Belajar dan Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum melakukan analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, peneliti dapat menarik kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini akan membahas teori-teori mengenai belajar dan hasil belajar, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT, dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS. Teori-teori tersebut merupakan teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini.

1. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami Hamalik, 2004: 27. Selanjutnya, Sardiman 2008: 20 mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik jika si subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistis. Sejalan dengan itu, Suryabrata 2001: 231 mengatakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu dengan sendirinya, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk. Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman 2008: 24 adalah sebagai berikut.  Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.  Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.  Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis, dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.  Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. Prinsip-prinsip belajar tersebut perlu dipahami untuk dapat memberikan penjelasan tentang usaha pencapaian tujuan belajar melalui kondisi belajar yang kondusif. Kondisi yang kondusif tersebut dapat diciptakan melalui kerjasama antara guru dan siswa. Lebih lanjut Hamalik 2004: 29 mengatakan bahwa belajar dapat dengan jalan mengalami. Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Menurut Djamarah 2008: 13 belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didaptakan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan- kesan yang baru. Selanjutnya Djamarah 2008: 13 menyimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jihad dan Haris 2008: 2 berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Hamalik 2004: 31 menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang ciri-ciri belajar sebagai berikut. 1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui under going. 2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada satu tujuan tertentu. 3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. 5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. 6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid. 7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman- pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. 8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. 11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. 13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. 14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman- pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. 16. Hasil-hassil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah adaptable, jadi tidak sederhana dan statis. Menurut Hamalik 2004: 30 bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar Sardiman, 2008: 19. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan Hamalik, 2004: 27. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya Hamalik, 2004: 155. Latif 2005: 23 mengatakan untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisme itu berprilaku pada waktu satu dengan cara organisme itu berprilaku pada waktu dua dalam suasana yang serupa. Bila perilaku dalam suasana itu berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita dapat berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar. Sardiman 2008: 49 mengemukakan bahwa hasil pengajaran itu dapat dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. b. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar bukan hanya merupakan suatu proses untuk mencapai suatu hasil atau tujuan, lebih dari itu belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dialami langsung oleh manusia dimana dalam proses tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

2. Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI

1 14 65

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 83

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 11 72

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 18 94

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

PENGGUNAAN MODEL KOMBINASI TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 18 59

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

0 6 88

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE

1 16 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2

2 4 81

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10