sering


(34)

menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.

2. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah, dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: ambil air dari sumber air yang bersih, ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak mandi, gunakan air yang direbus, cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

Menurut Chandra (2007), Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

3. Mencuci tangan dengan sabun, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.


(35)

4. Menggunakan jamban, pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban, dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga; bersihkan jamban secara teratur; bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

5. Membuang tinja balita yang benar. Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja balita itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja balita dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja balita harus dibuang secara bersih dan benar; dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: Kumpulkan segera tinja balita dan buang ke jamban, Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun, Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.

6. Pemberian Imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.


(36)

Penyakit diare disebabkan oleh mikro organisme (seperti bakteri, parasit, protozoa, dan virus) melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja, sedangkan faktor yang berpengaruh lainnya meliputi faktor pejamu dan faktor lingkungan. Untuk kasus diare pada balita, perilaku orang dewasa yang menangani makanan merupakan salah satu faktor penting. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap ibu rumah tangga dengan anak balita tentang perilaku hidup bersih dan sehat, diharapkan terjadi penurunan jumlah insiden diare di kelompok balita (Depkes RI, 2007).

2.3 Persepsi dan Tindakan Ibu

Secara khusus, peristiwa diare pada anak berhubungan dengan peran ibu; dan peran ibu dilatarbelakangi (diantaranya) oleh karakteristik ibu. Menurut Depkes (1993), karakteristik ibu yang menentukan perannya dalam penanggulangan penyakit diare anak antara lain: (1) Pendidikan Ibu, Pendidikan orang tua khususnya ibu sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga. Pada umumnya seorang ibu berperan dalam pemeliharaan kesehatan anak, ibu yang berpendidikan baik akan mempunyai wawasan yang cukup untuk memelihara kesehatan anaknya; (2) Status Kerja Ibu, status bekerja secara otomatis mengurangi perhatian ibu terhadap anaknya, yang dapat berakibat pada gangguan perkembangan fisik, mental, dan status kesehatan anak; (3) Pengetahuan Ibu Terhadap Penanggulangan Diare.

Menurut Depkes (1993), penanggulangan diare yang seharusnya diketahui, dipahami, dan dilaksanakan oleh ibu adalah:


(37)

1. Jumlah pemberian minuman anak penderita diare. Balita yang mendapat ASI selama 24 jam pertama pada fase awal dari penyakit diare yang akut, menunjukkan frekuensi dan volume diare yang lebih kecil dan lebih cepat sembuh jika dibandingkan dengan balita yang mengalami pemberhentian pemberian ASI. Balita yang disusui dengan ASI harus diberikan sekurang-kurangnya setiap tiga jam selama diare. Bagi balita yang tidak disusui dengan ASI, susu formula dapat terus diberikan tetapi diselang-seling dengan air putih dalam jumlah yang sama banyak dan diberikan paling sedikit setiap tiga jam sekali

2. Jumlah makanan anak menderita diare. Diare dapat mempercepat timbulnya gizi kurang karena mual dan muntah, sehingga konsumsi makanan menurun. Kurang gizi menyebabkan anak terkena resiko tinggi menderita diare yang lebih berat dan lebih lama, sehingga menyebabkan terlambatnya pertumbuhan dan kemudian mati. Pemberian makanan dapat membantu pemberian cairan selama diare dan pengelolaan aspek gizi pada diare. Anjuran makanan harus sesuai dengan umurnya dan sama dengan makanan yang telah dikenalnya dengan baik.

Pengetahuan ibu tentang penanggulangan diare akan membentuk persepsinya yang akan menjadi landasan tindakan ibu untuk melaksanakan program pemberantasan penyakit diare. Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat tergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap


(38)

segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.

Menurut Maman (1988) yang mengutip Backler bahwa, tentang Skema Persepsi (Gambar 1) yang menguraikan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Disamping faktor lingkungan, maka karakteristik ibu atau latar belakang ibu (seperti pengalaman, pantangan, sikap terhadap alam, dsb) berperan pula membentuk persepsi sebagai dasar pengambilan keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.

Gambar 2.1: Skema Persepsi Menurut Backer; Sumber: Maman (1988)

Menurut Mulyana (2002), persepsi dipengaruhi oleh kerangka konseptual, perangkat asumsi,perangkat nilai, dan gagasan, dan persepsi mempengaruhi tindakan seseorang dalam situasi tertentu.

Menurut Wexley (1988), orang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai dengan persepsi dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi objektif di mana mereka sebenarnya berada. Seseorang hanya bisa menggunakan sebagian kecil

Tindakan Lingkungan

alam

Informasi

Persepsi

Keputusan Latar belakang :

- pengalaman - pantangan - sikap

terhadap alam, dsb.


(39)

rangsangan kesadarannya yang ada pada suatu peristiwa, dan bagian ini diinterpretasikan sesuai dengan harapan, nilai-nilai serta keyakinannya.

Menurut Sarwono (2004) yang mengutip Weber, bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek rangsangan atau situasi tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu bergantung pada lingkungannya. Karena perilaku mempunyai pengaruh yang sangat besar dengan derajat kesehatan, maka diperlukan upaya untuk merubah perilaku tersebut agar sesuai dengan norma hidup sehat.

INDIVIDU

RANGSANGAN TINDAKAN

Gambar 2.2: Skema Aksi (Tindakan) Menurut Weber; Sumber: Sarwono (2000)

Menurut Schermerhorn (1988), persepsi adalah proses dimana orang melakukan seleksi, menerima, mengorganisasi, dan interpretasi informasi dari lingkungannya. Dengan persepsi orang memproses informasi lalu membuat suatu keputusan dan tindakan.

Menurut Gibson (1996), bahwa persepsi adalah mengorganisasikan informasi dari lingkungan, dan persepsi melibatkan kognisi, ini termasuk interpretasi objek, symbol-simbol, dan orang-orang dengan pengalaman yang relevan. Dengan kata lain,

Pengalaman Persepsi Pemahaman Penafsiran


(40)

persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya, dan menterjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

Menurut Leavitt (1992), jika benar orang berperilaku berdasarkan persepsinya, maka mengubah perilaku individu ke arah suatu tujuan tertentu dapat dipermudah dengan memahami persepsi individu tersebut, dan keadaan-keadaan yang mungkin memengaruhi perubahan perilaku mereka.

Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Dalam hubungannya dengan perilaku orang-orang dalam suatu organisasi, ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini, menunjukkan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut: (1) obyek atau peristiwa yang dipahami; (2) lingkungan terjadinya persepsi; dan (3) orang-orang yang melakukan persepsi. Dengan demikian, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupaka suatu penafsiran yang unik terhadap situasi bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 1999).

Menurut Setiadi (2008) yang mengutip Weber, bahwa persepsi adalah proses bagaimana rangsangan-rangsangan itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Rangsangan adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi tanggapan individu. Proses persepsi terdiri dari :


(41)

1. Seleksi perseptual yang terdiri dari: (a) perhatian, perhatian yang dilakukan dapat secara sengaja atau tidak sengaja; dan (b) persepsi selektif, terjadi ketika seseorang melakukan perhatian yang secara sengaja atau aktif mencari informasi yang mempunyai relevansi pribadi

2. Organisasi persepsi, berarti bahwa seseorang mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu.

3. Interpretasi perseptual, setiap rangsangan yang menarik perhatian seseorang baik disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh seseorang. Dalam proses interpretasi seseorang akan membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang telah tersimpan dalam waktu yang lama yang berhubungan dengan rangsangan yang diterima.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah kondisi psikologis, keluarga, dan kebudayaan yang dianut. Berbagai macam faktor perhatian yang berasal dari luar dir seseorang dapat mempengaruhi proses seleksi persepsi, yaitu gerakan, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, dan hal-hal yang baru berikut ketidakasingan dari rangsangan. Selanjutnya, beberapa faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain: proses belajar, motivasi, dan kepribadiannya (Rakhmat, 2005).

Menurut Kossen (1986), persepsi cara memandang situasi tertentu, dengan kecenderungan untuk menyerap apa yang ingin dilihat dengan mengutamakan penilaian sendiri yang disebut dengan “mental set”. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi persepsi, diantaranya adalah: faktor keturunan, latar belakang


(42)

lingkungan dan pengalaman, tekanan teman sejawat, proyeksi, penilaian yang tergesa-gesa, dan efek halo atau panutan dari seseorang.

Persepsi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan faktor-faktor struktural atau pengaruh-pengaruh dari rangsangan fisik dan faktor-faktor fungsional atau pengaruh psikologis dari perasaan organisme. Di antara pengaruh-pengaruh psikologis ini meliputi rasa membutuhkan, keinginan, perasaan, pendirian, dan asumsi (Severin, 2008).

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh Karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas (Setiadi, 2008).

Aspek sosial persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang. Persepsi sosial berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Seseorang harus menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain (Luthans, 2006).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat


(43)

juga dikatakan perilaku (overt behavior) kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni (Notoatmodjo, 2003): 1. Tindakan (Praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan ini mencakup: (1)

pencegahan penyakit dan (2) penyembuhan penyakit.

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

Tindakan sehubungan dengan penyakit yang mencakup pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit dalam hal ini adalah penyakit diare, dapat dilakukan tindakan pencegahannya sebagai berikut: (1) penggunaan dot dan botol susu yang steril; (2) mencuci tangan dengan sabun; (3) menggunakan air bersih yang cukup; (4)

Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas, maka sangat penting dikaji persepsi ibu mengenai pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare (melalui ukuran tujuan program, kegiatan program, pemantauan dan penilaian program). Berdasarkan teori persepsi, maka pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare dapat dikategorikan sebagai rangsangan. Selanjutnya, dampak dari persepsi adalah bentuk atau tingkat tindakan ibu, dalam konteks penelitian ini adalah tindakan ibu melakukan pencegahan penyakit diare pada balita (meliputi:

penggunaan jamban yang baik; (5) membuang tinja balita yang benar; dan (6) imunisasi campak. Tindakan penyembuhan penyakit dalam hal ini adalah tatalaksana diare di rumah tangga, dapat dilakukan tatalaksananya sebagai berikut: (1) mencegah terjadinya dehidrasi; (2) pemberian ASI (susu formula) /makanan; dan (3) membawa penderita ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2007).


(44)

makanan pendamping ASI, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja balita, imunisasi campak).

2.5. Kerangka konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas

Gambar 2.3 Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka kosep penelitian, dapat diuraikan definisi konsep penelitian, sebagai berikut:

1. Ibu, adalah seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak dibawah usia 5 tahun pada saat penelitian ini berlangsung.

2. Persepsi, adalah penilaian atau hasil proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungannya yang dalam penelitian ini adalah program pemberantasan diare dengan menggunakan indera yang dimilikinya, dengan hasil penilaian dapat disusun dalam bentuk atau kategori baik, sedang, kurang baik.

Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare

Variabel Terikat

Persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare : 1. Tujuan program

2. Kegiatan program 3. Pemantauan program


(45)

3. Program Pemberantasan Diare adalah serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan posedur atau tatalaksana untuk menanggulangi penyakit diare, yang dalam penelitian ini diukur dari aspek Tujuan, Kegiatan program, Pemantauan dan penilaian program.

4. Persepsi Ibu tentang Program Pemberantasan Diare, adalah penilaian atau hasil proses pengamatan oleh wanita yang telah berkeluarga dan memiliki balita tentang serangkaian kegiatan yang dilengkapi dengan posedur atau tatalaksana untuk pemberantasan penyakit Diare; dengan hasil penilaian dapat disusun dalam bentuk atau kategori baik, sedang, kurang baik. Penilaian tentang pemberantasan penyakit diare, dalam penelitian ini, meliputi: aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan.

5. Tindakan Pencegahan Penyakit Diare, yaitu ragam perilaku atau upaya (ibu) yang dilakukan dalam menghindarkan balita terkena penyakit diare, dengan bentuk perilaku dapat disusun dalam kategori melakukan dengan baik, sedang, dan kurang. Perilaku pencegahan diare, dalam penelitian ini, meliputi: aspek pemberian Air Susu Ibu, pemberian makanan pendamping ASI, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja bayi, imunisasi campak.

2.6. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan, tujuan peneltitian, dan kerangka konsep penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut: terdapat pengaruh antara persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi: tujuan,


(46)

kegiatan program, pemantauan dan penilaian program) terhadap tindakan ibu dalam pencegahan penyakit diare.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Survei dengan tipe Penelitian Penjelasan atau Explanatory Research yang ditujukan untuk menjelaskan pengaruh variabel persepsi ibu tentang program pemberantasan diare terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita. Menurut Singarimbun (1995), penelitian penjelasan adalah menganalisis atau menguraikan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Sibolga (2007), yang menunjukkan angka kejadian diare di lokasi penelitian relatif tinggi dibandingkan dengan keluharan lainnya di Kota Sibolga.

Penelitian direncanakan berlangsung selama 3 bulan, yang dimulai pada bulan Februari 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki balita (anak usia 1-4 tahun) yang bertempat tinggal di Kelurahan Pasar belakang. Berdasarkan data puskesmas Sambas (2009), diketahui jumlah ibu di Kelurahan Pasar belakang yang mempunyai balita sebanyak 376 orang.


(48)

Sehubungan jumlah anggota populasi relatif besar, maka penelitian ini menggunakan sampel, dengan penentuan jumlah menggunakan rumus yang dikembangkan Gasperz (1991), yaitu:

n = NZc2 (N-1)G

x P(1-P) 2

+Zc2 Dimana :

xP(1-P) n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 %

P = proporsi dari populasi, ditetapkan P = 0,5 G = penyimpangan sampel dari populasi (10%=0,1) Maka : n = 376(1.96)2

(376-1)x(0,1)

x 0,5 (1-0,5) 2

+ (1.96)2 n = 361,10

0,5(1-0,5)

4,70

n = 76,83 =77 sampel

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh sampel sebesar 77 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling.

3.4 Metode Pengumpulan data

Data primer dihimpun melalui metode pengumpulan data, yaitu metode wawancara, dengan teknik wawancara langsung, berpedoman pada kuesioner penelitian. Data sekunder dihimpun melalui pencatatan bahan-bahan dokumen, seperti data profil puskesmas, Dinas Kesehatan Kota Sibolga, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, dan data/dokumen dari instansi lainnya yang terkait dengan penelitian.


(49)

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas atau Independen

Karakteristik Ibu tentang Program Pemberantasan Diare merupakan himpunan variabel bebas, yang diukur melalui 3 variabel (yaitu: tujuan program, kegiatan program, pemantauan dan penilaian program); dengan definisi sebagai berikut:

1. Tujuan Program pemberantasan penyakit diare adalah terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati, dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. Substansi Tujuan Program diukur dengan indikator dan definisi sebagai berikut:

a. Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi yang jelas dari petugas sehingga informasi yang disampaikan dapat dimengerti, dihayati, dan dilaksanakan oleh masyarakat.

b. Informasi adalah bahan materi yang disampaikan oleh petugas yang berkaitan dengan upaya mencegah kesakitan dan menurunkan kematian akibat diare dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

c. Edukasi adalah mendidik masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit diare dan menangani penderita diare atau tatalaksana penderita diare di rumah.

d. Kesiapan petugas adalah sikap yang menunjukkan kemampuan untuk memberikan atau menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat yang berhubungan dengan tujuan dalam program pemberantasan penyakit diare.


(50)

e. Keaktifan petugas adalah tindakan yang menunjukkan kepedulian petugas terhadap masyarakat yang membutuhkan informasi dengan memberikan berbagai penjelasan tentang penyakit diare kepada mayarakat.

2. Kegiatan program adalah serangkaian aktifitas pemberantasan diare yang dilakukan petugas kesehatan kepada masyarakat, khususnya kepada wanita yang memiliki balita, yang meliputi indikator kegiatan dengan definisi sebagai berikut: a. Advokasi adalah pendekatan kepada berbagai instansi ditingkat kecamatan

dan kota, terkait dalam mendukung upaya pemberantasan penyakit diare di masyarakat, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Pengusaha, Pendidikan.

b. Dukungan suasana adalah keikutsertaan kader, Tim penggerak PKK, dan tokoh masyarakat di tingkat wilayah kerja puskesmas dan kelurahan dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare.

c. Pemberdayaan masyarakat adalah pemanfaatan potensi masyarakat dalam tatalaksana diare di rumah tangga dan lingkungan perumahan yang dapat membantu kegiatan pemberantasan penyakit lainnya, seperti penyuluhan, tatalaksana penderita diare, pencegahan dan pencatatan.

d. Penyuluhan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan berbagai informasi mengenai penyakit diare serta upaya dalam menanganinya. e. Jadwal kegiatan adalah rutinitas waktu pelaksanaan yang berkelanjutan dari

kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.

f. Kelengkapan sarana adalah ketersediaan sarana dalam mendukung pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare ditengah-tengah


(51)

masyarakat saat penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, dan dukungan suasana, seperti ruangan, meja, kursi, alat tulis, pengeras suara, dan lain-lain. 3. Pemantauan program adalah pelaksanaan pengamatan yang dilakukan petugas

terhadap penderita diare serta masyarakat sekitar rumah penderita di lokasi penelitian, terkait dengan upaya pengobatan dan pencegahan penularan diare; yang diukur dengan indikator dan definisi, sebagai berikut:

a. Kunjungan rumah pada penderita diare adalah kegiatan yang dilakukan petugas di lokasi penelitian, dalam program pemberantasan penyakit diare, dengan bentuk kegiatan mengunjungi penderita diare setelah 3 hari mendapat pengobatan/perawatan di Puskesmas.

b. Kunjungan ± 10 KK sekitah rumah penderita adalah kegiatan yang dilakukan petugas di lokasi penelitian, dalam program pemberantasan penyakit diare, dengan bentuk kegiatan mengunjungi masyarakat sekitar rumah penderita diare sebagai antisipasi adanya KLB.

Persepsi ibu tentang program pemberantasan diare, dikategorikan atas tiga tingkatan, yaitu: baik, sedang, dan buruk; dengan sebagai berikut:

1. Baik adalah penilaian atau pandangan ibu bahwa program pemberantasan penyakit diare secara keseluruhan atau sebagian besar terlaksana atau terpenuhi, seperti tujuan program, kegiatan program, dan pemantauan program.

2. Sedang adalah penilaian atau pandangan ibu bahwa program pemberantasan penyakit diare hanya sebagian terlaksana atau terpenuhi, seperti tujuan program, kegiatan program, dan pemantauan program.


(52)

3. Kurang Baik adalah penilaian atau pandangan ibu bahwa program pemberantasan penyakit diare sebagian besar tidak terlaksana atau tidak terpenuhi, seperti tujuan program, kegiatan program, dan pemantauan program.

3.5.2. Variabel Terikat atau Dependen

Tindakan pemberantasan penyakit diare, merupakan himpunan variabel terikat atau dependen, yang dengan definisi sebagai berikut:

1. Pemberantasan penyakit diare, merupakan ragam perilaku atau upaya (ibu) yang dilakukan dalam pencegahan dan penatalaksanaan, yaitu menghindarkan balita terkena penyakit diare dan penanganan penderita yang meliputi indikator kegiatan dengan definisi sebagai berikut:

a. Menggunakan dot dan botol susu yang steril, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. b. Mencuci tangan adalah tindakan mencuci tangan yang dilakukan ibu sehari-hari dalam mencegah kontaminasi terhadap kuman terutama (menggunakan antiseptik, seperti sabun) sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja balita, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan balita dan sebelum makan;


(53)

c. Menggunakan air bersih adalah tindakan yang dilakukan ibu dalam penggunaan air yang memenuhi syarat kesehatan, terlindung dari kontaminasi mulai sumbernya, penyimpanan, dan penggunaanya di rumah untuk balita. d. Penggunaan jamban adalah tindakan penggunaan jamban yang memenuhi

syarat kesehatan oleh keluarga ketika buang air besar

e. Membuang tinja adalah tindakan dalam membuang tinja anak yang bersih dan benar, yaitu mengumpulkannya dan dibuang ke jamban atau lubang kemudian ditimbun;

f. Imunisasi campak adalah tindakan memberi kekebalan tubuh balita untuk penyakit campak (dapat menjadi penyebab diare) pada usia 9 bulan.

g. Mencegah terjadinya dehidrasi adalah tindakan ibu dalam memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajin, kuah sayur, air sup, air teh, dan bila ada beri oralit.

h. Pemberian ASI (susu formula) /makanan adalah tindakan yang tetap meneruskan pemberian ASI bagi anak yang masih minum ASI, bagi anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya, dan tetap memberikan makanan bergizi.

i. Membawa penderita ke sarana kesehatan adalah tindakan ibu dan keluarga untuk membawa balitanya yang terkena diare ke Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya, bila tidak membaik dalam 3 hari atau ada salah satu tanda: buang air besar encer makin sering dalam jumlah banyak, ada muntah berulang, rasa haus yang nyata, tidak dapat minum atau makan, demam yang tinggi, ada darah dalam tinjanya.


(54)

Bentuk tindakan pemberantasan penyakit diare yang dilakukan ibu, dapat disusun dalam 3 kategori, yaitu:

1. Baik, apabila ibu melakukan tindakan pemberantasan diare secara keseluruhan atau sebagian besar sesuai dengan ketentuan definisi tindakan pencegahan

2. Sedang, apabila ibu melakukan tindakan pemberantasan diare hanya sebagian sesuai dengan ketentuan definisi tindakan pencegahan

3. Kurang, apabila ibu melakukan tindakan pemberantasan diare sebagian besar tidak terlaksana atau tidak sesuai dengan ketentuan definisi tindakan pencegahan

3.6. Aspek Pengukuran

Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan Skala Interval untuk variabel independen dan variabel terikat, dengan ketentuan sebagai berikuti:

1. Variabel independen terdiri dari 3 variabel, dan seluruh variabel ini diukur dari 13 Indikator. Setiap indikator dikembangkan menjadi 1 pertanyaan, sehingga 13 indikator sama dengan 13 pertanyaan. Setiap pertanyaan, diberi 3 kategori jawaban dengan ketentuan: (a) baik = nilai 3, (b) sedang = nilai 2, dan (c) kurang = nilai 1

2. Variabel dependen terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan, diberi 3 kategori jawaban dengan ketentuan nilai: (a) baik = nilai 3, (b) sedang = nilai 2, dan (c) kurang = nilai 1 (Tabel 3.1).


(55)

Tabel. 3.1 Pengukuran Variabel Bebas dan variabel terikat (contoh 1responden) No Variabel Independen: Persepsi

Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare

Jumlah Indikator

Kategori Jawaban 1 indikator

Skor Kategori Jawaban 1 variabel

Skor

1 Tujuan 5 Baik

Sedang Kurang 3 2 1 Baik Sedang Kurang 12-15 9-11 5- 8

2 Kegiatan 6 Baik

Sedang Kurang 3 2 1 Baik Sedang Kurang 14 -18 10 -13 6-9

3 Pemantauan 2 Baik

Sedang Kurang 3 2 1 Baik Sedang Kurang 5-6 3-4 2

3 variabel 13

indikator Baik Sedang Kurang 31-39 22-30 13-21 No Variabel Terikat:

Tindakan pemberantasan diare

10 Baik

Sedang Kurang 3 2 1 Baik Sedang Kurang 24-30 17-23 10-16

3.7. Teknik Analisa Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, untuk menganalisis pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare terhadap tindakan pencegahan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga 2009.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Luas wilayah Kelurahan Pasar Belakang 58,50 Ha, dan ketinggian 0,1 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan batas-batas wilayah: (a) sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasar Baru, (b) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pancuran Pinang, (c) sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Tapian Nauli, dan (d) sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pancuran Gerobak (Profil Kel. Pasar Belakang, 2009).

Jumlah penduduk Kelurahan Pasar Belakang sebanyak 5101 orang dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1100 KK. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak (2562 orang; 50,22%) dibandingkan penduduk laki-laki dan jumlah penduduk usia 1-4 tahun (Balita) sebanyak 1001 atau 19,62% (Tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 2

Laki-Laki Perempuan

2539 2562

Total 5101

Sumber: Data Monografi Kelurahan PasarBelakang Tahin 2009

Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk (2010 orang, 39,40%) adalah Sekolah Dasar; dengan pekerjaan utama sebagian besar (70%) penduduk adalah pedagang (menjual hasil laut) dan sebagian kecil penduduk bekerja sebagai nelayan.


(57)

Lahan untuk pemukiman di kelurahan Pasar Belakang relatif sangat terbatas, sehingga 75% KK membangun pemukiman di atas laut (Teluk Tapian Nauli).

4.2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 77 responden 56 orang berusia antara 20- 30 tahun (72,7%). Tingkat pendapatan responden, yang berada di bawah UMK/Upah Minimum Kota Sibolga (Rp.950.000,-) per bulan sebanyak 45 responden (58,4%) dan yang berpendapatan lebih besar atau sama dengan UMK sebanyak 32 responden (41,6%). Tingkat pendidikan responden, yang terbanyak yaitu tamat SMA sebanyak 43 responden (55,8 %), dan 8 responden (10,4%) tamat perguruan tinggi. Responden yang memiliki jumlah anak kurang dari 2 sebanyak 32 responden (41,6%) dan yang lebih besar atau sama dengan 2 sebanyak 45 responden (58,4%). Status pekerjaan responden, yang tidak bekerja sebanyak 60 responden (77,9%) dan yang bekerja sebanyak 17 responden atau 22,1% (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009

No Karakteristik Ibu f %

1 Umur: a. ≤19 tahun b. 20-30 tahun

c. 31-40 tahun d. ≥ 41tahun

1 56 12 8 1,3 72,7 15,6 10,4

Jumlah 77 100

2 Pendapatan: a. <UMK b. ≥UMK

45 32

58,4 41,6

Jumlah 77 100

3 Pendidikan: a. Tamat SD b. Tamat SMP c. Tamat SMA d. Peguruan Tinggi

10 16 43 8 13,0 20,8 55,8 10,4

Jumlah 77 100

Tabel 4.2. Lanjutan


(58)

b. ≥2 45 58,4

Jumlah 77 100

5 Pekerjaan: a. Bekerja b. TidakBekerja

17 60

22,1 77,9

Jumlah 77 100

4.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Diare

Pengetahuan responden tentang Diare, diukur dari faktor gejala diare, penyebab diare, penanganan awal diare, dan pencegahan diare.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (43 orang; 55,8%) mempunyai pengetahuan yang dapat dikategorikan sedang; yaitu mengetahui bahwa gejala diare berupa buang air besar encer dan lebih dari 4 kali sehari. Sebanyak 36 responden (46,8%) mempunyai pengetahuan yang dapat dikategorikan sedang yaitu mengetahui bahwa penyebab diare yaitu lingkungan yang buruk dan daya tahan tubuh balita, dan hanya 8 responden (10,4%) mempunyai pengetahuan yang dapat dikategorikan kurang; yaitu hanya melalui makanan saja. Sebagian besar responden 43 responden (55,8%) mempunyai pengetahuan yang dapat dikategorikan baik tentang penanganan awal penderita diare; yaitu menambah konsumsi ASI dan makanan lunak, memberikan cairan oralit, membawa ke saranan kesehatan jika 3 hari tidak membaik. Selanjutnya, sebagian besar responden 50 responden (64,9%) mempunyai pengetahuan yang dapat dikategorikan baik tentang pencegahan diare; yaitu pemberian ASI eksklusif 6 bulan, penggunaan jamban, kesterilan dot dan botol susu, imunisasi (Tabel 4.3).

Secara keseluruhan, pengetahuan responden tentang diare (diukur dari aspek gejala diare, penyebab diare, penanganan awal diare, dan pencegahan diare) adalah


(59)

sebagian besar responden (4 orang; 54,5%) mempunyai pengetahuan kategori baik tentang diare, sebanyak 30 responden (39,0%) mempunyai pengetahuan kategori sedang tentang diare, dan hanya 4 responden (5,2%) mempunyai pengetahuan kategori kurang tentang diare (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Diare di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009

No. Pengetahuan tentang Diare F %

1. Gejala Diare a. b. c. Baik Sedang Kurang 29 43 5 37,7 55,8 6,5

Jumlah 77 100

2. Penyebab Diare f %

a. b. c. Baik Sedang Kurang 33 36 8 42,9 46,7 10,4

Jumlah 77 100

3. Penanganan Awal Penderita Diare a. b. c. Baik Sedang Kurang 43 32 2 55,8 41,6 2,6

Jumlah 77 100

4. Pencegahan Diare a. b. c. Baik Sedang Kurang 50 19 8 64,9 24,7 10,4

Jumlah 77 100

5. Pengetahuan Total a. b. c. Baik Sedang Kurang 42 30 5 54,5 39,0 6,5

Jumlah 77 100

4.2.2. kepemilikan Sarana Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian tentang kepemilikan sarana sanitasi, 45 responden (58,4%) tidak memiliki jamban atau sumber air bersih dan 9 responden (11,7%) memiliki jamban dan sumber air bersih. Masyarakat yang tidak memiliki


(60)

akses air bersih jumlahnya sangat kecil, mereka meminta kepada tetangga/keluarga dekat yang sudah memiliki sumber air bersih dari Perusahaan Air Minum (PAM) daerah untuk konsumsi keluarga, sedangkan untuk sarana jamban, masyarakat yang tidak memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau yang tidak memiliki jamban, mereka jarang untuk numpang, mereka biasanya buang air besar di atas laut atau di halaman belakang dan hal ini masih sering kita jumpai saat ini. (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Kepemilikan Sarana Sanitasi di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009

No. Kepemilikan Sarana Sanitasi F %

a. b. c.

Baik Sedang Buruk

23 9 45

29,9 11,7 58,4

Jumlah 77 100

4.3. Program Pemberantasan Penyakit Diare

Pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare oleh Dinas Kesehatan Kota Sibolga telah dilakukan dengan mengadakan penyuluhan dan pelatihan dalam menangani penderita diare. Penyuluhan tersebut difasilitasi oleh Dinas Kesehatan dengan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Kota Sibolga.

Pelaksana kegiatan adalah petugas dari Dinas Kesehatan bagian pemberantasan penyakit (P2) dan promosi kesehatan dan dibantu oleh kader dan tokoh masyarakat, dengan sasaran adalah masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita. Hal ini didasari karena menurut data tahun 2007, persentase diare pada balita sebesar 90% dari jumlah penderita diare dari tiap kecamatan. Tidak hanya oleh Dinas


(61)

Kesehatan namun, program ini juga didukung oleh Puskesmas dan khususnya petugas dan kader posyandu yang melanjutkan kegiatan tersebut pada saat jadwal posyandu. Sehingga program pemberantasan penyakit diare ini dapat mencapai tujuannya.

Materi yang disampaikan berhubungan dengan diare, mulai dari apa itu diare, bagaimana seseorang terkena diare, apa-apa saja faktor yang dapat menyebabkan diare, bagaimana pencegahan serta tatalaksana pada orang yang telah terkena diare.

Memberikan pelatihan kepada para peserta dalam tatalaksan diare di rumah, terapi A untuk penderita tanpa dehidrasi, yaitu: memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak di bawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi, teruskan ASI atau susu, bila anak usia 6 bulan atau lebih telah mendapat makanan padat: berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi. Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambahkan kalium. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, selalu haus, makan atau minum sedikit, demam, dan tinja berdarah. Terapi B untuk penderita dehidrasi


(1)

Mencegah Dehidrasi

1 1,3 1,3 1,3

37 48,1 48,1 49,4

39 50,6 50,6 100,0

77 100,0 100,0

Memberikan minum yang manis -manis Memberikan lebih banyak cairan s eperti: air tajin, kuah sayur, air sup, air teh Memberikan oralit Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Pemberian ASI dan makanan ketika diare

7 9,1 9,1 9,1

11 14,3 14,3 23,4

59 76,6 76,6 100,0

77 100,0 100,0

Menghentikan s ementara pemberian ASI

Mengurangi Pemberian ASI dan menambah pemberian makanan Meneruskan dan

menambah konsumsi ASI dan makanan bergizi Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Me mbawa pe nde rita

61 79,2 79,2 79,2

4 5,2 5,2 84,4

12 15,6 15,6 100,0

77 100,0 100,0

Ketika balita sudah sakit parah

Saat diketahui balit a terkena diare langsung dibawa ke sarana kes ehaan Ketika tidak membaik dalam wak tu tiga hari Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(2)

Ti nda kan Pencegaha n da n P ena nggula nga n

4 5,2 5,2 5,2

32 41,6 41,6 46,8

41 53,2 53,2 100,0

77 100,0 100,0

Kurang Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

Ke pem ilikan Seluruh Sarana Sa nita si

45 58,4 58,4 58,4

9 11,7 11,7 70,1

23 29,9 29,9 100,0

77 100,0 100,0

Buruk Sedang Baik Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

Correlations

Persepsi Total1

Persepsi Total2

Persepsi Total3

Tindakan Pencegah an dan Penanggul

angan

Persepsi Total1 Pearson Correlation 1 ,914(**) ,781(**) ,597(**)

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 77 77 77 77

Persepsi Total2 Pearson Correlation ,914(**) 1 ,876(**) ,563(**)

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 77 77 77 77

Persepsi Total3 Pearson Correlation ,781(**) ,876(**) 1 ,500(**)

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 77 77 77 77

Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan

Pearson Correlation ,597(**) ,563(**) ,500(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 77 77 77 77

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Regression


(3)

Variables Entered/Removedb

Persepsi Total3, Persepsi Total1, Persepsi Total2a

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan b.

Model Summ aryb

,599a ,359 ,333 ,489 1,430

Model 1

R R Square

Adjust ed R Square

St d. E rror of the Es timate

Durbin-W atson

Predic tors: (Constant), Perseps i Total3, Persepsi Total1, Persepsi Total2

a.

Dependent Variable: Tindak an P enc egahan dan Penanggulangan b.

ANOV Ab

9,780 3 3,260 13,645 ,000a

17,441 73 ,239

27,221 76

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Pers eps i Tot al3, Pers eps i Tot al1, Pers eps i Tot al2 a.

Dependent Variable: Tindak an P enc egahan dan P enanggulangan b.

Coefficientsa

1,675 ,142 11,832 ,000

,074 ,034 ,510 2,197 ,031 ,163 6,133

,004 ,038 ,033 ,108 ,914 ,097 10,305

,026 ,070 ,074 ,377 ,708 ,230 4,348

(Constant) Persepsi Total1 Persepsi Total2 Persepsi Total3 Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan a.


(4)

Collinearity Diagnosticsa

3,812 1,000 ,01 ,00 ,00 ,00

,135 5,322 ,83 ,01 ,01 ,08

,043 9,470 ,14 ,28 ,02 ,59

,010 19,102 ,02 ,71 ,98 ,33

Dimension 1

2 3 4 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant)

Persepsi Total1

Persepsi Total2

Persepsi Total3 Variance Proportions

Dependent Variable: Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan a.

Re siduals Sta tisticsa

2,12 3,01 2,48 ,359 77

-1, 003 1,484 ,000 1,000 77

,067 ,272 ,105 ,037 77

2,09 3,07 2,48 ,358 77

-1, 428 ,879 ,000 ,479 77

-2, 922 1,799 ,000 ,980 77

-2, 960 1,826 ,003 1,000 77

-1, 465 ,906 ,003 ,499 77

-3, 133 1,856 -,001 1,025 77

,421 22,485 2,961 3,438 77

,000 ,129 ,011 ,023 77

,006 ,296 ,039 ,045 77

Predic ted V alue St d. P redic ted Value St andard E rror of Predic ted V alue

Adjust ed P redicted Value Residual

St d. Residual St ud. Residual Deleted Residual St ud. Deleted Residual Mahal. Dis tanc e Cook's Dis tanc e

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion N

Dependent Variable: Tindak an P enc egahan dan P enanggulangan a.


(5)

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

40

30

20

10

0 Histogram Dependent Variable: Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(6)

Regression Standardized Predicted Value

1.5 1.0

0.5 0.0

-0.5 -1.0

-1.5

R

egressi

on

S

tudent

iz

ed

R

esi

dual

2

1

0

-1

-2

-3 Scatterplot