Bagi Universitas Persiapan Rekonstruksi Makna Motto Unikom "Quality Is Our Tradition" Ditinjau Dari Analisis Wacana Kritis

Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama common. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum bersama-sama.” Wiryanto, 2004:5 Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak tahap, bahwa sejarah tentang komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernald Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa: “Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa tidak hanya berlangsung satu tahap, tetapi banyak tahap. Ini dikenal dengan twostep flow communication dan multistep flow communication. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersona interpersonal communication dan komunikasi kelompok group communication sebagai kelanjutan dari komunikasi massa mass communication” Effendy, 2005 : 4. Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain. Mulyana, 2003:62. Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai: “Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari ganggua-ngangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, egiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, menerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya. “Effendy, 2005 : 5 Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.1.2. Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy 2005:6, Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari : 1. Komunikator communicator 2. Pesan message 3. Media media 4. Komunikan communicant 5. Efek effect Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut: a. Menemukan Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia. b. Untuk Berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain. c. Untuk Meyakinkan Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. d. Untuk Bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak Devito, 1997:31

2.2 Tinjauan Tentang Motto

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, yang dikarang oleh J.S,Badudu disebutkan bahwa motto adalah “kata yang digunakan sebagai semboyan, pedoman, atau prinsip yang menunjukan pendirian atau tujuan”. Motto adalah “kata atau seruan yang mengambarkan motivasi, semangat, dan tujuan dari suatu organisasi”.Wikepedia,2007 Diarru dalam artikelnya yang berjudul “Logo dan Motto Perusahaan” memberikan defenisi bahwa motto adalah “suatu tujuan jangka panjang yang akan dicapai berdasarkan operasional Perusahaan”. Diarru,2008: diarru.multiply.com Motto sering disamakan dengan slogan atau kredo, seperti yang diungkapkan oleh Poerwanto dalam bukunya yang berjudul Budaya Perusahaan, menyebutkan bahwa motto, slogan atau kredo adalah “kata-kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi perusahaan secara singkat dan mempunyai makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan, karyawan harus menerima sebagai suatu hal yang dapat mengikat secara psikologi maupun sosiologi.Poerwanto,2008:62 Slogan adalah “perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu” Dita, 2008: dita0108axelabsky.multiply.com Kredo adalah “pandangan sebuah perusahaan yang hanya dikomunikasikan secara internal perusahaan saja yang berfungsi untuk menyemangati, atau menumbuhkan spirit bekerja para karyawan”. Fahima,2008: swa.co.idsekunderkonsultasipemasaranadvertising “Motto, slogan atau kredo sebaiknya menggunakan kata-kata sederhana dan mengandung pesan secara strategis menyampaikan visi dan nilai-nilai perusahaan”. Poerwanto,2008:64

2.3 Tinjauan tentang Visi, Misi dan Gol Unikom a.

Visi Unikom Menjadi Universitas terdepan dibidang Teknologi Informasi Komputer, berwawasan Global dan menjadi pusat Unggulan dibidang ilmu pengetahuan Teknologi dan seni yang mendukung pembangunan nasional serta berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.

b. Misi Unikom

Menyelenggarakan Pendidikan tinggi kearah masyarakat Industri maju dengan sistem pendidikan yang kondusif, tenaga pengajar berkualitas dan program-program studi berbasis pada teknologi informasi komputer dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, kualitas dan manajemen mutu berdasarkan prinsip Quality Is Our Tradition. c. Gol Unikom Menghasilkan Ilmuwan dan berpikiran tinggi maju dibidangnya masing- masing, mahir menggunakan teknologi informasi komputer dalam bekerja serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2.4 Tinjauan Tentang Wacana 2.4.1 Pengertian Tentang Wacana Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan sejak zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan komunikasi. Pada saat itu alas an mengapa bahasa perlu untuk dikaji karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk mengungkapkan konsep- konsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. Kurniawan dalam Darma, 2009:1. Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap. Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi. Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat. Alex Sobur dalam Darma mengatakan, wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal subjek yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi, wacana adalah proses komunikasi menggunakan symbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa- peristiwa di dalam system kemasyarakatan yang luas. Melalui pesan wacana, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambargambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.

2.4.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana

Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi ciri dan sifatsebuah wacana, antara lain sebagai berikut: 1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur. 2. Wacana mengungkapkan suatu hal subjek. 3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya. 4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataan wujud dari bentuk wacana itu 5. Dibentuk oleh unsur segmental dan non segmental.

2.4.3 Wujud dan Jenis Wacana

Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata. Jenis adalah ciri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau bentuk wacana yang nyata dan dapat kita lihatstrukturnya secara nyata. Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri khas yang dapat dibedakan dari bentuk bahasa lain. Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah karya si pembuat wacana, yaitu: teks wacana dalam wujud tulisangrafis antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb. Talk wacana dalam wujud ucapan antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act wacana dalam wujud tindakan antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact wacana dalam wujud jejak antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

2.5 Tinjauan Tentang Analisis Wacana

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternatif dalam memahami bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistic, semua unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa. Menurut Stubbs dalam Darma 2009:15, wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meniliti dan menganalisis bahasa yang digunkan secara alamiah, baik lisan atau tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Analisis wacana menekankan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur. Jadi, jalasnya analisis wacana bertujuan untuk mencari keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. Sedangkan Kartomiharjo dalam Darma 2009:15, mengungkapkan bahawa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau pailing tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam acana lisan, oleh penulis dalam wacana tulis. 2.6 Tinjauan Tentang Analisis Wacana Kritis 2.6.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm kritis. Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaranketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktifisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan fikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekeuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai refresenatsi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada alam setiap proses bahasa: batasanbatasan apa yang diperkenankan yang jadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubunngan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagaia tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memkai perspektif kritis, analisi wacana kategori ini disebut sebagai analisis wacana kritis CDA. Ini untuk membedakan dengan analisis wacana kategori sebelumnya.

2.6.2 Karakteristik Analsis Wacana Kritis

Dalam analisis wacana kritis Critical Discourse Analisis CDA wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistic tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tutur dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana pun bisa jadi menampilkan ideologi, wacana dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Sebagai contoh, melalui wacana, bahwa keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dalam kehidupan sosial dianggap sebagai suatu common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya. Analisis wacana kritis melihat wacana sebagai factor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk memperlihatkan ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Dan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang diambil dari tulisan Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak, sebagai berikut: 1. Tindakan Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tidakan action. Dengan pemahaman semacam ini wacana ditempatkan sebagai bentuk interasi, wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup internal. Bahwa seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu bentuk ekspresi sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali ataupun ekspresi diluar kesadaran. 2. Konteks Analsiss wacana kritis memperhatikan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana dianggap dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam situasi dan kondisi yang khusus. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu, bahwa wacana berada dalam situasi sosial tertentu. 3. Historis Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu. 4. Kekuasaan Analsis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan power dalam analisisnya. Bahwa setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. 5. Ideologi Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. Teori-teori klasik tentang ideology di antaranya mengatakan bahwa ideology dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka.

2.7 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk

Model analisis wacana van Dijk adalah model yang mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengat model kognisi social. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk, melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial. Penelitian tentang wacana tidak dapat mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong, sebaliknya bahwa teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

a. Teks

Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu diskursus, suatu praktik wacana. Van dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang disebut kognisi sosial.

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial pun dapat memiliki dua arti. Pada satu sisi menunjukan bagaimana proses teks tersebut diproduksi berdasarkan informasi dan pemahaman si pembuat teks. Pada sisi lain menggambarkan bagaimana nilai-nilai yang telah menyebar dalam kehidupan sosial masyarakat itu diserap oleh kognisi si pembuat, dan akhirnya keduanya digunakan untuk membuat suatu teks.

c. Konteks Sosial

Van Dijk pun melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap suatu teks tertentu.

2.8 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk

Wacana menurut van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk secara keseluruhan menghubungkan antara analsis tekstual yang memusatkan perhatian melulu pada teks, kearah analisis yang komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat. Model analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk Sumber: Eriyanto, 2009:225

A. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri dari atas beberapa strukturtingkatan yang masing-masing saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama , struktur makro. Ini merupakan makna globalumum dari suatu teks yang dapat diamati dengan topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua , superstruktur. Merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Menurut van Dijk, meskipun terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks tema didukung oleh kerangka teks dan Teks Kognisi Sosial Konteks Sosial pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Bahwa antar bagian teks dalam model van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang oleh van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil.skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak Cuma mengerti apa isi dari suatu teks, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraph, dan preposisi. Dan kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Struktur Teks Pada Dimensi Teks Kerangka Analisis van Dijk Sumber : Eriyanto, 2009:227 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari dari topiktema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, gaya yang dipakai dalam suatu teks Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika, tertentu dipahami oleh van Dijk sebagai bagian dari strategi si pembuat teks. Pemakaian kata kata tertentu, kalimat dan gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi semata, tetapi dipandang sebagai politik berkomunikasi, yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkanlawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik dan sebagainya. Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana van Dijk tersebut. Tabel 2.2 Elemen Wacana Pada Struktur Wacana van Dijk STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN Struktur Makro TEMATIK Tema topik yang dikedepankan dalam suatu teks Topik Superstruktur SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh. Skema Struktur Mikro SEMANTIK Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Missal dengan member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, nominalisasi mengurangi detil sisi lain. Strutur Mikro SINTAKSIS Bagaimana kalimat bentuk, susunan yang dipilih Bentuk Klimat, Koherensi, Kata Ganti STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Leksikon RETORIS Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan. Grafis, Metafora, Ekspresi Sumber : Eriyanto, 2009:228-229

B. Kognisi Sosial

Dimana proses produksi teks motto UNIKOM yang melibatkan pengetahuan atau kognisi pembuat teks Rektor Unikom. Menganalisis bagaimana kognisi pembuat teks dalam memahami khalayak, dan makna tertentu yang ditulisnya berdasarkan informasi dan pemahaman yang pembuat teks dapatkan.

C. Konteks Sosial

Mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Pada konteks penelitian ini adalah wacana yang berkembang pada masyarakat. Melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana, pada penelitian ini struktur sosial dan pengetahuan yang dianut oleh masyarakat. 2.9 Kerangka Pemikiran 2.9.1 Kerangka Teoritis Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai teks motto Universitas komputer Indonesia. Motto sering disamakan dengan slogan atau kredo, seperti yang diungkapkan oleh Poerwanto dalam bukunya yang berjudul Budaya Perusahaan, menyebutkan bahwa motto, slogan atau kredo adalah “kata- kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi perusahaan secara singkat dan mempunyai makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan, karyawan harus menerima sebagai suatu hal yang dapat mengikat secara psikologi maupun sosiologi.” Motto merupakan gambaran bagi suatu perusahaan untuk menyampaikan makna serta nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan mengandung perkataan atau kalimat yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Dalam penelitian ini, untuk dapat membangun makna yang terkandung dalam teks motto Universitas komputer Indonesia peneliti menggunakan teori analisis wacana kritis Teun A Van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Melalui berbagai karyanya, van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Van Dijk membaginya kedalam tiga tingkatan : 1. Stuktur makro. Ini merupakan makna globalumum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2. Superstuktur, adalah kerangka suatu teks : bagaimana stuktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3. Stuktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.

2.9.2 Kerangka Konseptual

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa motto merupakan suatu teks yang menggambarkan visi serta nilai dari suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui adanya makna dibalik sebuah tesk motto dan bagaimana membangun makna tersebut sehingga menjadi sebuah teks yang menggambarkan jati diri suatu perusahaan. Peneliti dalam penelitian ini meneliti motto yang dimiliki Universitas Komputer Indonesia. Sebab, seiring berjalannya waktu Universitas Komputer Indonesia dengan umurnya yang masih muda sudah menunjukan kualitasnya di dunia pendidikan. Peneliti menggunaka teori analisis wacana kritis agar bisa mengupas satu per satu makna dari teks motto Unikom, mulai dari dimensi teks, dimensi kognisi sosial, sampai dimensi konteks sosialnya yang pada akhrinya tebangunlah makna dari motto Universitas Komputer Indonesia “Quality Is Our Tradition”. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van DIjk Dimensi Teks Kognisi Sosial Struktur Makro Superstruktur Struktur Mikro  Tematik Tematopik yang dikedepankan dalam motto Quality Is Our Tradition  Skematik Bagaimana teks motto Quality Is Our tradition diskemakan dalam teks kalimat utuh  Semantik Makna yang ingin d itekankan dalam teks motto Quality Is Our Tradition  Sintaksis Bagaimana kalimat bentuk,susunan yang dipilih pembuat teks motto Quality Is Our Tradition  Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai pembuat teks motto Quality Is Our Tradition  Retoris Bagaimana penekanan yang pembuat teks motto Quality Is Our Tradition  Skema Person Skema ini menggambarkan bagaimana pembuat teks motto Quality Is Our Tradition menggambarkan pentingnya kepercayaan  Skema Diri Skema ini berhubungan dengan bagaimana pembuat teks motto Quality Is Our Tradition dipandang dari makna oleh orang lain.  Skema Peran Skema ini berhubungan dengan bagaimana peran pembuat teks motto Quality Is Our Tradition  Skema Peristiwa Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu- lalang. Dan peritiwa itu selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu Konteks Sosial  Kekuasaan Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimilik i oleh suatu kelompok atau anggotanya, satu kelompok untuk mengontrol kelompok dari kelompok lain  Akses Bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit lebih banyak akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa 3 4 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arkunto 2000:29 , objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan disebut objek Suharsimi Arkunto, 2000:116. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis wacana kritis dalam teks motto Quality Is Our Tradition, maka objek dari penelitian ini adalah motto “Quality is Our Tradition” Universitas Komputer Indonesia.

3.1.1 Sejarah Universitas Komputer Indonesia

Universitas Komputer Indonesia UNIKOM secara resmi berdiri pada hari selasa, tanggal 8 Agustus 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 126D02000. Awalnya dimulai pada bulan Juli tahun 1994 ketika didirikan Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Jerman, disingkat LPKIG, bertempat di jalan Dipati Ukur 102 Bandung . Dengan 1 ruang kelas berkapasitas 50 orang dan 1 laboratorium komputer dengan 25 unit komputer, Lembaga ini membuka program pendidikan 1 tahun dengan 5 program studi yaitu Ahli Komputer Aplikasi Bisnis, Ahli Komputer Keuangan Perbankan, Ahli Komputer Akuntansi Perpajakan, Ahli Komputer Manajemen Pemasaran dan Sekretaris Eksekutif. Jumlah peserta pendidikan pada tahun pertama ini sebanyak 233 siswa. Pada tahun kedua, 1995, dibuka jenjang pendidikan 3 tahun untuk memenuhi animo siswa tahun pertama yang ingin memperdalam ilmunya, disamping pemikiran jangka panjang pengembangan institusi. Pada tahun ini juga dibuka program studi baru, meliputi : Ahli Komputer Teknik Informatika, Ahli Komputer Manajemen Informatika dan Sekretaris Eksekutif. Ruang kelas ditambah menjadi 2 buah dan laboratorium komputer menjadi 2 buah dengan jumlah siswa sebanyak 457 orang. Pada tahun ketiga, 1996, dilakukan penambahan gedung kuliah baru bertempat di jalan Dipati Ukur 116 gedung FISIP sekarang, sekaligus pemindahan pusat administrasi dan perkantoran. Digedung baru ini dilakukan penambahan 1satu Lab. Komputer, 5lima Ruang Kuliah, Ruang Dosen dan Ruang Kemahasiswaan. Jumlah siswa dari tahun 1996 hingga tahun 1998 bertambah dari 632 orang menjadi 1184 orang. Pada tahun kelima, 1998, dimulai pembangunan Kampus baru Gedung Rektorat Kampus-1 sekarang berlantai 6enam di jalan Dipati Ukur 114. Pembangunan Kampus baru ini dapat diselesaikan pada bulan Agustus 1999, sehingga pada awal perkuliahan bulan September 1999 telah dapat digunakan. Mencermati dinamika peserta didik dan pengembangan Institusi kedepan, pada tanggal 24 Desember 1998 dibentuklah Yayasan Science dan Teknologi dan dilanjutkan dengan pengajuan pendirian STIMIK IGI dan STIE IGI ke DIKTI. Pada bulan Juli 1999 STIE IGI diresmikan dengan keluarnya SK Mendiknas no. 119DO1999 dengan 5 program studi : Akuntansi S1, Manajemen S1, Manajemen Pemasaran D3, Keuangan Perbankan D3 serta Akuntansi D3. Pada bulan Agustus 1999 STIMIK IGI diresmikan dengan keluarnya SK Mendiknas no. 143DO1999 dengan 5 program studi : Teknik Informatika S1, Manajemen Informatika D3, Teknik Komputer D3, Komputerisasi Akuntansi D3 serta Teknik Informatika D3. Agar Sistem Pendidikan lebih Efisien, Efektif, Produktif dengan Struktur Organisasi yang lebih baik, enam bulan kemudian dilakukan usulan ke DIKTI untuk melakukan Merger kedua Sekolah Tinggi diatas menjadi Universitas. Pada hari Selasa, tgl. 8 Agustus 2000 keluarlah SK MENDIKNAS no. 126DO2000 atas Universitas Komputer Indonesia yang disingkat dengan nama UNIKOM.Pada SK tersebut sekaligus diijinkan dibukanya 11 program studi baru : Teknik Komputer S1, Manajemen Informatika S1, Teknik Industri S1, Teknik Arsitektur S1, Perencanaan Wilayah dan Kota S1, Ilmu Hukum S1, Ilmu Komunikasi S1, Ilmu Pemerintahan S1, Desain Interior D3, Desain Komunikasi Visual S1 dan Desain Komunikasi Visual D3. Sejak berdirinya pada tahun 2000, setiap tahunnya UNIKOM menerima ± 2.000 mahasiswa baru. Terakhir pada tahun 2009 yang lalu diterima sebanyak 3.108 mahasiswa baru. Hingga tahun akademik 20092010 terdapat 6 Fakultas dan 23 Program Studi di UNIKOM dengan jumlah mahasiswa sebanyak 15.000 orang yang berasal dari berbagai pelosok tanah air dan dari luar negeri yang sedang menempuh pendidikan di UNIKOM.

3.1.2 Teks Motto Universitas Komputer Indonesia

“Quality Is Our Tradition”

3.1.3 Visi Unikom

Menjadi Universitas terdepan dibidang Teknologi Informasi Komputer, berwawasan Global dan menjadi pusat Unggulan dibidang ilmu pengetahuan Teknologi dan seni yang mendukung pembangunan nasional serta berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara 3.1.4 Misi Unikom Menyelenggarakan Pendidikan tinggi kearah masyarakat Industri maju dengan sistem pendidikan yang kondusif, tenaga pengajar berkualitas dan program-program studi berbasis pada teknologi informasi komputer dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, kualitas dan manajemen mutu berdasarkan prinsip Quality Is Our Tradition. 3.1.5 Budaya Belajar Unikom “PIQIE” Professional, Integrity, Quality, Information and technologi, Excellence 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian Dalam penelitian mengenai rekonstruksi makna motto Quality Is Our Tradition Universitas komputer Indonesia, peneliti menggunakan metode kualitatif. Kirk and Miller 1986:29 mendefiinisikan bahwa: “Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial atau secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahan”. Dalam metode kualitatif, realitas di pandang sebagai suatu yang berada di dalam dimensi banyak. Suatu kesatuan utuh, serta berubah-rubah, sehingga biasnya rangcangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula pengertian kualitatif sering di asosiasikan dengan tehnik analisa dari penulisan laporan penelitian. 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Studi Pustaka Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Teknik yang peneliti digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah purposive sampling teknik sempel bertujuan, karena sempel yang diambil relatif kecil dan dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini. Oleh karena itu peneliti menentukan kriteria dasar dari orang-orang yang akan peneliti pilih untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Informan tersebut ialah beberapa petinggi di Universitas Komputer Indonesia sebagai bagian dari rekonstruksi motto Quality Is Our Tradition. Adanya kesulitan yang peneliti rasakan dalam mendapatkan informan, membuat peneliti memutuskan untuk menjadikan Rektor Universitas Komputer Indonesia, serta beberapa mahasiswa sebagai informan dalam penelitian ini. Dibawah ini adalah tabel data informan, berikut identitasnya : Tabel 3.1 Data Informan No Nama Umur Keterangan 1 Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto - REKTOR UNIKOM 2 Fajar Sadiq - Mahasiswa Informatika 3 Citra Mustikawati - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 4 Yunico Manurung - Mahasiswa Manajemen 5 Tedi Pratama - Mahasiswa Hukum 6 Shinta - Mahasiswa Sastra 7 Lutfi Adiputra - Mahasiswa DKV Sumber, Peneliti, 2012

3.5 Deskripsi Informan Penelitian

3.5.1 Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto

Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, merupakan Rektor dan Pendiri Universitas Komputer Indonesia UNIKOM, yang berlokasi di ajalan Dipati Ukur no 102-118 dan jala Dipati Ukur no 99- 103 Bandung.Ia memimpin UNIKOM sejak awal berdirinya pada 8 Agustus 2000 hingga saat ini. Doctor di bidang Manajemen Bisnis ini merupakan Doktor tercepat sepanjang sejarah berdirinya Fakultas Ekonomi UNPAD karena berhasil menyelesaikan studi S3 hanya dalam waktu 2 tahun 1 bulan.Ia menyelesaikan studi S1 di ITB dan S2 juga dari ITB pada Fakultas Teknologi Industri. Alumni Teknologi Industri ITB ini telah mengantarkan UNIKOM menjadi salah satu Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, maju, berkembang sangat cepat, memperoleh prestasi Nasional, paling diminati oleh lulusan SMU, dan telah mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional berkat sukses para mahasiswanya diajang paling bergengsi di bidang rekayasa Robotika dengan memenangkan medali emas Internasional di bidang Robotika pada Robogames Internasional di San Francisco, USA 2009.

3.5.2 Fajar Sadiq

Fajar Sadiq ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Teknik jurusan Informatika, ia masuk sebagai mahasiswa UNIKOM pada tahun 2007, karena ada beberapa masalah sehingga menyebabkan pendidikannya di UNIKOM terhambat. Fajar merupakan mahasiswa asal Banjarmasin yang lahir pada 12 Agustus 1990. Disamping kuliah, ia juga bekerja sebagai Developer Program di BAPPEDA Jawa Barat.

3.5.3 Citra Mustikawati

Citra Mustikawati ialah seorang mahasiswi UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi.Ia merupakan mahasiswi yang aktif, serta ikut berperan aktif mengenai perkembangan kampus. Citra pernah menjabat sebagai ketua HIMA Komunikasi pada periode tahun 2010-2011.Ia lahir di Cianjur pada 27 Maret 1990, dan bertempat tinggal di daerah Wastu Kencana selama menempuh pendidikandi UNIKOM.

3.5.4 Yuniko Manurung

Yuniko Manurung ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen.Ia seorang mahasiswa yang aktif dikampusnya, masuk sebagai mahasiswa angkatan 2008, ia mampu berkontribusi untuk kampusnya dengan menjadi model untuk iklan Universitas Komputer Indonesia. Yuniko, atau yang akrab dengan panggilan Niko ini lahir di Bandung, 30 Juni 1987, dan ia bertempat tinggal di Jl. Terusan Pasir Koja Gg. Pesantren dalam no 10, Bandung.

3.5.5 Tedi Pratama

Tedi Pratama ialah mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum. Ia seorang mahasiswa yang aktiv dalam kegiatan olah raga bola basket. Tedi merupakan mahasiswa asal Ciamis yang lahir pada 14 maret 1988, ia tinggal di daerah Soekarno Hatta selama menempuh pendidikan di UNIKOM.

3.5.6 Shinta

Shinta, merupakan mahasiswi UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Sastra jurusan Sastra Inggris.Ia seorang mahasiswi yang aktif baik dikampus atau pun di luar kampus, selain kuliah Shinta juga memiliki beberapa pengalaman kerja dan sekarang bekerja di Cooking Compeny sebgagai Marketing. Shinta sempat juga bekerja untuk Bandung Card, serta menjadi Marketing untuk Plat for Me. Ia merupakan mahasiswi asal Kuningan yang lahir pada 19 Novembr 1991.

3.5.7 Lutfi

Lutfi Adiputra ialah seorang mahasiswa UNIKOM yang menempuh pendidikan di Fakultas Desain juruan Desain Komunikasi Visual DKV.Ia seorang mahasiswa yang gemar dibidang fotografi. Ia lahir di Ciamis, 12 Maret 1988. Sekarang ia sedang menempuh tahun terakhirnya di UNIKOM sebagai mahasiswa. Lutfi tinggal sendiri di daerah Tubagus Ismail Dalam. 3.6 Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba 1985, dikutip dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain- lain”. Moleong, 2007,p. 186. Pada penelitian ini, untuk memperdalam lagi data yang diperoleh maka dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam Indepth Interview. Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalamdengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan memiliki langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah: 1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data dan serta kejelasan data. Memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian tertentu yang dianggap menunjang. 2. Klasifikasi data yaitu mengelompokan data dan dipilih-pilih sesuai dengan jenisnya. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam memberikan penjelaan secara lebih detail dan jelas. 3. Merumuskan hasil penelitian, Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk menjelaskan dalam bentuk laporan penelitian yang terarah dan sistematis. 4. Menganalisa hasil penelitian, tahap akhir yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha menguatkan yang ada. 5. Penarikan kesimpulan dan saran, tahap ini mengambil satu intisari yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Dengan penarikan kesimpulan diharapkan seluruh penelitian dapat tercakup secara menyeluruh pada bagian ini. Agar mudah di mengerti dan dipahami.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.8.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah di Bandung, tepatnya di jalan Dipati ukur no 112.

3.8.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan. Terhitung dari awal bulan Maret sampai bulan Juni, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga penyelesaian dengan perincian waktu yang telah direncanakan. Tabel 3.2 Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian Sumber, Peneliti, 2012 No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1. Persiapan

Pengajuan judul Acc judul persetujuan pembimbing 2

2. Pelaksanaan

BAB I dan bimbingan BAB II dan Bimbingan BAB III dan bimbingan Seminar UP Wawancara Penelitian Pengolahan Data BAB IV dan Bimbingan BAB V dan Bimbingan 3

3. Penyelesaian Laporan

Penyusunan draft srikpsi 4 4.Sidang Komprhensif 5 5. Sidang Kelulusan 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian mengenai Analisis Wacana Kritis Teks Motto UNIKOM “Quality Is Our Tradition” . Teks Motto UNIKOM “Quality Is Our Tradition” tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teori dan model wacana dari Teun A. van Dijk. Sesuai dengan prosedur sistematika dengan menggunakan model wacana van Dijk dan metode penelitian kualitatif, peneliti menganalisis teks Motto UNIKOM “Quality Is Our Tradition” dengan menggunakan tiga bagian analisis, yang juga sesuai dan mengacu pada identifikasi masalah, yaitu: analisis wacana dari segi teks, analisis wacana dari segi kognisi sosial, dan analisis wacana dari segi konteks sosial.

4.1 Hasil Analisis Dimensi Teks

Pada sub bab penelitian ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan analisis wacana baik berdasarkan literatur maupun studi lapangan terhadap teks “Quality Is Our tradition” yang dijadikan motto oleh Universitas Komputer Indonesia. Analisis wacana yang akan dibahas ada tiga bagian analisis, yaitu dimensi teks, dimensi kognisi sosial, dan dimensi konteks sosial.

4.1.1 Analisis Tematik

Elemen tematik menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menunjukkan konsep yang dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, tematik ini sering disebut dengan tema atau topik. Eriyanto, 2009: 229 Dari data hasil wawancara, informan memberikan jawaban bahwa topik atau tema pada teks yang peneliti berikan kepada informan untuk diteliti adalah tema tentang makna yang terkandung dalam Motto itu sendiri yakni tentang kualitas terbaik yang menjadi tradisi, karena memang disadari oleh informan, bahwa motto tersebut menekankan adanya makna dan pesan yang ingin disampaikan bahwa adanya kualitas yang dimiliki oleh UNIKOM. Melalui motto tersebut juga, UNIKOM berusaha untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa kualitas pendidikan dan pelayanan di UNIKOM selalu yang terbaik dan berkualitas.

4.1.2 Analisis Skematik

Setiap teks pasti mempunyai alur dan skema dari pendahuluan sampai akhir.Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan, sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, teks umumnya secara hipotetik mempunyai dua ketegori skema besar, yaitu: Pertama, summary,