Pendidikan Kesehatan Penggunaan Obat Anak Antibiotika .1 Definisi Antibiotika

10 Metabolisme: Pada saat lahir, sebagian besar enzim yang terlibat dalam metabolisme obat belum terbentuk atau sudah ada namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Ekskresi: Laju filtrasi glomerulus pada bayi yang baru lahir lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa karena ginjalnya relatif belum berkembang dengan baik Fendhyuhamka, 2011. Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat menjadi racun dalam darah mempengaruhi organ hati dan ginjal. Pada hati, enzim-enzim belum terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik, mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak. Pada ginjal, bayi berumur 6 bulan, ginjal belum efisien mensekresikan obat sehingga megakibatkan konsentrasi yang tinggi di dalam darah Aslam, et.al., 2003. Kebijakan obat nasional mengamanatkan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, jaminan ketersediaan obat essensial yang aman, bermanfaat serta bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup serta akses obat bagi seluruh masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah. Dengan demikian penyediaan obat essensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta Icha, 2006.

2.7 Pendidikan Kesehatan Penggunaan Obat Anak

1. Penyerapan bagian lambung untuk bayi yang baru lahir dan anak-anak, pergerakan usus lambungnya agak lambat. 2. Metabolisme hati untuk bayi yang baru lahir, fungsi hati hanya 20-40 dari orang dewasa. 11 3. Fungsi pembuangan ginjal untuk bayi yang baru lahir, fungsi ginjal hanya 30 dari orang dewasa, kurang lebih pada usia 1 tahun baru mencapai standart orang dewasa. 4. Penyerapan kulit untuk permeabilitas kulit bayi tinggi, daya serap terhadap obat penggunaan eksternal cukup baik Edah, 2014. b. Hal-hal yang harus diketahui dalam penggunaan obat anak: 1. Tidak setiap obat cocok untuk digiling menjadi bubuk, obat yang digiling menjadi bubuk lebih mudah terinfeksi, memiliki kestabilan yang kurang, masa penyimpanan lebih pendek, dan mungkin menghasilkan efek interaksi. 2. Obat yang digiling menjadi bubuk seharusnya habis dimakan sekaligus, agar dapat menjamin kualitas obat. 3. Penyuluhan kepada pasien anak maupun pengasuhnya dalam bahasa yang mudah dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap obat Edah, 2014. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien anak: Formulasi rasa, penampilan obat, kemudahan cara penggunaan, waktu pemberian obat berhubungan dengan waktu tidur, waktu sekolah, efek samping pada anak Fendhyuhamka, 2011. 2.8 Antibiotika 2.8.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah zat–zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat petumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil Tan dan Rahardja, 2010. Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab 12 infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes Setiabudy, 2007.

2.8.2 Klasifikasi Antibiotika

a. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotika: 1. Menghambat metabolisme sel mikroba. Contohnya adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat PAS dan sulfon. 2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Contohnya adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin. 3. Mengganggu keutuhan membrane sel mikroba. Contohnya adalah polimiksin. 4. Menghambat sintesis protein sel mikroba. Contohnya adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol. 5. Menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Contohnya adalah rifampisin dan golongan kuinolon Setiabudy, 2007. b. Berdasarkan daya kerja: a. Zat-zat bakterisid, yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-obat ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu : - Zat-zat yang bekerja terhadap fase tumbuh misalnya penisilin, sefalosporin, polipeptida, rifampisin dan kuinolon-kuinolon. - Zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya aminoglikosid, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan polipeptida. b. Zat-zat bakteriostatik, yang pada dosis biasa terutama berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Contohnya adalah 13 kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida dan linkomisin Tan dan Rahardja, 2010 c. Berdasarkan luas aktivitas: a. Antibiotika narrow-spectrum spectrum sempit. Obat-obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya Penisilin G dan Penisilin-V, eritromisin, klindamisin yang hanya bekerja terhadap kuman gram positif sedangkan streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiskat yang aktif khusus hanya pada kuman gram-negatif. b. Antibiotika broad-spectrum spectrum luas bekerja terhadap lebih banyak kuman baik gram-positif maupun gram-negatif antara lain sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin Tan dan Rahardja, 2010.

2.8.3 Keberhasilan Penggunaan Antibiotika

Hal yang perlu perhatian khusus pada penanganan infeksi ialah : a. Dosis antibiotika b. Rute pemberian antibiotika 1. Rute parenteral: ditempuh bila infeksi perlu segera diatasi; infeksi terdapat pada lokasi yang memerlukan konsentrasi darah yang tinggi dari antibiotika untuk menjamin penetrasi yang memadai dari jaringan yang terinfeksi endokardium, tulang, otak. 2. Rute oral: dipilih untuk mengatasi kebanyakan jenis infeksi saluran kemih, faringitis oleh streptokokus dimana antibiotika disampaikan kejaringan tanpa masalah dan mikroorganisme yang menimbulkan infeksi sangat peka untuk antibiotika. 14 c. Lamanya pemberian antibiotika harus menjamin musnah total penyebab infeksi sehingga tidak mungkin penyakit infeksi kambuh lagi, kambuhnya infeksi ditentukan oleh daya tahan mikroorganisme terhadap sistem pertahanan tubuh dan mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika Wattimena, et al., 1991.

2.8.4 Kegagalan Terapi Antibiotika

Terapi antibiotika dinilai gagal bila tidak berhasil menghilangkan gejala klinik atau infeksi kambuh lagi setelah terapi dihentikan. Kesalahan yang lazim dibuat pada terapi antibiotika yang dapat menggagalkan terapi pada dasarnya berkisar pada salah pilih antibiotika, salah pemberiaan atau penggunaan antibiotika, danatau resistensi mikroorganisme. Faktor lain yang menggagalkan terapi antibiotika ialah resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika yang digunakan dan terjadinya super infeksi Wattimena, et al., 1991.

2.9 Penggunaan Antibiotik Pada Anak-Anak