90 dimana Y
s
dan Y
a
adalah rata-rata untuk nilai prediksi dan nilai aktual, σ
s
dan σ
a
adalah standar deviasi untuk nilai prediksi dan nilai aktual, ρ adalah koefisien
korelasi. Proporsi dari U proportions of inequality dapat dinyatakan :
U
M
= ----------------------------
U
S
= --------------------------
U
C
= --------------------------
dimana, U
M
adalah proporsi bias yang menjelaskan seberapa jauh rata-rata nilai prediksi menyimpang dari rata-rata nilai aktual dan nilai U
M
yang diharapkan adalah yang mendekati nol; U
S
adalah proporsi varians yang menjelaskan seberapa jauh variasi nilai prediksi menyimpang dari nilai variasi nilai aktual dan
nilai U
S
yang diharapkan adalah yang mendekati nol; U
C
adalah proporsi kovarians yang mengukur kesalahan peramalan yang tidak sistematis
unsystematic error. Distribusi ketimpangan U yang ideal atas ketiga sumber tersebut adalah U
M
= U
S
= U
C
= 1 Pindyck dan Rubinfeld, 1991.
4.5.4 Simulasi Model
Simulasi pada dasarnya merupakan solusi matematis mathematical solution
dari suatu kumpulan berbagai persamaan secara simultan. Simulasi model dengan demikian merujuk kepada sekumpulan persamaan tersebut.
Simulasi model dilakukan dengan berbagai alasan, misalnya untuk pengujian dan Y
s
– Y
a 2
1N
Σ
Y
s
– Y
a 2
σ
s
– σ
a 2
1N
Σ
Y
s
– Y
a 2
21 – ρ σ
s
σ
a
1N
Σ
Y
s
– Y
a 2
91 evaluasi model, analisis kebijakan historis dan untuk peramalan Pindyck dan
Rubinfeld, 1991. Dalam studi, simulasi terutama ditujukan untuk keperluan analisis
kebijakan historis. Analisis simulasi kebijakan yang dimaksudkan untuk mengkaji dampak kebijakan pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap indikator
makroekonomi terutama kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Untuk penelitian ini, mengingat data time series produksi biodiesel di Indonesia belum lengkap maka digunakan data produksi olein dan stearin yang
merupakan bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebagai indikator data pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Sejak biodiesel dari minyak
kelapa sawit dan industri hilir lainnya dikembangkan di Indonesia terjadi kenaikan produksi olein dan stearin sebesar 49.34 persen dan 49.38 persen. Jika biodiesel
dari minyak kelapa sawit digunakan untuk substitusi minyak diesel domestik sebesar 5 persen maka akan dibutuhkan olein dan stearin sekitar 1.16 juta ton. Jika
ekspor biodiesel dari minyak kelapa sawit meningkat sebesar dua kali lipat maka dibutuhkan olein dan stearin untuk memenuhi ekspor biodiesel dari minyak
kelapa sawit sekitar 1.23 juta ton. Jika biodiesel dari minyak kelapa sawit untuk domestik dan ekspor berkembang baik maka dibutuhkan minimal tambahan
sekitar 2.4 juta ton olein dan stearin atau sekitar 50.6 persen dari produksi saat ini. Berdasarkan penjelasan di atas maka simulasi yang akan dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
92 1.
Kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen sebagai indikator terjadinya
pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit 2. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku
biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen
3. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku
biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan penguatan nilai tukar rupiah sebesar 10 persen selama 4 tahun terakhir sampai dengan 2009
rupiah melemah sebesar 14.10 persen 4.
Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kebijakan
moratorium perluasan kebun kelapa sawit perluasan area kebun kelapa sawit nol persen
5. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan luas
areal perkebunan kelapa sawit sebesar 10 persen kenaikan luas perkebunan kelapa sawit dalam empat tahun terakhir 34.31 persen
6. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan penurunan suku
bunga sebesar 10 persen selisih suku bunga kredit dan SBI rata-rata masih 6-7 persen
7. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan
93 pengeluaran pemerintah untuk pertanian, infrastruktur dan industri sebesar
10 persen 8. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku
biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan pengeluaran pemerintah untuk pertanian,
infrastruktur dan industri sebesar 10 persen Hasil simulasi ini akan digunakan untuk menganalisis kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi terhadap indikator makroekonomi terutama untuk pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan terkait pengembangan biodiesel dari
minyak kelapa sawit. Hasil analisis untuk selanjutnya digunakan untuk merumuskan implikasi kebijakan yang dapat dilakukan.
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
5.1 Produk Kelapa Sawit
5.1.1 Minyak Kelapa
Sawit
Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan Indonesia. Ini tercermin dari produksi minyak kelapa sawit Indonesia
yang terus meningkat dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Gambar 8. Pada tahun 1988 produksi minyak kelapa sawit Indonesia baru mencapai 1.71 juta ton.
Meningkatnya permintaan terhadap minyak kelapa sawit Indonesia terutama dari pasar internasional berpengaruh positif terhadap produksi minyak kelapa sawit
yang pada tahun 2009 mencapai 21.51 juta ton atau naik lebih dari 10 kali lipat dalam tempo 20 tahun. Produktivitas produksi minyak kelapa sawit Indonesia
rata-rata masih 3 tonhatahun. Jika produktivitas produksi minyak kelapa sawit Indonesia ini dapat ditingkatkan maka target produksi 40 juta ton pada tahun 2020
dapat dengan mudah tercapai.
Gambar 8. Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit
Sumber : Kementerian Perindustrian 2010