BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dalam skripsi ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap anak yang mengalami penelantaran dari perspektif
hukum nasional Indonesia adalah: a.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal-pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak adalah:
a Pasal 304 KUHP
b Pasal 305 KUHP
c Pasal 306 KUHP
d Pasal 307 KUHP
e Pasal 308 KUHP
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak Pasal-pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak adalah:
a Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
b Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
c Pasal 2 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
d Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
e Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
Universitas Sumatera Utara
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia Pasal-pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak adalah:
a Pasal 58 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
b Pasal 52 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
c Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
d Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal-pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak adalah:
a Pasal 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
b Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
c Pasal 49 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal-pasal yang berkaitan dengan penelantaran anak adalah:
a Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
b Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
c Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
d Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
e Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
f Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
g Pasal 71 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Universitas Sumatera Utara
h Pasal 77 huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
2. Penerapan hukum pidana terhadap pelaku penelantaran anak berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yaitu:
Kusnandi Rusmil membagi penelantaran anak dalam beberapa bentuk yaitu: a.
Penelantaran untuk mendapatkan perawatan kesehatan. b.
Penelantaran anak untuk mendapatkan keamanan. c.
Penelantaran emosi. d.
Penelantaran pendidikan. e.
Penelantaran fisik. Literatur internasional secara umum membagi keterlantaran anak dalam dua
kelompok yaitu: a.
Keterlantaran yang disebabkan kondisi keluarga yang miskin, tetapi hubungan sosial dalam keluarga normal.
b. Keterlantaran yang disebabkan kesengajaan, gangguan jiwa dan atau
ketidakmengertian keluargaorang tua, atau hubungan sosial dalam keluarga tidak normal.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mengenal adanya anak terlantar, dan mengemukakan jenis-jenis anak
lainnya yang pada hakikatnya juga merupakan anak terlantar yaitu: a.
Anak yang tidak mampu. b.
Anak yang mengalami masalah kelakuan. c.
Anak cacat.
Universitas Sumatera Utara
Gunarsa D. Singgih menjabarkan penelantaran anak dalam beberapa bentuk yaitu:
a. Deprivasi keterasingan pendidikan.
b. Morbiditas ibu.
c. Disfungsi keluarga.
d. Rasialisme terselubung.
Suharto menjabarkan penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak ke dalam dua faktor yaitu:
a. Faktor internal yang berasal dari anak sendiri.
b. Faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat.
Kusnandi Rusmil menjelaskan penyebab atau resiko terjadinya kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga faktor, yaitu:
a. Faktor orangtuakeluarga.
b. Faktor lingkungan sosialkomunitas.
c. Faktor anak itu sendiri.
Richard J. Gelles mengemukakan bahwa kekerasan terhadap anak dibagi ke dalam 4 faktor utama yaitu:
a. Pewarisan kekerasan antar generasi.
b. Stres sosial.
c. Isolasi sosial dan keterlibatan masayarakat bawah.
d. Struktur keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Gunarsa D. Singgih memberikan jabaran lengkap mengenai faktor-faktor yang dapat dijadikan indikator untuk mengkaji ada tidaknya penelantaran
anak, yaitu meliputi: a.
Kondisi lingkungan. b.
Dukungan sosial. c.
Keterampilan pengasuh. d.
Kesejahteraan anak itu sendiri. e.
Kondisi keluarga. Berbicara mengenai aspek hukum pidana terhadap penelantaran anak, maka
tidak dapat dilepaskan dengan permasalahan: a.
Orangpihak yang melakukan suatu tindak pidana. b.
Pertanggungjawaban orang yang melakukan suatu tindak pidana. c.
Sanksi yang dikenakan kepada orang yang melakukan suatu tindak pidana.
Hukuman yang telah dijatuhkan oleh Majelis Hakim terhadap terdakwa dalam perkara putusan No. 498Pid.B2014PN-Rap dianggap kurang
memadai dan tidak sesuai dengan keberadaan terdakwa. Seharusnya Majelis Hakim menjatuhkan pidana dengan memperhatikan Pasal 77 huruf b
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 karena anak adalah pihak yang paling dirugikan. Akibat penelantaran yang dilakukan terdakwa, anak-
anaknya terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Putusan bebas dalam perkara putusan No. 1726 KPid2009 sudah sangat memadai dan sesuai dengan keberadaan terdakwa, karena mengacu pada
fakta-fakta bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan penelantaran anak.
B. Saran