terbaik karena ia dapat menjamin penggunaan kebebasan-kebebasan di laut bagi semua negara besar atau kecil.
13
3. STATUS HUKUM KAPAL DI LAUT LEPAS
Dalam mempelajari status hukum kapal-kapal yang berlayar di laut, sebaiknya terlebih dahulu dipelajari jenis-jenis kapal, yaitu:
a. Kapal publik, yang terdiri dari: - Kapal perang
Kapal perang adalah kapal yang karena tugas dan perlengkapan senjatanya dapt secara efektif ikut dalam operasi-operasi militer.
Pasal 29 Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan definisi yang lebih lengkap mengenai kapal perang yaitu:
“Kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu negara yang memakai tanda-tanda luar yang menunjukan ciri khusus
kebangsaan kapal tersebut dibawah komando seoarang perwira yang diangkat untuk itu oleh pemerintah negaranya dan yang
namanya terdapat didalam daftar dinas militer atau daftar serupa dan yang diawaki oleh awal kapal yang tunduk pada disiplin
angkatan bersenjata regular.” - Kapal-kapal publik non militer, yaitu kapal-kapal pemerintah yang
mempunyai kegiatan-kegiatan non militer, seperti kapal-kapal logistik pemerintah, kapal-kapal riset ilmiah, dan lain sebagainya.
14
- Kapal organisasi-organisasi internasional, yaitu kapal-kapal yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional untuk kepentingan
masyarakat internasional, seperti PBB atau badan-badan khusus dari PBB.
b. Kapal swasta, yaitu kapal bukan milik pemerintah yang melakukan kegiatan bertujuan komersil.
Setiap kapal di laut lepas maupun di laut manapun wajib mengibarkan bendera negaranya. Bendera negara menunjukkan asal negara kapal. Hal
tersebut menandakan bahwa kapal tunduk pada hukum dari negara yang benderanya dikibarkan di atas kapal. Kapal-kapal yang ada di laut lepas
13 Ibid., halaman 320 14 Ibid., halaman 321
Kelompok 3 10
sepenuhnya tunduk pada peraturan-peraturan atau ketentuan negara bendera Pasal 92 Konvensi Hukum Laut 1982. Ketentuan ini dibuat agar
terdapat kesatuan hukum untuk menjamin ketertiban dan disiplin di atas kapal. Undang-Undang negara bendera berlaku bagi semua perbuatan hukum
yang terjadi di atas kapal. Dasar dari ketentuan ini adalah adanya anggapan bahwa kapal dianggap sebagai floating portion of the flag state, yaitu bagian
terapung wilayah negara bendera. Oleh karena negara mempunyai wewenang absolut terhadap wilayah, maka negara tesebut berwenang pula terhadap
kapal-kapalnya yang berlayar di laut lepas.
15
Khusus untuk kapal swasta, selain bendera negara perlu dilengkapi dengan bukti-bukti yang dinamakan papiers de bord yang terdiri dari 2
macam yaitu: 1. Mengenai kapal dan anak buahnya, misalnya: kebangsaan, identitas kapal,
surat jalan, dan lain sebagainya. 2. Mengenai muatan kapal, misalnya: manifest, connaissement, dan lain
sebagainya.
16
Bagi kapal-kapal swasta yang telah meninggalkan laut lepas dan masuk ke laut wilayah suatu negara, terhadapnya tidak lagi berlaku wewenang
khusus negara bendera tetapi negara pantai.
17
Jadi, apabila kapal swasta telah masuk ke laut wilayah negara lain, maka kapal tersebut harus tunduk pada
ketentuan-ketentuan negara pantai. Terhadap kapal swasta, melalui Konvensi Hukum Laut 1982 diatur
bahwa hanya diberikan wewenang eksklusif kepada negara bendera untuk mengambil tindakan administratif atau hukum kepada warga negaranya yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu tubrukan. Tetapi Konvensi tersebut juga menambahkan, bila tubrukan tersebut terjadi di suatu pelabuhan
atau laut wilayah suatu negara asing, maka yuridiksi negara asing inilah yang
15 Wira Hipatios. 2014. Hukum Laut Internasional. Makalah yang dipublikasikan melalui https:www.academia.edu tanggal 22 Oktober 2014
16 Mahendra. 2012. Hukum Kewilayahan Negara Bagian 1. Materi kuliah Hukum Internasional yang disampaikan tanggal 9 Februari 2012 di Universitas Mulawarman Samarinda
dan dipublikasikan melalui https:mahendraputra.net bulan Februari 2012 17 Boer Mauna. Op. Cit., halaman 323
Kelompok 3 11
akan berlaku. Prinsip ini kemudian ditegaskan oleh Pasal 97 ayat 1 Konvensi Hukum Laut 1982 yang berbunyi:
“Bila terjadi suatu tubrukan atau insiden pelayaran lain apapun yang menyangkut suatu kapal di laut lepas, berkaitan dengan tanggung jawab
pidana atau disiplin nahkoda atau setiap orang lainnya dalam dinas kapal, tidak boleh diadakan penuntutan pidana atau disiplin terhadap orang-orang
tersebut kecuali di hadapan pejabat-pejabat hukum atau administratif negara bendera atau di negara dari mana orang-orang itu berkebangsaan.”
18
18 Ibid., halaman 328
Kelompok 3 12
4. PENGAWASAN DI LAUT LEPAS