Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama common. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum bersama-sama.” Wiryanto, 2004:5
Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak tahap, bahwa sejarah tentang
komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld,
Bernald Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para cendekiawan lainnya menunjukkan
bahwa: “Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa tidak hanya berlangsung
satu tahap, tetapi banyak tahap. Ini dikenal dengan twostep flow communication dan multistep flow communication. Pengambilan
keputusan banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersona interpersonal communication dan komunikasi kelompok group
communication sebagai kelanjutan dari komunikasi massa mass communication” Effendy, 2005 : 4.
Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah
perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan
biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain. Mulyana, 2003:62.
Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang
komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan
yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai:
“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari
ganggua-ngangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, egiatan komunikasi meliputi
komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, menerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan
atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi.
Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona,
antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya. “Effendy, 2005 : 5
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi
antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.
2.1.2. Komponen-komponen Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau
komponen. Menurut Effendy 2005:6, Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :
1. Komunikator communicator 2. Pesan message
3. Media media
4. Komunikan communicant 5. Efek effect
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud
makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.
Menurut Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
a. Menemukan Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita
sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh
objek, peristiwa dan manusia.
b. Untuk Berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan
orang lain. c. Untuk Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.
d. Untuk Bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain
dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak Devito, 1997:31
2.2 Tinjauan Tentang Motto
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, yang dikarang oleh J.S,Badudu disebutkan bahwa motto adalah “kata yang digunakan sebagai semboyan,
pedoman, atau prinsip yang menunjukan pendirian atau tujuan”. Motto adalah “kata atau seruan yang mengambarkan motivasi, semangat, dan
tujuan dari suatu organisasi”.Wikepedia,2007 Diarru dalam artikelnya yang berjudul “Logo dan Motto Perusahaan”
memberikan defenisi bahwa motto adalah “suatu tujuan jangka panjang yang akan dicapai berdasarkan operasional Perusahaan”. Diarru,2008: diarru.multiply.com
Motto sering disamakan dengan slogan atau kredo, seperti yang diungkapkan oleh Poerwanto dalam bukunya yang berjudul Budaya Perusahaan,
menyebutkan bahwa motto, slogan atau kredo adalah “kata-kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi perusahaan secara singkat dan mempunyai
makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan, karyawan harus menerima sebagai
suatu hal
yang dapat
mengikat secara
psikologi maupun
sosiologi.Poerwanto,2008:62 Slogan adalah “perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok, dan
mudah diingat
untuk menyampaikan
sesuatu” Dita,
2008: dita0108axelabsky.multiply.com
Kredo adalah
“pandangan sebuah
perusahaan yang
hanya dikomunikasikan secara internal perusahaan saja yang berfungsi untuk
menyemangati, atau menumbuhkan spirit bekerja para karyawan”. Fahima,2008: swa.co.idsekunderkonsultasipemasaranadvertising
“Motto, slogan atau kredo sebaiknya menggunakan kata-kata sederhana dan mengandung pesan secara strategis menyampaikan visi dan nilai-nilai
perusahaan”. Poerwanto,2008:64
2.3 Tinjauan tentang Visi, Misi dan Gol Unikom a.
Visi Unikom
Menjadi Universitas terdepan dibidang Teknologi Informasi Komputer, berwawasan Global dan menjadi pusat Unggulan dibidang ilmu
pengetahuan Teknologi dan seni yang mendukung pembangunan nasional serta berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
b. Misi Unikom
Menyelenggarakan Pendidikan tinggi kearah masyarakat Industri maju dengan sistem pendidikan yang kondusif, tenaga pengajar berkualitas dan
program-program studi berbasis pada teknologi informasi komputer dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, kualitas dan manajemen
mutu berdasarkan prinsip Quality Is Our Tradition. c.
Gol Unikom
Menghasilkan Ilmuwan dan berpikiran tinggi maju dibidangnya masing- masing, mahir menggunakan teknologi informasi komputer dalam
bekerja serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.4 Tinjauan Tentang Wacana 2.4.1 Pengertian Tentang Wacana
Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan sejak zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan
komunikasi. Pada saat itu alas an mengapa bahasa perlu untuk dikaji karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk mengungkapkan konsep-
konsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga
dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai
berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. Kurniawan dalam Darma, 2009:1. Bahasa meliputi tataran
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap.
Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi. Wacana dikatakan
terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi
pemakaian dalam masyarakat. Alex Sobur dalam Darma mengatakan, wacana adalah rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal subjek yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur
segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi, wacana adalah proses komunikasi
menggunakan symbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa- peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang luas.
Melalui pesan wacana, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambargambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Eksistensinya
ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat
luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi,
emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.
2.4.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana
Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi ciri dan sifatsebuah wacana, antara lain sebagai berikut:
1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur.
2. Wacana mengungkapkan suatu hal subjek. 3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua
situasi pendukungnya. 4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media
komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataan wujud dari bentuk wacana itu
5. Dibentuk oleh unsur segmental dan non segmental.
2.4.3 Wujud dan Jenis Wacana
Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata. Jenis adalah ciri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau bentuk wacana yang nyata
dan dapat kita lihatstrukturnya secara nyata. Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri khas yang dapat
dibedakan dari bentuk bahasa lain. Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis
pemakaian. Dalam kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah
karya si pembuat wacana, yaitu: teks wacana dalam wujud tulisangrafis antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb. Talk wacana
dalam wujud ucapan antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act wacana dalam wujud tindakan antara lain dalam wujud lakon
drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact wacana dalam wujud jejak antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.
2.5 Tinjauan Tentang Analisis Wacana
Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para
pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternatif dalam memahami bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak
terpisah-pisah seperti dalam linguistic, semua unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahami
hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa. Menurut Stubbs dalam Darma 2009:15, wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha
mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meniliti dan
menganalisis bahasa yang digunkan secara alamiah, baik lisan atau tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Analisis wacana menekankan
kajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur. Jadi, jalasnya analisis wacana bertujuan untuk
mencari keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan
kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. Sedangkan Kartomiharjo dalam Darma 2009:15, mengungkapkan
bahawa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis
wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau pailing tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam
acana lisan, oleh penulis dalam wacana tulis.
2.6 Tinjauan Tentang Analisis Wacana Kritis 2.6.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif pada proses
produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.
pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan
dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm kritis.
Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaranketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktifisme. Analisis
wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan fikirannya, karena sangat berhubungan dan
dipengaruhi oleh kekeuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa
dalam pandangan kritis dipahami sebagai refresenatsi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi
didalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang
ada alam setiap proses bahasa: batasanbatasan apa yang diperkenankan yang jadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Dengan
pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubunngan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagaia tindakan
representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memkai perspektif kritis, analisi wacana kategori ini disebut sebagai analisis wacana kritis CDA. Ini untuk
membedakan dengan analisis wacana kategori sebelumnya.
2.6.2 Karakteristik Analsis Wacana Kritis
Dalam analisis wacana kritis Critical Discourse Analisis CDA wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana
memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistic
tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti
bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tutur dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,
dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana pun bisa jadi menampilkan ideologi, wacana dapat
memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui
mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Sebagai contoh, melalui wacana, bahwa keadaan yang rasis, seksis, atau
ketimpangan dalam kehidupan sosial dianggap sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya.
Analisis wacana kritis melihat wacana sebagai factor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk memperlihatkan ketimpangan kekuasaan yang
terjadi dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung
dan mengajukan versinya masing-masing. Dan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang diambil dari tulisan Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak,
sebagai berikut: 1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tidakan action. Dengan pemahaman semacam ini wacana ditempatkan sebagai bentuk
interasi, wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup internal. Bahwa seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu,
baik besar maupun kecil. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu bentuk ekspresi sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali ataupun
ekspresi diluar kesadaran. 2. Konteks
Analsiss wacana kritis memperhatikan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi,
dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana dianggap dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam situasi dan kondisi yang
khusus. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu, bahwa wacana berada dalam situasi sosial tertentu.
3. Historis Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti
wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti
tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana dalam
konteks historis tertentu. 4. Kekuasaan
Analsis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan power dalam analisisnya. Bahwa setiap wacana yang muncul, dalam
bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan
kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.
5. Ideologi Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang
bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. Teori-teori
klasik tentang ideology di antaranya mengatakan bahwa ideology dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi
dan melegitimasi dominasi mereka.
2.7 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk
Model analisis wacana van Dijk adalah model yang mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis.
Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengat model kognisi social. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada
analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk,
melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial. Penelitian tentang wacana tidak dapat mengeksklusi seakan-akan teks
adalah bidang yang kosong, sebaliknya bahwa teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal kognisi sosial ini membantu
memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.
a. Teks
Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu diskursus,
suatu praktik wacana. Van dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan
elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang disebut kognisi sosial.
b. Kognisi Sosial
Kognisi sosial pun dapat memiliki dua arti. Pada satu sisi menunjukan bagaimana proses teks tersebut diproduksi berdasarkan
informasi dan pemahaman si pembuat teks. Pada sisi lain menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang telah menyebar dalam kehidupan sosial
masyarakat itu diserap oleh kognisi si pembuat, dan akhirnya keduanya digunakan untuk membuat suatu teks.
c. Konteks Sosial
Van Dijk pun melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi
pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap suatu teks tertentu.
2.8 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Wacana menurut van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi
individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Analisis van Dijk secara keseluruhan menghubungkan antara analsis tekstual yang memusatkan perhatian melulu pada teks, kearah analisis yang
komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat. Model analisis van Dijk
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Sumber: Eriyanto, 2009:225
A. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri dari atas beberapa strukturtingkatan yang masing-masing saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan.
Pertama , struktur makro. Ini merupakan makna globalumum dari suatu teks
yang dapat diamati dengan topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
Kedua , superstruktur. Merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita
secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari
bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.
Menurut van Dijk, meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama
lainnya. Makna global dari suatu teks tema didukung oleh kerangka teks dan
Teks
Kognisi Sosial
Konteks Sosial
pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Bahwa antar bagian teks dalam model van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren
satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang oleh van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata,
kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks
terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil.skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak Cuma mengerti apa isi dari suatu teks,
tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraph, dan preposisi. Dan kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Struktur Teks Pada Dimensi Teks Kerangka Analisis van Dijk
Sumber : Eriyanto, 2009:227
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari dari topiktema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, gaya yang dipakai dalam suatu teks
Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika, tertentu dipahami oleh van Dijk sebagai bagian dari strategi si pembuat teks. Pemakaian kata kata tertentu,
kalimat dan gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi semata, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi, yaitu
suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkanlawan atau penentang. Struktur
wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin
dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik dan sebagainya. Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana van Dijk
tersebut.
Tabel 2.2 Elemen Wacana Pada Struktur Wacana van Dijk
STRUKTUR WACANA
HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur Makro TEMATIK
Tema topik yang dikedepankan dalam suatu teks
Topik
Superstruktur SKEMATIK
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks
berita utuh. Skema
Struktur Mikro SEMANTIK
Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Missal dengan
member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan
Latar, Detil, Maksud, Praanggapan,
nominalisasi
mengurangi detil sisi lain.
Strutur Mikro
SINTAKSIS
Bagaimana kalimat bentuk, susunan yang dipilih
Bentuk Klimat, Koherensi, Kata Ganti
STILISTIK
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita. Leksikon
RETORIS
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan.
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Sumber : Eriyanto, 2009:228-229
B. Kognisi Sosial
Dimana proses produksi teks motto UNIKOM yang melibatkan pengetahuan atau kognisi pembuat teks Rektor Unikom. Menganalisis
bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami khalayak, dan makna tertentu yang ditulisnya berdasarkan informasi dan pemahaman yang pembuat teks
dapatkan.
C. Konteks Sosial
Mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Pada konteks penelitian ini adalah wacana yang berkembang pada
masyarakat. Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu
wacana, pada penelitian ini struktur sosial dan pengetahuan yang dianut oleh masyarakat.
2.9 Kerangka Pemikiran 2.9.1 Kerangka Teoritis
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai teks motto Universitas komputer Indonesia. Motto sering disamakan dengan slogan atau
kredo, seperti yang diungkapkan oleh Poerwanto dalam bukunya yang berjudul Budaya Perusahaan, menyebutkan bahwa motto, slogan atau kredo adalah “kata-
kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi perusahaan secara singkat dan mempunyai makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan,
karyawan harus menerima sebagai suatu hal yang dapat mengikat secara psikologi maupun sosiologi.”
Motto merupakan gambaran bagi suatu perusahaan untuk menyampaikan makna serta nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan mengandung perkataan atau
kalimat yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu.
Dalam penelitian ini, untuk dapat membangun makna yang terkandung dalam teks motto Universitas komputer Indonesia peneliti menggunakan teori
analisis wacana kritis Teun A Van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Melalui berbagai karyanya, van Dijk membuat kerangka
analisis wacana yang dapat didayagunakan. Van Dijk membaginya kedalam tiga tingkatan :
1. Stuktur makro. Ini merupakan makna globalumum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini
bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2. Superstuktur, adalah kerangka suatu teks : bagaimana stuktur dan elemen
wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3. Stuktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.
2.9.2 Kerangka Konseptual
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa motto merupakan suatu teks yang menggambarkan visi serta nilai dari suatu perusahaan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengetahui adanya makna dibalik sebuah tesk motto dan bagaimana membangun makna tersebut sehingga menjadi sebuah teks yang menggambarkan
jati diri suatu perusahaan. Peneliti dalam penelitian ini meneliti motto yang dimiliki Universitas Komputer Indonesia. Sebab, seiring berjalannya waktu
Universitas Komputer Indonesia dengan umurnya yang masih muda sudah menunjukan kualitasnya di dunia pendidikan.
Peneliti menggunaka teori analisis wacana kritis agar bisa mengupas satu per satu makna dari teks motto Unikom, mulai dari dimensi teks, dimensi kognisi
sosial, sampai dimensi konteks sosialnya yang pada akhrinya tebangunlah makna dari motto Universitas Komputer Indonesia “Quality Is Our Tradition”.
Analisis Wacana Kritis Teun A. Van DIjk
Dimensi Teks
Kognisi Sosial
Struktur Makro
Superstruktur
Struktur Mikro
Tematik
Tematopik yang dikedepankan dalam motto Quality Is Our Tradition
Skematik
Bagaimana teks motto Quality Is Our tradition diskemakan dalam teks kalimat utuh
Semantik
Makna yang ingin d itekankan dalam teks motto Quality Is Our Tradition
Sintaksis
Bagaimana kalimat bentuk,susunan yang dipilih pembuat teks motto Quality Is Our Tradition
Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai pembuat teks motto Quality Is Our Tradition
Retoris
Bagaimana penekanan yang pembuat teks motto Quality Is Our Tradition
Skema Person
Skema ini menggambarkan bagaimana pembuat teks motto Quality Is Our Tradition menggambarkan pentingnya kepercayaan
Skema Diri
Skema ini berhubungan dengan bagaimana pembuat teks motto Quality Is Our Tradition dipandang dari makna oleh orang lain.
Skema Peran
Skema ini berhubungan dengan bagaimana peran pembuat teks motto Quality Is Our Tradition
Skema Peristiwa
Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-
lalang. Dan peritiwa itu selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu
Konteks Sosial
Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimilik i oleh suatu kelompok atau
anggotanya, satu kelompok untuk mengontrol kelompok dari kelompok lain
Akses
Bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit lebih banyak akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa
3 4
35
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arkunto 2000:29 , objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.
Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan disebut objek Suharsimi Arkunto, 2000:116.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis wacana kritis dalam teks motto Quality Is Our Tradition, maka objek dari penelitian ini
adalah motto “Quality is Our Tradition” Universitas Komputer Indonesia.
3.1.1 Sejarah Universitas Komputer Indonesia
Universitas Komputer Indonesia UNIKOM secara resmi berdiri pada hari selasa, tanggal 8 Agustus 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 126D02000. Awalnya dimulai pada bulan Juli tahun 1994 ketika didirikan Lembaga
Pendidikan Komputer Indonesia Jerman, disingkat LPKIG, bertempat di jalan Dipati Ukur 102 Bandung . Dengan 1 ruang kelas berkapasitas 50 orang dan 1
laboratorium komputer dengan 25 unit komputer, Lembaga ini membuka program pendidikan 1 tahun dengan 5 program studi yaitu Ahli Komputer Aplikasi Bisnis,
Ahli Komputer Keuangan Perbankan, Ahli Komputer Akuntansi Perpajakan, Ahli Komputer Manajemen Pemasaran dan Sekretaris Eksekutif. Jumlah
peserta pendidikan pada tahun pertama ini sebanyak 233 siswa.
Pada tahun kedua, 1995, dibuka jenjang pendidikan 3 tahun untuk memenuhi animo siswa tahun pertama yang ingin memperdalam ilmunya,
disamping pemikiran jangka panjang pengembangan institusi. Pada tahun ini juga dibuka program studi baru, meliputi : Ahli Komputer Teknik Informatika, Ahli
Komputer Manajemen Informatika dan Sekretaris Eksekutif. Ruang kelas ditambah menjadi 2 buah dan laboratorium komputer menjadi 2 buah dengan
jumlah siswa sebanyak 457 orang. Pada tahun ketiga, 1996, dilakukan penambahan gedung kuliah baru
bertempat di jalan Dipati Ukur 116 gedung FISIP sekarang, sekaligus pemindahan pusat administrasi dan perkantoran. Digedung baru ini dilakukan
penambahan 1satu Lab. Komputer, 5lima Ruang Kuliah, Ruang Dosen dan Ruang Kemahasiswaan. Jumlah siswa dari tahun 1996 hingga tahun 1998
bertambah dari 632 orang menjadi 1184 orang. Pada tahun kelima, 1998, dimulai pembangunan Kampus baru Gedung
Rektorat Kampus-1 sekarang berlantai 6enam di jalan Dipati Ukur 114. Pembangunan Kampus baru ini dapat diselesaikan pada bulan Agustus 1999,
sehingga pada awal perkuliahan bulan September 1999 telah dapat digunakan. Mencermati dinamika peserta didik dan pengembangan Institusi kedepan,
pada tanggal 24 Desember 1998 dibentuklah Yayasan Science dan Teknologi dan dilanjutkan dengan pengajuan pendirian STIMIK IGI dan STIE IGI ke DIKTI.
Pada bulan Juli 1999 STIE IGI diresmikan dengan keluarnya SK Mendiknas no. 119DO1999 dengan 5 program studi : Akuntansi S1,
Manajemen S1, Manajemen Pemasaran D3, Keuangan Perbankan D3 serta Akuntansi D3.
Pada bulan Agustus 1999 STIMIK IGI diresmikan dengan keluarnya SK Mendiknas no. 143DO1999 dengan 5 program studi : Teknik Informatika S1,
Manajemen Informatika D3, Teknik Komputer D3, Komputerisasi Akuntansi D3 serta Teknik Informatika D3.
Agar Sistem Pendidikan lebih Efisien, Efektif, Produktif dengan Struktur Organisasi yang lebih baik, enam bulan kemudian dilakukan usulan ke DIKTI
untuk melakukan Merger kedua Sekolah Tinggi diatas menjadi Universitas. Pada hari Selasa, tgl. 8 Agustus 2000 keluarlah SK MENDIKNAS no.
126DO2000 atas Universitas Komputer Indonesia yang disingkat dengan nama UNIKOM.Pada SK tersebut sekaligus diijinkan dibukanya 11 program studi baru
: Teknik Komputer S1, Manajemen Informatika S1, Teknik Industri S1, Teknik Arsitektur S1, Perencanaan Wilayah dan Kota S1, Ilmu Hukum S1, Ilmu
Komunikasi S1, Ilmu Pemerintahan S1, Desain Interior D3, Desain Komunikasi Visual S1 dan Desain Komunikasi Visual D3.
Sejak berdirinya pada tahun 2000, setiap tahunnya UNIKOM menerima ± 2.000 mahasiswa baru. Terakhir pada tahun 2009 yang lalu diterima sebanyak
3.108 mahasiswa baru. Hingga tahun akademik 20092010 terdapat 6 Fakultas dan 23 Program Studi di UNIKOM dengan jumlah mahasiswa sebanyak 15.000 orang
yang berasal dari berbagai pelosok tanah air dan dari luar negeri yang sedang menempuh pendidikan di UNIKOM.
3.1.2 Teks Motto Universitas Komputer Indonesia
“Quality Is Our Tradition”
3.1.3 Visi Unikom
Menjadi Universitas terdepan dibidang Teknologi Informasi Komputer, berwawasan Global dan menjadi pusat Unggulan dibidang ilmu pengetahuan
Teknologi dan seni yang mendukung pembangunan nasional serta berorientasi
pada kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara 3.1.4
Misi Unikom
Menyelenggarakan Pendidikan tinggi kearah masyarakat Industri maju dengan sistem pendidikan yang kondusif, tenaga pengajar berkualitas dan
program-program studi berbasis pada teknologi informasi komputer dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, kualitas dan manajemen mutu
berdasarkan prinsip Quality Is Our Tradition. 3.1.5
Budaya Belajar Unikom
“PIQIE” Professional, Integrity, Quality, Information and technologi, Excellence
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian mengenai rekonstruksi makna motto Quality Is Our Tradition Universitas komputer Indonesia, peneliti menggunakan metode
kualitatif.
Kirk and Miller 1986:29 mendefiinisikan bahwa: “Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial atau secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan peristilahan”.
Dalam metode kualitatif, realitas di pandang sebagai suatu yang berada di dalam dimensi banyak. Suatu kesatuan utuh, serta berubah-rubah, sehingga
biasnya rangcangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula pengertian kualitatif sering
di asosiasikan dengan tehnik analisa dari penulisan laporan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau
sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik.
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada
kaitannya dengan penelitiannya, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
3.4 Teknik Penentuan Informan
Teknik yang peneliti digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah purposive sampling teknik sempel bertujuan, karena sempel yang diambil relatif
kecil dan dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini. Oleh karena itu peneliti menentukan kriteria dasar dari orang-orang yang akan peneliti
pilih untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Informan tersebut ialah beberapa petinggi di Universitas Komputer Indonesia sebagai bagian dari
rekonstruksi motto Quality Is Our Tradition. Adanya kesulitan yang peneliti rasakan dalam mendapatkan informan, membuat peneliti memutuskan untuk
menjadikan Rektor Universitas Komputer Indonesia, serta beberapa mahasiswa sebagai informan dalam penelitian ini. Dibawah ini adalah tabel data informan,
berikut identitasnya :
Tabel 3.1 Data Informan
No Nama
Umur Keterangan
1 Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto
- REKTOR UNIKOM
2 Fajar Sadiq
- Mahasiswa Informatika
3 Citra Mustikawati
- Mahasiswa Ilmu
Komunikasi 4
Yunico Manurung -
Mahasiswa Manajemen
5 Tedi Pratama
- Mahasiswa Hukum
6 Shinta
- Mahasiswa Sastra
7 Lutfi Adiputra
- Mahasiswa DKV
Sumber, Peneliti, 2012
3.5 Deskripsi Informan Penelitian
3.5.1 Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto
Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, merupakan Rektor dan Pendiri Universitas Komputer Indonesia UNIKOM, yang berlokasi di ajalan Dipati
Ukur no 102-118 dan jala Dipati Ukur no 99- 103 Bandung.Ia memimpin UNIKOM sejak awal berdirinya pada 8 Agustus 2000 hingga saat ini.
Doctor di bidang Manajemen Bisnis ini merupakan Doktor tercepat sepanjang sejarah berdirinya Fakultas Ekonomi UNPAD karena berhasil
menyelesaikan studi S3 hanya dalam waktu 2 tahun 1 bulan.Ia menyelesaikan studi S1 di ITB dan S2 juga dari ITB pada Fakultas Teknologi Industri. Alumni
Teknologi Industri ITB ini telah mengantarkan UNIKOM menjadi salah satu Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, maju, berkembang sangat cepat,
memperoleh prestasi Nasional, paling diminati oleh lulusan SMU, dan telah mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional berkat sukses para
mahasiswanya diajang paling bergengsi di bidang rekayasa Robotika dengan memenangkan medali emas Internasional di bidang Robotika pada Robogames
Internasional di San Francisco, USA 2009.
3.5.2 Fajar Sadiq
Fajar Sadiq ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Teknik jurusan Informatika, ia masuk sebagai mahasiswa UNIKOM
pada tahun 2007, karena ada beberapa masalah sehingga menyebabkan pendidikannya di UNIKOM terhambat.
Fajar merupakan mahasiswa asal Banjarmasin yang lahir pada 12 Agustus 1990. Disamping kuliah, ia juga bekerja sebagai Developer Program di
BAPPEDA Jawa Barat.
3.5.3 Citra Mustikawati
Citra Mustikawati ialah seorang mahasiswi UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi.Ia
merupakan mahasiswi yang aktif, serta ikut berperan aktif mengenai perkembangan kampus.
Citra pernah menjabat sebagai ketua HIMA Komunikasi pada periode tahun 2010-2011.Ia lahir di Cianjur pada 27 Maret 1990, dan bertempat tinggal di
daerah Wastu Kencana selama menempuh pendidikandi UNIKOM.
3.5.4 Yuniko Manurung
Yuniko Manurung ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.Ia seorang mahasiswa yang
aktif dikampusnya, masuk sebagai mahasiswa angkatan 2008, ia mampu berkontribusi untuk kampusnya dengan menjadi model untuk iklan Universitas
Komputer Indonesia. Yuniko, atau yang akrab dengan panggilan Niko ini lahir di Bandung, 30
Juni 1987, dan ia bertempat tinggal di Jl. Terusan Pasir Koja Gg. Pesantren dalam no 10, Bandung.
3.5.5 Tedi Pratama
Tedi Pratama ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum. Ia seorang mahasiswa yang aktiv dalam kegiatan olah raga bola
basket. Tedi merupakan mahasiswa asal Ciamis yang lahir pada 14 maret 1988, ia
tinggal di daerah Soekarno Hatta selama menempuh pendidikan di UNIKOM.
3.5.6 Shinta
Shinta, merupakan mahasiswi UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Sastra jurusan Sastra Inggris.Ia seorang mahasiswi yang aktif baik
dikampus atau pun di luar kampus, selain kuliah Shinta juga memiliki beberapa pengalaman kerja dan sekarang bekerja di Cooking Compeny sebgagai Marketing.
Shinta sempat juga bekerja untuk Bandung Card, serta menjadi Marketing untuk Plat for Me. Ia merupakan mahasiswi asal Kuningan yang lahir pada 19
Novembr 1991.
3.5.7 Lutfi
Lutfi Adiputra ialah seorang mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Desain juruan Desain Komunikasi Visual DKV.Ia
seorang mahasiswa yang gemar dibidang fotografi. Ia lahir di Ciamis, 12 Maret 1988. Sekarang ia sedang menempuh tahun
terakhirnya di UNIKOM sebagai mahasiswa. Lutfi tinggal sendiri di daerah
Tubagus Ismail Dalam. 3.6
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan
Guba 1985, dikutip dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai
orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain- lain”. Moleong, 2007,p. 186. Pada penelitian ini, untuk memperdalam lagi data
yang diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam Indepth Interview. Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk
kepentingan wawancara yang lebih mendalamdengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan memiliki langkah-langkah yang
akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai
gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah:
1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data dan serta kejelasan data. Memilah data yang didapatkan untuk dijadikan
sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan
untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh
karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat
memfokuskan pembahasan penelitian tertentu yang dianggap menunjang.
2. Klasifikasi data yaitu mengelompokan data dan dipilih-pilih sesuai dengan jenisnya. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan
pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam
memberikan penjelaan secara lebih detail dan jelas. 3. Merumuskan hasil penelitian, Semua data yang diperoleh kemudian
dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat
dilapangan dan berusaha untuk menjelaskan dalam bentuk laporan penelitian yang terarah dan sistematis.
4. Menganalisa hasil penelitian, tahap akhir yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya
dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha menguatkan yang ada.
5. Penarikan kesimpulan dan saran, tahap ini mengambil satu intisari yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Dengan penarikan kesimpulan
diharapkan seluruh penelitian dapat tercakup secara menyeluruh pada bagian ini. Agar mudah di mengerti dan dipahami.
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah di Bandung, tepatnya di jalan Dipati ukur no 112.
3.8.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan. Terhitung dari awal bulan Maret sampai bulan Juni, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga
penyelesaian dengan perincian waktu yang telah direncanakan.
Tabel 3.2 Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian
Sumber, Peneliti, 2012
No. Kegiatan
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1
1. Persiapan
Pengajuan judul Acc judul
persetujuan pembimbing
2
2. Pelaksanaan
BAB I dan bimbingan BAB II dan Bimbingan
BAB III dan bimbingan Seminar UP
Wawancara Penelitian Pengolahan Data
BAB IV dan Bimbingan BAB V dan Bimbingan
3
3. Penyelesaian Laporan
Penyusunan draft srikpsi 4
4.Sidang Komprhensif
5 5. Sidang Kelulusan
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian mengenai Analisis Wacana Kritis Teks Motto
UNIKOM “Quality Is Our Tradition” . Teks Motto UNIKOM “Quality Is Our Tradition” tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teori dan model wacana
dari Teun A. van Dijk. Sesuai dengan prosedur sistematika dengan menggunakan model wacana van Dijk dan metode penelitian kualitatif, peneliti menganalisis
teks Motto UNIKOM “Quality Is Our Tradition” dengan menggunakan tiga bagian analisis, yang juga sesuai dan mengacu pada identifikasi masalah, yaitu:
analisis wacana dari segi teks, analisis wacana dari segi kognisi sosial, dan analisis wacana dari segi konteks sosial.
4.1 Hasil Analisis Dimensi Teks
Pada sub bab penelitian ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan analisis wacana baik berdasarkan literatur maupun
studi lapangan terhadap teks “Quality Is Our tradition” yang dijadikan motto oleh Universitas Komputer Indonesia. Analisis wacana yang akan dibahas ada tiga
bagian analisis, yaitu dimensi teks, dimensi kognisi sosial, dan dimensi konteks sosial.
4.1.1 Analisis Tematik
Elemen tematik menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.
Topik menunjukkan konsep yang dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, tematik ini sering disebut dengan tema atau topik.
Eriyanto, 2009: 229 Dari data hasil wawancara, informan memberikan jawaban bahwa topik
atau tema pada teks yang peneliti berikan kepada informan untuk diteliti adalah tema tentang makna yang terkandung dalam Motto itu sendiri yakni tentang
kualitas terbaik yang menjadi tradisi, karena memang disadari oleh informan, bahwa motto tersebut menekankan adanya makna dan pesan yang ingin
disampaikan bahwa adanya kualitas yang dimiliki oleh UNIKOM. Melalui motto tersebut juga, UNIKOM berusaha untuk menyampaikan
kepada masyarakat bahwa kualitas pendidikan dan pelayanan di UNIKOM selalu yang terbaik dan berkualitas.
4.1.2 Analisis Skematik
Setiap teks pasti mempunyai alur dan skema dari pendahuluan sampai akhir.Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan
diurutkan, sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, teks umumnya
secara hipotetik mempunyai dua ketegori skema besar, yaitu: Pertama, summary,