Pengaruh Besar Jarak Peregangan Terhadap Besarnya Force Yang Dihasilkan Elastomeric Chain

(1)

PENGARUH BESAR JARAK PEREGANGAN TERHADAP

BESARNYA FORCE YANG DIHASILKAN

ELASTOMERIC CHAIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANTONY NIM : 060600048

DEPARTEMEN ORTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2010

Antony

Pengaruh Besar Jarak Peregangan Terhadap Besarnya Force Yang Dihasilkan

Elastomeric Chain

x + 26 halaman

Salah satu bahan yang sering dipakai dalam perawatan ortodonti adalah

elastomeric chain. Bahan ini dipakai dalam perawatan ortodonti yang digunakan

untuk menggerakkan gigi. Dalam penggunaannya elastomeric chain dipasangkan pada braket gigi yang ingin digerakkan dan diregangkan hingga mencapai braket gigi penjangkar untuk menghasilkan force sehingga gigi tersebut dapat bergerak. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan berapa besar force yang dihasilkan

elastomeric chain sesuai dengan panjang peregangan yang telah ditentukan. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui besarnya force yang dihasilkan elastomeric chain sesuai dengan panjang regangan yang ditentukan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada sampel elastomeric chain merk RMO tipe short berukuran 6 lingkaran. Total sampel yang dipakai adalah 25 buah yang terdiri dari 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 buah. Dari sampel tersebut dilakukan pengukuran force dan dilanjutkan dengan analisis rata-rata, standar deviasi dan estimasi force untuk mengetahui force dari tiap-tiap jarak peregangan.


(3)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penambahan jarak peregangan sebesar 5%, rata-rata force yang dihasilkan elastomeric chain adalah 120 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 10%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 150 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 20%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 182 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 30%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 222 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 40%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 245 gram. Daftar rujukan : 20 (1985-2008)


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 5 APRIL 2010

OLEH :

PEMBIMBING

NIP . 19580828 198803 1 002 Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)

Mengetahui

Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540212 198102 2 001 Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort


(5)

Skripsi Berjudu l

PENGARUH BESAR JARAK PEREGANGAN TERHADAP

BESARNYA FORCE YANG DIHASILKAN

ELASTOMERIC CHAIN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

060600048 ANTONY

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 5 April 2010 dan Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Susunan Tim Penguji Ketua Penguji

NIP . 19580828 198803 1 002 Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)

Anggota Tim Penguji

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)

NIP . 19481230 197802 2 002 NIP .

Erliera, drg., Sp.Ort

Medan, 5 April 2010 Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti Ketua,

NIP. 19540212 198102 2 001 Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., PhD., Sp.Pros (K) selaku Dekan FKG-USU yang telah memberikan izin penelitian.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia FKG-USU atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) sebagai pembimbing penelitian yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan, petunjuk, motivasi dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku koordinator skripsi yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

5. Drs. Ahmad Jalil selaku Pembantu Dekan I FKM-USU atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.


(7)

6. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada Ibunda Lo Novalinda dan Ayahanda Eddy yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis.

7. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar bagian Ortodonsia FKG-USU terutama Erliera, drg., Sp.Ort dan Ervina, drg., Sp.Ort atas bantuan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

8. Terima kasih kepada Steven, Albert, Theresia, Ellysa, Trisna, Vincent, Kriswandi, Christian, Ayu dan Reny serta teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas dukungan dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi peneliti, fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan.

Medan,5 April 2010 Penulis,

( Antony ) NIM: 060600048


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 3

1.3Tujuan Penelitian 3

1.4Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomekanika Pergerakan Gigi 4

2.2 Elastomer 6

2.3 Macam-Macam Elastomer 8

2.4 Penggunaan Elastomeric Chain 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 14

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 14

3.3 Sampel Penelitian 14

3.4 Variabel dan Definisi Operasinal 15

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 16

3.6 Cara Penelitian 18

3.7 Analisa Data 19


(9)

BAB 5 PEMBAHASAN 23 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 26

6.2 Saran 26

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kekuatan optimal untuk pergerakan ortodonti 6

2 Force yang dihasilkan elastomeric chain 20


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Perbandingan pergerakan gigi antara frontal resorption dengan undermining

resorption 7

2 Benang elastik / Elastic thread 8

3 Elastic tube 9

4 Elastomeric ligature 9

5 Rotation wedges 9

6 Elastic separator 10

7 Elastomeric chain dalam sediaan beberapa warna 10

8 Tipe elastomeric chain : short, medium dan long 11 9 Alat pengukur force merk Correx buatan Dentaurum Swiss 17 10 Paku pada papan yang dibuat dengan jarak yang ditentukan 17

11 Penggaris, Gunting dan Pinset 17


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi 2 Kerangka Penelitian

3 Hasil Analisis Data Menggunakan Sistem SPSS 4 Hasil Perhitungan Estimasi Force


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2010

Antony

Pengaruh Besar Jarak Peregangan Terhadap Besarnya Force Yang Dihasilkan

Elastomeric Chain

x + 26 halaman

Salah satu bahan yang sering dipakai dalam perawatan ortodonti adalah

elastomeric chain. Bahan ini dipakai dalam perawatan ortodonti yang digunakan

untuk menggerakkan gigi. Dalam penggunaannya elastomeric chain dipasangkan pada braket gigi yang ingin digerakkan dan diregangkan hingga mencapai braket gigi penjangkar untuk menghasilkan force sehingga gigi tersebut dapat bergerak. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan berapa besar force yang dihasilkan

elastomeric chain sesuai dengan panjang peregangan yang telah ditentukan. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui besarnya force yang dihasilkan elastomeric chain sesuai dengan panjang regangan yang ditentukan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik. Penelitian ini dilakukan pada sampel elastomeric chain merk RMO tipe short berukuran 6 lingkaran. Total sampel yang dipakai adalah 25 buah yang terdiri dari 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 buah. Dari sampel tersebut dilakukan pengukuran force dan dilanjutkan dengan analisis rata-rata, standar deviasi dan estimasi force untuk mengetahui force dari tiap-tiap jarak peregangan.


(14)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penambahan jarak peregangan sebesar 5%, rata-rata force yang dihasilkan elastomeric chain adalah 120 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 10%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 150 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 20%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 182 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 30%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 222 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 40%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 245 gram. Daftar rujukan : 20 (1985-2008)


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan elastik dalam perawatan ortodonti diperkenalkan oleh Case dan Baker sejak tahun 1893.1,2,3 Salah satu sediaan dari elastik adalah elastomeric chain.

Elastomeric chain pertama kali diperkenalkan dalam bidang ortodonti pada tahun

1960.2,4 Dalam perawatan ortodonti, elastomeric chain digunakan untuk menghasilkan force dalam menggerakkan gigi.

Bahan dasar elastomeric chain adalah elastomer polyurethane.5 Elastomer mengandung rantai –(NH)-(C=O)-O.6,7 Elastomer adalah salah satu jenis polimer yang memiliki perilaku khas yaitu memiliki daerah elastic non-linear yang sangat besar. Perilaku tersebut ada kaitannya dengan struktur molekul karet yang memiliki ikatan silang (cross link) antar rantai molekul. Ikatan silang ini berfungsi sebagai

shape memory sehingga karet dapat kembali ke bentuk dan dimensi asalnya setelah

mengalami deformasi dalam jumlah yang sangat besar.8

Salah satu kelebihan dari elastomeric chain yakni dapat menghasilkan force untuk menggerakan gigi. Elastomeric chain juga memiliki kelemahan, salah satu kelemahan bahan ini yakni kehilangan force yang cepat dalam lingkungan rongga mulut dan berkurangnya force yang dihasilkan apabila digunakan secara terus menerus (force decay).9

Dalam perawatan ortodonti, elastomeric chain digunakan untuk menghasilkan


(16)

dengan waktu yang relatif singkat. Pergerakan gigi tergantung dari besarnya force yang diberikan. Pemberian force ringan akan menyebabkan resorpsi tulang secara langsung (frontal resorption atau direct resorption). Frontal resorption tidak disertai rasa sakit dan akan terjadi perubahan (remodeling) tulang yang teratur. Pemberian

force yang besar akan menyebabkan nekrosis jaringan dan terjadi resorpsi yang tidak

langsung (undermining resorption) pada tulang alveolar. Force yang besar selain dapat menyebabkan rusaknya jaringan periodontal juga dapat merusak gigi itu sendiri.10,11

Frontal resorption lebih diinginkan dalam perawatan karena pergerakan gigi

yang dihasilkan lebih efisien dibandingkan undermining resorption. Menurut Graber jika ingin menghasilkan pergerakan gigi dengan resorpsi langsung maka tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi tekanan pembuluh kapiler yaitu 20-26 gr/cm2, sedangkan Nikolai menyatakan bahwa tekanan pembuluh kapiler ini sekitar 25-35 gr/cm2. 10,12

Cara penggunaan elastomeric chain dalam perawatan yaitu chain dipasangkan pada braket gigi yang ingin digerakkan dan diregangkan hingga mencapai braket gigi penjangkar untuk menghasilkan force sehingga gigi tersebut dapat bergerak. Rock dkk menyarankan peregangan dilakukan dengan penambahan 50-70% dari panjang awalnya. Young dan Sandrik juga menyarankan peregangan dilakukan dengan penambahan 50-70% dari panjang awalnya.4

Berdasarkan pendapat tersebut maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa panjang regangan dari elastomeric chain yang ideal untuk


(17)

mendapatkan besar force yang tepat sesuai dengan tipe pergerakan gigi yang diinginkan dalam melakukan perawatan. Banyak ortodontis yang lebih memilih

elastomeric chain tipe short dalam meretraksi gigi kaninus untuk mengisi ruang

bekas pencabutan gigi premolar.9 Eliades T dkk melakukan penelitiannya dengan menggunakan elastomeric chain berukuran panjang 6 lingkaran.7 Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan elastomeric chain tipe short dengan panjang 6 lingkaran. Sedang warna yang digunakan adalah warna bening untuk menghindari pengaruh warna kepada force yang dihasilkan elastomeric chain.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah besar force yang dihasilkan elastomeric chain sesuai dengan panjang regangan yang telah ditentukan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui besarnya force yang dihasilkan elastomeric chain sesuai dengan panjang regangan yang ditentukan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi mengenai besarnya force yang dihasilkan oleh

elastomeric chain sesuai dengan panjang regangannya.

2. Sebagai pedoman dalam menggunakan elastomeric chain agar peregangan yang dilakukan sesuai dengan force yang diinginkan dalam perawatan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomekanika Pergerakan Gigi

Perawatan ortodonti didasarkan pada prinsip apabila gigi diberikan tekanan yang terus-menerus maka akan terjadi pergerakan gigi. Tekanan tersebut menyebabkan perubahan (remodels) pada jaringan tulang disekitar gigi. Perubahan tersebut meliputi penambahan pada satu sisi dan pengurangan di sisi yang lain. Proses ini menyebabkan adanya pergerakan dan penambahan dimensi tulang.10,12

Albin Oppenheim menyatakan “Pergerakan gigi secara biologis seperti yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan gigi yang natural, tidak dapat diduplikasi atau ditiru dengan perawatan ortodonti. Oleh karena harus diketahui perubahan-perubahan yang terjadi di tulang, sementum dan jaringan pulpa”.5 Respon biologis dari gigi dan jaringan pendukungnya tergantung pada besar dan lamanya tekanan yang diberikan pada gigi tersebut.Besar tekanan yang diberikan pada gigi baik yang ringan dan yang kuat akan mempengaruhi perubahan di ligamen periodontal. Dengan tekanan yang ringan, cairan ligamen periodontal akan keluar dan cadangan vaskularisasi akan terperas. Ini menimbulkan respon biokimia yang kompleks. Osteoklas akan bekerja dalam waktu 2 hari dan diikuti dengan frontal

resorption. 10,13

Frontal resorption (resorpsi langsung) dapat terjadi apabila tekanan yang

diberikan tidak melebihi tekanan pembuluh kapiler. Menurut A. M. Schwarz dan Graber, tekanan pembuluh kapiler adalah 20-26 gr/cm2. Menurut Nikolai tekanan


(19)

pembuluh kapiler sekitar 25-35 gr/cm2. Pada frontal resorption, sel-sel osteoklas akan merusak lamina dura dan meresorpsi daerah tersebut sehingga pergerakan gigi mulai terjadi.5,10,12

Apabila tekanan besar diberikan pada gigi, pembuluh darah akan tertutup sehingga menyebabkan tidak adanya vaskularisasi. Hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya jaringan nekrosis yang disebut juga dengan daerah hyalinized. Resorpsi mulai terjadi dari belakang daerah nekrosis tersebut sehingga disebut undermining

resorption atau resorpsi tidak langsung. Oleh karena itu, pergerakan gigi pada undermining resorption lebih lama dibandingkan dengan frontal resorption karena

pada undermining resorption terbentuk daerah hyalinized. Tekanan yang besar selain menyebabkan timbulnya rasa sakit juga dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan periodontal dan gigi itu sendiri, oleh karena itu tekanan yang besar sebaiknya dihindari.10,11,12,14

Menurut Profitt, kekuatan yang optimal untuk pergerakan gigi secara ortodonti adalah kekuatan yang mampu menstimulasi aktivitas selular tanpa merusak pembuluh darah dalam ligamen periodontal (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat kekuatan yang optimal untuk mendapatkan pergerakan gigi tipping, bodily (translasi), penegakan akar, rotasi, ekstrusi dan intrusi.10


(20)

Tabel 1. KEKUATAN OPTIMAL UNTUK PERGERAKAN ORTODONTI.10

Tipe pergerakan Gaya (gram)

Tipping 50-75

Bodily (translasi) 100-150

Penegakan akar 75-125

Rotasi 50-75

Ekstrusi 50-75

Intrusi 15-25

* Nilai ini tergantung pada besarnya ukuran gigi; nilai yang kecil cocok untuk gigi insisivus; nilai yang besar cocok untuk gigi posterior.

Dalam perawatan ortodonti, frontal resorption lebih diinginkan karena pergerakan gigi yang dihasilkan lebih efisien dibandingkan undermining resorption. Perbedaan waktu pergerakan gigi antara frontal resorption dengan undermining

resorption dapat dilihat dari grafik (Gambar 1). Pada grafik dapat dilihat frontal resorption menghasilkan pergerakan gigi yang lancar dan terus-menerus (smooth continous), sedang pada undermining resorption terlihat adanya hambatan atau delay

hingga gigi tersebut dapat bergerak.10

2.2 Elastomer

Elastomeric chain merupakan salah satu bahan yang sering dipakai dalam

perawatan ortodonti. Bahan ini terbuat dari bahan sintesis yaitu elastomer

polyurethane.5 Elastomer mengandung rantai –(NH)-(C=O)-O.6,7 Elastomer adalah salah satu jenis polimer yang memiliki perilaku khas yaitu memiliki daerah elastic


(21)

non-linear yang sangat besar. Perilaku tersebut ada kaitannya dengan struktur

molekul karet yang memiliki ikatan silang (cross link) antar rantai molekul. Ikatan silang ini berfungsi sebagai shape memory sehingga karet dapat kembali ke bentuk dan dimensi asalnya pada saat mengalami deformasi dalam jumlah yang sangat besar.8

Gambar 1 . Perbandingan pergerakan gigi antara frontal resorption dengan undermining resorption.10

Elastomeric chain merupakan salah satu elastik yang digunakan untuk

menggerakkan gigi. Kelebihan elastomeric chain adalah bahan ini dapat menghasilkan gaya untuk menggerakan gigi, biokompatibilitasnya baik sehingga tidak mengiritasi mukosa, penggunaannya lebih mudah, memerlukan kerjasama pasien minimal, pemasangan dan pelepasan elastomeric chain memerlukan waktu yang singkat serta harganya yang relatif lebih murah.4 Sedang kekurangan dari


(22)

ini kehilangan hampir setengah dari kekuatan semula dalam waktu yang sangat cepat dan terus berkurang sampai kekuatannya hilang. Bahan ini juga dapat mengalami deformasi dan pertambahan ukuran secara permanen sehingga mengurangi kekuatannya.9 Kekurangan lainnya yakni bahan ini tidak menghasilkan continous

force yang efektif untuk pergerakan gigi.6,9,15

2.3 Macam-Macam Elastomer

Beberapa macam elastomer adalah : 16,17

1. Benang elastik / elastic thread (Gambar 2). Benang elastik dibuat dalam bentuk gulungan benang yang dalam penggunaannya dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Benang elastik dapat digunakan untuk menutup ruang, rotasi, retraksi dan mengkoreksi gigi yang impaksi.

Gambar 2. Benang elastik / elastic thread.

2. Archwire and bumper sleeve atau elastic tube (Gambar 3). Digunakan untuk melapisi archwire untuk menghindari iritasi mukosa. Bahan ini juga resisten terhadap bau dan stein.


(23)

Gambar 3. Elastic tube.

3. Elastomeric ligature (Gambar 4). Digunakan sebagai pengikat antara

archwire dan braket. Elastomeric ligature dipasangkan pada braket untuk menahan archwire agar tidak lepas. Bahan ini bersifat elastis sehingga mudah dalam

pemasangannya.

Gambar 4. Elastomeric ligature.

4. Rotation wedges (Gambar 5), Digunakan sebagai titik tumpu antara bracket dengan archwire agar gigi dapat berotasi. Bahan ini dipasangkan pada twin bracket.


(24)

5. Elastic separator (Gambar 6). Digunakan untuk mendapatkan ruang diantara gigi pada proses pemasangan band atau cincin pada perawatan ortodonti. Bahan ini dipasangkan pada gigi posterior dan menghasilkan tekanan yang ringan dan terus-menerus sehingga dapat membuka ruang diantara gigi.

Gambar 6. Elastic separator.

6. Elastomeric chain (Gambar 7). Bahan ini dibuat berbentuk seperti rantai dan digunakan untuk menghasilkan force sehingga gigi dapat bergerak. Elastomeric

chain ini tersedia dalam 3 tipe yakni short, medium dan long (Gambar 8).

Gambar 7. Elastomeric chain dalam sediaan beberapa warna.


(25)

Gambar 8. Tipe elastomeric chain : short,

medium dan long.

2.4 Penggunaan Elastomeric Chain

Elastik merupakan salah satu komponen aktif yang sering digunakan dalam perawatan ortodonti. Elastik pertama kali digunakan oleh Case dan Baker sejak tahun 1893.1,2,3 Salah satu sediaan dari elastik adalah elastomeric chain. Elastomeric chain pertama kali diperkenalkan dalam bidang ortodonti sejak tahun 1960.4,9 Dalam perawatan ortodonti, elastomeric chain digunakan untuk menghasilkan force dalam menggerakkan gigi seperti untuk meretraksi gigi kaninus, mengkoreksi diastema dan merotasi gigi.4

Dalam perawatan ortodonti, bahan yang sering dipakai dalam proses penutupan ruang setelah pencabutan adalah elastomeric chain atau nickel-titanium

closed coil spring.18 Elastomeric chain lebih sering dipakai karena lebih mudah dan harganya relatif murah.19 Banyak cara dalam perawatan ortodonti yang dilakukan untuk menutup ruang, namun cara yang ideal dalam menutup ruang sebaiknya menggunakan tekanan ringan yang terus-menerus untuk mempertahankan integritas ligamen periodontal dan dapat menutup ruang dalam waktu yang relatif singkat.

Elastomeric chain lebih dipilih karena kelebihannya, tetapi harus diingat


(26)

waktu tertentu (force decay), sehingga force yang dihasilkan adalah interrupted force bukan continous force.10 Kehilangan force terbesar terjadi pada 12-24 jam pertama dan terus berkurang dalam 21 hari.4,9 Mengingat hal ini maka dalam penggunaannya

elastomeric chain harus diganti secara teratur dan diperlukan ketelitian agar tidak

melewati batas kekuatan yang diinginkan. Pemberian tekanan dalam perawatan ortodonti tidak boleh diaktifkan kembali sekurang-kurangnya dalam waktu tiga minggu.10

Force yang dihasilkan oleh elastomeric chain dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain fluoride, udara, ozon, prosedur disinfeksi dan sterilisasi, suhu, pH, proses pengunyahan, diet dan stain.4,20 Warna dari elastomeric chain juga mempengaruhi force yang dihasilkan. Dari hasil penelitian Lu T dkk yang membandingkan elastomeric chain berwarna bening dan abu-abu didapatkan bahwa

elastomeric chain berwarna bening memiliki force yang lebih besar dibandingkan

dengan elastomeric chain yang berwarna abu-abu.4

Elastomeric chain juga tersedia dalam tiga tipe yakni short, medium dan long.

Banyak ortodontis yang lebih memilih elastomeric chain tipe short dalam meretraksi gigi kaninus untuk mengisi ruang bekas pencabutan gigi premolar.9 De Genova dkk mengatakan elastomeric chain tipe short menghasilkan initial force yang lebih besar dan mempertahankan force dengan persentasi yang lebih besar dibandingkan dengan yang tipe long. Baty DL dkk mengatakan elastomeric chain dengan filamen yang lebih panjang akan menghasilkan initial force yang lebih rendah dan force decay yang lebih besar dibandingkan dengan filamen yang lebih pendek. Rock dkk mengatakan elastomeric chain tipe short menghasilkan initial force yang lebih besar.4


(27)

Cara penggunaan elastomeric chain dalam perawatan yaitu chain dipasangkan pada braket gigi yang ingin digerakkan dan diregangkan hingga mencapai braket gigi penjangkar untuk menghasilkan force sehingga gigi tersebut dapat bergerak. Rock dkk menyarankan peregangan dengan penambahan 50-70% dari panjang awalnya. Young dan Sandrik juga menyarankan peregangan dilakukan dengan penambahan 50-70% dari panjang awalnya.4


(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik untuk mengetahui pengaruh panjang peregangan elastomeric chain terhadap besar force yang dihasilkan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2010.

3.3 Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel elastomeric chain merk RMO tipe short berwarna bening dengan panjang 6 lingkaran (20 mm) berjumlah 25 buah. Besar sampel ditentukan dengan rumus


(29)

Keterangan :

r = jumlah kelompok perlakuan n = jumlah sampel

Berdasarkan rumus diatas maka masing-masing kelompok sampel berjumlah 5 buah sehingga total sampel yang dipakai adalah 25 buah.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Variable Penelitian

A. Variabel Bebas

Jarak peregangan elastomeric chain. B. Variabel Tergantung

Besar force elastomeric chain. C. Variabel Terkendali

Panjang elastomeric chain. Merk elastomeric chain. Warna elatomeric chain. Tipe elastomeric chain.

Definisi Operasional

A. Besar force elastomeric chain adalah gaya yang dihasilkan

elastomeric chain yang diukur dengan alat pengukur force merk Correx buatan

Dentaurum dari Swiss.

B. Panjang elastomeric chain adalah jarak dari chain pertama sampai ke


(30)

Variabel terkendali

Diameter elastomeric chain. Merk elastomeric chain. Panjang elastomeric chain. Tipe elastomeric chain.

Variabel tergantung

Besar force elastomeric

chain. Variabel bebas

Jarak peregangan

elastomeric chain.

C. Jarak peregangan adalah panjang peregangan elastomeric chain yang diukur dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya. Jarak peregangan yang dilakukan adalah 5% (21mm), 10% (22 m), 20% (24 mm), 30% (26 mm) dan 40% (28 mm).

Identifikasi variable penelitian

3.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat:

1. Alat pengukur force merk Correx buatan Dentaurum Swiss (Gambar 9). 2. Paku pada papan yang dibuat dengan jarak yang ditentukan (Gambar 10). 3. Pinset (Gambar 11).

4. Penggaris (Gambar 11). 5. Gunting (Gambar 11).


(31)

Bahan:

Elastomeric chain merk RMO tipe short berwarna bening dengan panjang 6

lingkaran (20 mm) sebanyak 25 buah.

Gambar 9. Alat pengukur force merk Correx buatan Dentaurum Swiss.

Gambar 10. Paku pada papan yang dibuat dengan jarak yang ditentukan.


(32)

3.6 Cara Penelitian

1. Sampel elastomeric chain dipotong dengan ukuran panjang 6 lingkaran atau 20 mm sebanyak 25 buah dengan menggunakan gunting.

2. Paku dipasang pada papan dengan jarak 21 mm, 22 mm, 24 mm, 26 mm dan 28 mm sehingga elastomeric chain dapat diregang sesuai dengan jarak peregangan yang telah ditentukan.

3. Pembagian elastomeric chain menjadi 5 kelompok sesuai dengan jarak peregangan dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 buah.

4. Elastomeric chain dimasukkan kedalam paku dengan menggunakan pinset. Pegukuran force dihitung dengan jarak tarikan 5% (21 mm), 10% (22 mm), 20% (24 mm), 30% (26 mm) dan 40% (28 mm) dengan cara memasangkan ujung elastomeric

chain yang bebas pada alat pengukur Correx dan diukur satu persatu (Gambar 12).

5. Pengukur dilakukan selama 3 hari. Pada hari pertama dilakukan pengukuran sebanyak 10 sampel pada jarak peregangan 5% dan 10%. Pada hari kedua dilakukan pengukuran sebanyak 10 sampel pada jarak peregangan 20% dan 30%. Pada hari ketiga dilakukan perngukuran sebanyak 5 sampel pada jarak peregangan 40%.

6. Pada saat elastomeric chain ditarik, force yang dihasilkan dibaca pada alat pengukur. Data yang didapat kemudian dicatat dalam tabel.


(33)

Gambar 12. Cara mengukur force.

3.7 Analisa Data

Data hasil pengukuran yang diperoleh dianalisa untuk mengetahui nilai rata-rata, standar deviasi dan estimasi force dari elastomeric chain.


(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 25 sampel elastomeric chain merk RMO tipe short berukuran panjang 6 lingkaran (20 mm) yang telah dibagi menjadi 5 kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok berjumlah 5 buah. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel dapat dilihat gambaran force yang dihasilkan oleh elastomeric chain pada Tabel 2.

Tabel 2. FORCE YANG DIHASILKAN ELASTOMERIC CHAIN .

SAMPEL FORCE

1 5%

(21 mm)

115

2 125

3 120

4 115

5 125

6 10%

(22 mm)

155

7 150

8 145

9 150

10 150

11 20%

(24 mm)

185

12 175

13 185

14 190

15 175

16 30%

(26 mm)

220

17 220

18 225

19 225

20 220

21 40%

(28 mm)

245

22 250

23 245

24 250


(35)

Tabel 2 menunjukkan force yang dihasilkan elastomeric chain sesuai dengan jarak peregangan yang telah ditentukan yakni 5% (21 mm), 10% (22 mm), 20% (24 mm), 30% (26 mm) dan 40% (28 mm) dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 buah. Dapat dilihat bahwa semakin besar jarak peregangan maka semakin besar pula

force yang dihasilkan. Hasil analisis data yang telah dilakukan yakni perhitungan

nilai mean atau rata-rata, standar deviasi dan estimasi dari force dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. NILAI RATA-RATA, STANDAR DEVIASI DAN ESTIMASI FORCE

ELASTOMERIC CHAIN

KELOMPOK

FORCE

ESTIMASI FORCE

n X SD X SD

5% (21 mm) 5 120 5 120 5 113.793 - 126.207 10% (22 mm) 5 150 3.53 150 3.53 145.618 - 154.382 20% (24 mm) 5 182 6.71 182 6.71 173.670 - 190.330 30% (26 mm) 5 222 2.74 222 2.74 218.599 - 225.401 40% (28 mm) 5 247 2.74 247 2.74 243.599 - 250.401

Tabel 3 menunjukkan rata-rata force yang dihasilkan elastomeric chain, standar deviasi serta estimasi force dengan confidence interval 95%. Dapat dilihat rata-rata force yang dihasilkan pada peregangan 5% adalah 120 gram, rata-rata force pada peregangan 10% adalah 150 gram, rata-rata force pada peregangan 20% adalah 182 gram, rata-rata force pada peregangan 30% adalah 222 gram, dan rata-rata force


(36)

pada peregangan 40% adalah 247 gram. Pada Tabel 3 juga dapat dilihat estimasi dari

force yang dihasilkan elastomeric chain apabila menggunakan sampel yang lebih

besar dengan tingkat kepercayaan atau confidence interval 95%. Estimasi force pada peregangan 5% adalah 113.793 - 126.207 gram, pada peregangan 10% estimasi force-nya adalah 145.618 - 154.382 gram, pada peregangan 20% estimasi force-force-nya adalah 173.670 - 190.330 gram, pada peregangan 30% estimasi force-nya adalah 218.599 - 225.401 gram dan pada peregangan 40% estimasi force-nya adalah 243.599 - 250.401 gram.


(37)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengetahui besarnya force dari elastomeric chain sesuai dengan jarak peregangannya. Dengan mengetahui hal tersebut maka jarak peregangan dari elastomeric chain dapat disesuaikan dengan pergerakan gigi yang diinginkan dalam perawatan ortodonti sehingga force yang dihasilkan tidak melebihi dari force yang dibutuhkan.

Cara pengukuran force elastomeric chain dilakukan dengan menggunakan alat pengukur force merk Correx buatan Dentaurum Swiss. Sampel yang dipakai adalah elastomeric chain merk RMO tipe short berwarna bening dengan ukuran 6 lingkaran atau 20 mm. Total sampel yang dipakai adalah berjumlah 25 buah yang terdiri dari 5 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 buah. Dari sampel tersebut dilakukan pengukuran force dan dilanjutkan dengan analisis rata-rata, standar deviasi dan estimasi force untuk mengetahui force dari tiap-tiap jarak peregangan. Hasil dari penelitian ini yakni besarnya force yang dihasilkan elastomeric chain dapat dilihat pada tabel 2 dan nilai rata-rata, standar deviasi dan estimasi dari force elastomeric

chain dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pada penambahan jarak peregangan sebesar 5%, rata-rata force yang dihasilkan elastomeric chain adalah 120 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 10%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 150 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 20%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 182 gram. Pada penambahan jarak peregangan


(38)

sebesar 30%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 222 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 40%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 245 gram. Dapat dilihat bahwa semakin besar jarak peregangan maka semakin besar pula force yang dihasilkan elastomeric chain. Perlu diperhatikan bahwa pemberian force yang terlalu besar pada gigi dapat menyebabkan terjadinya pergerakan gigi dengan resorpsi tulang tidak langsung atau undermining resorption. Oleh karena itu dalam perawatan ortodonti yang menggunakan elastomeric chain, jarak peregangannya perlu diperhatikan agar force yang diberikan tidak terlalu besar.

Rock dkk serta Young dan Sandrik menyatakan penggunaan elastomeric

chain yang ideal adalah dengan penambahan peregangan sebesar 50-70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh berbeda dengan pendapat tersebut. Dari hasil penelitian, hanya dengan peregangan 5-10% sudah menghasilkan force sebesar 100-150 gram sedang peregangan elastomeric chain diatas 10% akan menghasilkan

force yang lebih besar dari 150 gram. Dari hasil penelitian Andreasen dan Bishara,

pada peregangan elastomeric chain sebesar 50–70% akan menghasilkan force sebesar 300 gram. Mereka menyarankan peregangan ini untuk mengkompensasi force decay dari elastomeric chain. Jika initial force diberikan dalam jumlah yang besar maka

force yang akan tersisa akan semakin besar pula. Maka pergerakan gigi yang terjadi

tidak akan berhenti akibat force yang hilang. Oleh karena itu mereka menyarankan pemberian initial force yang lebih besar dari force yang diinginkan dalam perawatan.4

Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin besar jarak peregangan maka semakin besar pula force yang dihasilkan. Terlihat bahwa interval force pada jarak 5% - 10% adalah 30 gram. Pada jarak 10% - 20 % intervalnya adalah 32 gram.


(39)

Pada jarak 20% - 30% intervalnya adalah 40 gram dan pada jarak 30% - 40% intervalnya adalah 22 gram. Tetapi pada jarak peregangan 40% dapat dilihat bahwa interval force yang dihasilkan menjadi kecil. Hal ini terjadi disebabkan karena force

decay dari bahan tersebut. Dari hasil penelitian, pada interval peregangan 30–40%

telah terjadi force decay sehingga force-nya menjadi berkurang. Jika elastomeric

chain diregang dengan jarak yang besar maka akan terjadi deformasi pada bahan

tersebut yang akan menyebabkan force yang dihasilkan berkurang.4 Oleh karena itu semakin besar jarak peregangan yang dilakukan maka interval force akan semakin kecil.

Force yang dihasilkan elastomeric chain dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti fluoride, udara, ozon, prosedur disinfeksi dan sterilisasi, suhu, pH, proses pengunyahan, diet dan stain. Namun dalam penelitian ini pengaruh tersebut diabaikan karena peneliti ingin mengetahui berapa initial force yang dihasilkan dari elastomeric


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penambahan jarak peregangan sebesar 5%, rata-rata force yang dihasilkan elastomeric chain adalah 120 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 10%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 150 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 20%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 182 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 30%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 222 gram. Pada penambahan jarak peregangan sebesar 40%, rata-rata force yang dihasilkan adalah 245 gram.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap force bahan elastomeric chain yang memiliki tipe-tipe yang berbeda serta merk-merk yang tersedia di pasar.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang force decay dari bahan elastomeric

chain.

3. Perlu dilakukan penelitian berdasarkan panjang awal dari elastomeric

chain yang berbeda-beda.


(41)

1. Claude GM. Materials Orthodontists Use:Elastomer. The Orthodontic Materials Insider 1996 ; 9(2) : 1-3.

2. Milton BA, Cherry H. A Brief History of Orthodontics. AJODO 1990 ; 98(3) : 206-13.

3. Phoebe G. History of Orthodontic Appliances From Ancient Times to Today. PCSO Bulletin 2006 : 20-2.

4. El-Hassanein EH. Orthodontic elastics. Faculty of Dental Medicine : Al-Azhar University 2007.

5. Faustin NW. Principles of Orthodontic Tooth Movement. Clinical Dentistry 1985 ; 2 : 1-4.

6. William AB, Theodore E. Orthodontic Material : Scientific and Clinical Aspects. Theime 2001 : 174-86

7. Eliades T, Eliades G, Watts DC. Structural conformation of In Vitro and In Vivo

Aged Orthodontic Elastomer Modules. European Journal of Orthodontics 1999 :

649-58

8. Saptono, Rahmat. Pengetahuan Bahan 2008. Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2008 : 94-115.

9. Leandro T, Betina dRP, Thais GB, Joao AB, Orlando MT, Odilon GF. The

Enviromental Influence of Light CokeTM, Phosporic Acid, and Citric Accid on Elastomeric Chains. The Journal of Contemporary Dental Practice 2008 ; 9(7) :


(42)

10.William RP, Henry WF, David MS. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Mosby 2007 : 331-72.

11.Foster TD. Buku Ajar Ortodonsi. Ed 3. Jakarta : EGC 1999 : 168-74.

12.Mulyani. Biomekanik dalam ortodonti. Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara 1997 : 1-10.

13.Orthodontic III : Appliance and Tooth Movement.

14.Houston WJB, Stephens CD, Tulley WJ. A Textbook of Orthodontics. 2nd ed. Oxford : Wright 1992 : 272-5.

15.Nightingale C, Jones SP. A Clinical Investigation of Force Delivery Systems for

Orthodontic Space Closure. Journal of Orthodontics 2003 ; 30 : 229-36.

16.Elastomeric Catalog. Orthodontic Design and Production, Inc. 2007 : 88-93 17.OrthoOrganizer Catalog 2007 : 91-8

18.Claire N, Anthony JI, Martyn S. An Investigation Into The Placement of Force

Delivery System and The Initial Forces Applied by Clinicians During Space Closure. British Journal of Orthodontics. 1997 ; 24 : 127-31.

19.Ana CSS, Andre T, Sandra RFN, Gladys CDR, Julio WV. An in Vitro

Compariison of The Force Decay Generated by Different Commercially Available Elastomeric Chains and NiTi Closed Coil Springs. Brazilian Oral Research 2007 :

3-4

20.Bramanto. Pengaruh lama dan jarak peregangan terhadap besar gaya elastic. Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Indonesia 1999.


(43)

Kerangka Konsep Elastomer Medium Peregangan Tipe Long Force Elastomeric Ligature Elastic Separator Rotatio n Wegdes Elastomeric chain Elastic Tube Benang Elastik (Elastik Thread) Warna

Hijau Merah Biru dll

Short Bening

suhu diet

ozon stain

udara

Pengu-nyahan

fluoride sterilisasi

dan disinfeksi pH


(44)

Elastomeric Chain

Memasangkan paku dalam papan sesuai dengan jarak peregangan

Dipotong sebesar 6 lingkaran (20 mm) sebanyak 25 buah

Diregang satu persatu sesuai jarak peregangan dengan menggunakan alat

pengukur force merk Correx

Analisa Data Force 5% 21 mm Hari I 10% 22 mm Hari I 40% 28 mm Hari III 30% 26 mm Hari II 20% 24 mm Hari II Memasangkan elastomeric

chain pada paku dengan

i t


(45)

Hasil Analisis Data Menggunakan Sistem SPSS

DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SATU 5 115.00 125.00 120.0000 5.00000

DUA 5 145.00 155.00 150.0000 3.53553

TIGA 5 175.00 190.00 182.0000 6.70820

EMPAT 5 220.00 225.00 222.0000 2.73861


(46)

Hasil Perhitungan Estimasi Force

1. Peregangan 5% (21mm)

tc tc tc

2. Peregangan 10% (22mm)

3. Peregangan 20% (24mm)

4. Peregangan 30% (26mm)

5. Peregangan 40% (28mm)


(1)

1. Claude GM. Materials Orthodontists Use:Elastomer. The Orthodontic Materials Insider 1996 ; 9(2) : 1-3.

2. Milton BA, Cherry H. A Brief History of Orthodontics. AJODO 1990 ; 98(3) : 206-13.

3. Phoebe G. History of Orthodontic Appliances From Ancient Times to Today. PCSO Bulletin 2006 : 20-2.

4. El-Hassanein EH. Orthodontic elastics. Faculty of Dental Medicine : Al-Azhar University 2007.

5. Faustin NW. Principles of Orthodontic Tooth Movement. Clinical Dentistry 1985 ; 2 : 1-4.

6. William AB, Theodore E. Orthodontic Material : Scientific and Clinical Aspects. Theime 2001 : 174-86

7. Eliades T, Eliades G, Watts DC. Structural conformation of In Vitro and In Vivo

Aged Orthodontic Elastomer Modules. European Journal of Orthodontics 1999 :

649-58

8. Saptono, Rahmat. Pengetahuan Bahan 2008. Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2008 : 94-115.

9. Leandro T, Betina dRP, Thais GB, Joao AB, Orlando MT, Odilon GF. The

Enviromental Influence of Light CokeTM, Phosporic Acid, and Citric Accid on Elastomeric Chains. The Journal of Contemporary Dental Practice 2008 ; 9(7) :


(2)

10. William RP, Henry WF, David MS. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Mosby 2007 : 331-72.

11. Foster TD. Buku Ajar Ortodonsi. Ed 3. Jakarta : EGC 1999 : 168-74.

12. Mulyani. Biomekanik dalam ortodonti. Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara 1997 : 1-10.

13. Orthodontic III : Appliance and Tooth Movement.

14. Houston WJB, Stephens CD, Tulley WJ. A Textbook of Orthodontics. 2nd ed. Oxford : Wright 1992 : 272-5.

15. Nightingale C, Jones SP. A Clinical Investigation of Force Delivery Systems for

Orthodontic Space Closure. Journal of Orthodontics 2003 ; 30 : 229-36.

16. Elastomeric Catalog. Orthodontic Design and Production, Inc. 2007 : 88-93 17. OrthoOrganizer Catalog 2007 : 91-8

18. Claire N, Anthony JI, Martyn S. An Investigation Into The Placement of Force

Delivery System and The Initial Forces Applied by Clinicians During Space Closure. British Journal of Orthodontics. 1997 ; 24 : 127-31.

19. Ana CSS, Andre T, Sandra RFN, Gladys CDR, Julio WV. An in Vitro

Compariison of The Force Decay Generated by Different Commercially Available Elastomeric Chains and NiTi Closed Coil Springs. Brazilian Oral Research 2007 :

3-4

20. Bramanto. Pengaruh lama dan jarak peregangan terhadap besar gaya elastic. Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Indonesia 1999.


(3)

Kerangka Konsep

Elastomer

Medium

Peregangan Tipe

Long

Force

Elastomeric Ligature

Elastic Separator

Rotatio n Wegdes Elastomeric

chain Elastic

Tube

Benang Elastik (Elastik Thread)

Warna

Hijau Merah Biru dll Short Bening

suhu diet

ozon stain

udara

Pengu-nyahan

fluoride sterilisasi

dan disinfeksi


(4)

Elastomeric Chain

Memasangkan paku dalam papan sesuai dengan jarak peregangan

Dipotong sebesar 6 lingkaran (20 mm) sebanyak 25 buah

Diregang satu persatu sesuai jarak peregangan dengan menggunakan alat

pengukur force merk Correx

Analisa Data Force 5% 21 mm Hari I 10% 22 mm Hari I 40% 28 mm Hari III 30% 26 mm Hari II 20% 24 mm Hari II Memasangkan elastomeric

chain pada paku dengan

i t

Kerangka Penelitian


(5)

Hasil Analisis Data Menggunakan Sistem SPSS

DESCRIPTIVES

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SATU 5 115.00 125.00 120.0000 5.00000

DUA 5 145.00 155.00 150.0000 3.53553

TIGA 5 175.00 190.00 182.0000 6.70820

EMPAT 5 220.00 225.00 222.0000 2.73861


(6)

Hasil Perhitungan Estimasi Force

1. Peregangan 5% (21mm)

tc tc tc

2. Peregangan 10% (22mm)

3. Peregangan 20% (24mm)

4. Peregangan 30% (26mm)

5. Peregangan 40% (28mm)

DAFTAR PUSTAKA