FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER DARI EKSTRAK DAUN KERSEN(Muntingia calabura L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA INVITRO
SKRIPSI
ADDINA ZULFAH
FORMULASI SEDIAAN GEL HAND
SANITIZER DARI EKSTRAK DAUN KERSEN
(Muntingia calabura L) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul :FORMULASI SEDIAAN GEL HAND
SANITIZER DARI EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Stapyllococcus aureus SECARA
IN VITRO, untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam
menyelesaikan Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan
terselesaikannnya penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua;
Rasulullah SAW, yang sudah menuntun kita menuju jalan yang lurus.
2. Kedua orang tuaku Bapak H.Syahbana dan Ibu Hj.Rusmalansari yang tak
terkira jasanya dalam mendidik penulis dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan cinta, doa yang selalu dipanjatkan untuk kesuksesan anak-anaknya dan kedua adikku Ainal Mardhiyyah dan Iftinan Rasyidah serta seluruh anggota keluarga penulis untuk dukungan dan semangat yang tidak pernah berhenti diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.
3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.Sp.Kom., selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan dan Ibu Naylis Syifa, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan belajar di Fakultas tercinta ini.
(5)
4. Ibu Dian Ermawati, M.Farm., Apt dan Ibu Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt., selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt dan Ibu Engrid Juni Astuti,
M.Farm., Apt., selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.
6. Bapak Slamet dan bapak Ali selaku Staff Laboran Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberikan izin dan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan lancar. Para Laboran Laboratorium Program Studi Farmasi Mas Ferdi, Mbak Susi, Mbak Bunga, serta para staf TU atas segala bantuan selama penulis menimba ilmu di Program Studi Farmasi dan selama proses penelitian.
7. Untuk seluruh Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang dan
para dosen dari Universitas Airlangga yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan ini.
8. Afanin Nabilah, Dewi Maslachah, Mia yang telah memberikan semangat,
motivasi dan inspirasi disela-sela proses penyusunan skripsi ini
9. Dyah Nuri terima kasih atas segala kerja sama dan semua diskusi yang
telah dilakukan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
10.Untuk sahabat terbaikku Indah Yudhiswara, Andan Sari Nurbaty, Verra
Melinda Djunaidi, Yuliana Putri Anggraini, Faranita Nurul Aini, yang mendoakan memberikan keceriaan dihari-hari menyenangkan, serta selalu membangun semangat hingga skripsi ini dapat terwujud.
11.Untuk adik tingkat penulis Dinda Novia Ayu, Niswatul Imroah serta
teruntuk teman saya Farizky Jati Ananto, Mohamad Zainul Abidin yang selalu memberikan semangat dan keceriaan disela penyusunan skripsi ini.
12.Untuk seluruh teman-teman Farmasi UMM 2012 yang telah memberikan
motivasi dan dukungan serta pengalaman yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu.
(6)
13.Semua pihak dari dalam maupun luar yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini, penulis mohon maaf dan terima kasih atas bantuannya.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penyusunan skripsi ini dan penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca serta semua pihak demi perkembangan ilmu pengetahuan aamiin…
(7)
RINGKASAN
FORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER DARI EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Stapyllococcus aureus SECARA IN VITRO
Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, jamur. Daun kersen yang mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial (Naim, 2004). Peneliti tertarik untuk membuat 3
formulasi sediaan gel hand sanitizer dengan konsentrasi yakni 10% (formula 1),
15% (formula 2), dan 20% (formula 3).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktifitas anitbakteri sediaan gel
hand sanitizer dari ekstrak daun kersen terhadap Staphylococcus aureus serta untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah yakni 10%, 15% 20% sediaan
hand sanitizer dari ekstrak daun kersen yang optimal dan efektif terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus.
Berdasarkan hasil penelitian formulasi sediaan gel hand sanitizer
(Muntingia calabura L) terhadap pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
secara invitro yang memiliki daya hambat terbesar adalah formula 3 dengan
konsentrasi ekstrak daun kersen sebesar 20%. Hasil pengujian aktivitas antibakteri pada untuk formula 1 adalah 5.30 mm, 4.50 mm, 6.70 mm, untuk formula 2 adalah 8.30 mm, 8.49 mm, 8.24 mm, untuk formula 3 adalah 10.60 mm, 10.20
mm, 10.30 mm. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis menggunakan ANAVA one
way, dimana didapatkan nilai signifikansinya < 0.05 yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna diantara formula . Untuk mengetahui perbedaan
diantara ketiga formula, maka dilakukan analisis Tukey HSD, antara formula 1
dengan kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan dalam menghambat
bakteri Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan hasil analisis Tukey HSD
nilai signifikan 0.971 lebih besar dari nilai α 0.05 (Ho diterima dan Ha ditolak),
sedangkan formula 2 dan 3 tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam
menghambat bakteri Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan hasil Tukey
HSD nilai signifikan 0.039 lebih kecil dari nilai α 0.01 (Ha ditolak dan Ho
diterima). Disimpulkan bahwa gel hand sanitizer ekstrak kersen dari berbagai
konsentrasi yakni 10%, 15%, dan 20% yang digunakan memiliki aktivitas
antibakteri dan sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun kersen dengan konsentrasi
20% yang optimal dan daya hambat yang efektif terhadap pertumbuhan bakteri
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vii
ABSTRAK ...viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Muntingia calabura L ... 6
2.1.1 Taksonomi Tanaman Kersen ... 6
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Kersen ... 6
2.1.3 Kandungan dan Manfaat Tanaman Kersen ... 8
2.2 Tinjauan Tentang Staphylococcus aureus ... 9
2.2.1 Klasifikasi ... 10
2.2.2 Morfologi dan Identifikasi ... 10
2.2.3 Patogenesis dan Patologi ... 12
2.3 Tinjauan Evaluasi Daya Antibakteri ... 13
2.3.1 Uji Aktifitas Antibakteri secara Invitro ... 13
2.3.2 Metode Pengujian Antibakteri ... 13
2.4 Tinjauan Hand Sanitizer ... 15
2.5 Tinjauan Tentang Gel ... 16
2.5.1 Gel ... 16
(9)
2.5.3 Evaluasi Fisik Gel ... 17
2.6 Tinjauan Tentang Ekstraksi ... 18
2.7 Tinjauan Tentang Bahan-Bahan Formula ... 19
2.7.1 Karbopol (gelling agent) ………...18
2.7.2 Trietanolamin (alkalizing agent) ………..19
2.7.3 Gliserin (humectant) ….………..19
2.7.4 Metil Paraben (pengawet) ………20
2.7.5 Aquadestilata (solvent)……….20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 21
3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 21
BAB IV METODE PENELITIAN ... 22
4.1 Rancangan Penelitian ... 22
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
4.3 Bahan Penelitian ... 23
4.3.1 Bahan Uji ... 23
4.3.2 Alat Penelitian ... 23
4.4 Prosedur Kerja ... 23
4.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Kersen ... 23
4.4.2 Rancangan Formula hand sanitizer ... 24
4.4.3 Prosedur Pembuatan sediaan hand sanitizer……….25
4.5 Evaluasi Sediaan hand sanitizer ... 26
4.6 Uji Aktifitas Antibakteri Produk hand sanitizer ... 27
4.7 Analisis Data ... 28
BAB V HASIL PENELITIAN ... 29
5.1 Hasil Uji Organoleptis Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 30
5.2 Hasil Uji Viskositas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 42
5.3 Hasil Uji pH Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 43
5.4 Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 44
5.5 Hasil Uji Aseptabilitas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen... 45
5.6 Hasil Uji Stabilitas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen... 46
5.6.1 Hasil Uji Freeze-Thaw Cycling Test Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen……… ... 48
(10)
5.7 Hasil Uji Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 49
5.7.1 Analisa Data ... 50
BAB VI PEMBAHASAN ... 51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
7.1 Kesimpulan ... 55
7.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1. Rancangan Formulasi sediaan hand sanitizer………….25
IV.1 Rancangan Formula F1 10%, F2 15%, dan F3 20% dan replikasinya ... 31
V.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Daun Kersen Pada Minggu ke 1 ... 39
V.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Daun Kersen Pada Minggu ke 2 ... 39
V.4 Hasil Pengamatan Organoleptis Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Daun Kersen Pada Minggu ke 3 ... 40
V.5 Hasil Pengamatan Organoleptis Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Daun Kersen Pada Minggu ke 4 ... 40
V.6 Hasil Uji Viskositas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 42
V.7 Hasil Uji pH Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 43
V.8 Hasil Pengamatan Daya Sebar Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Daun Kersen ... 44
V.9 Hasil Pengamatan Aseptabilitas Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 45
V.11 Hasil Uji Pengamatan Stabilitas Freeze-Thaw Sediaan Gel
Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 48 V.12 Hasil Pengukuran pH Freeze-Thaw ... 49
V.13 Hasil Uji Pengukuran Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Tanaman Kersen………..7
2.2. Staphylococcus aureus………10
2.3 Sumuran Agar………..15
3.1. Skema Kerangka Konseptual……….…..21
4.1. Desain Penelitian Sediaan Hand sanitizer Daun Kersen………..22
4.4.Skema Pembuatan Sediaan Hand sanitizer………..25
5.1 Ekstrak Daun Kersen... 29
5.2 Hasil Pembuatan Gel Hand Sanitizer Antibakteri Ekstrak Daun Kersen ... 29
5.3 Histogram Uji Viskositas Sediaan Gel Hand Sanitizer Antibakteri Ekstrak Daun Kersen... 42
5.4 Histogram Uji pH Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen ... 43
5.5 Histogram Uji Daya Sebar Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen 44 5.6 Histogram Uji Aseptabilitas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen……... ………...45
5.7 Histogram Uji pH Freeze-Thaw Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Kersen... 48
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ... 65
2. Surat Pernyataan... 66
3. Surat Keterangan Ekstrak Tanaman Kersen ... 67
4. Surat Determinasi Tanaman Kersen... 68
5. Surat Keterangan Penelitian Laboratorium Mikrobiologi FK-UB... 69
6. Hasil Analisis Post Hoc ... 70
7. Persiapan Pembuatan dan Pengolahan Sediaan Gel Hand Sanitizer ... 71
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Adila S. Sufian, Kalavathy Ramasamy, Norizan Ahmat, Zainul A. Zakaria, M. Izwan M. Yusof. 2012. Isolation and identification of antibacterial and cytotoxic compounds from the leaves of Muntingia calabura L. Malaysia: Journal of Ethnopharmacology 146 198–204.
Adi, P., S. Winarsih dan A. Hilmi. 2010. Aktivitas Ekstrak Etanol Kismis (Vitis vinifera L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Penyebab Karies Streptococcus mutans Strain 2302-unr Secara In Vitro. Program Studi. Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Adliani, N., 2012. Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga
Kecombrang (Etlingea elatior (Jack) R.M.Sm). Journal of Pharmacetics
and Pharmacology.
Agung, G., Nengah I., Kerta dan Hapsari. 2013. Daya Hambat Perasan Daun
Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Udayana
Arabski M., S. Wąsik, K. Dworecki dan W. Kaca. 2009. Laser interferometric and cultivation methods for measurement of colistin or ampicilin and saponin interactions with smooth and rough of Proteus mirabilis lipopolysaccharides and cells. J. Microbiol. Methods, 77: 179-183. Diakses pada tanggal 30 Januari 2014.
Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:
UI-Press, hal 391-392.
Anwar, E., 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakteristik dan Aplikasi.
(15)
Ardananurdin, A. (2004). Uji Efektifitas Dekok Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi
Secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20(1): 30-34.
Arif et al, 2000,Kapita Selekta kedokteran Edisi III Jilid 2,Media Aesculapiusn
FK UI, Jakarta. Bagian Farmakologi, 2001, Farmakologi dan Terapi, FK
UI, jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2010. Acuan Sediaan
Herbal, Volume 5 Edisi Pertama. Jakarta: Badan POM RI.
Benjamin, DT, 2010. Introduction to Hand Sanitizers.
Block, S. 2001. Disinfection, Sterilization and Preservation 4th Edition.
Williams and Wilkins.
CDC, 2009. Hand Sanitizers Ingredients.
http://www.hand-sanitizer-dispenserreview.com/hand sanitizer-sanitizer-ingredients.htm. Diakses
tanggal 15 juli 2013.
Cushnie (2005) . Review: „‟Antimicrobial Activity of Flavonoids.” International Journal of Antimicrobial Agents (Online), Vol. 26 343-356.
Darmadi (2008). Infeksi nosokomial :problematika dan pengendaliannya.
Jakarta: Salemba Medika, p: 5.
Darsono F.L dan S. D. Artemisia., 2003. Aktivitas antimikroba ekstrak daun
jambu biji dari beberapa kultivar terhadap Staphylococcus aureus ATCC
25923 dengan "Hole-Plate Diffusion Method" Berk. Penel. Jurnal Hayati. 9
(1): 49-51.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1985. Formularium Kosmetika
(16)
Dewi, F.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar [Skripsi]. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Djauhariya E dan Hernani (2004). Gulma berkhasiat obat. Jakarta: Penebar
Swadaya, p. 57.
Dryer, D.L., Shinder, A., Shinder, F., 2000. Alcohol-free Instant Hand Sanitizer
Reduces Elementary School Illness Absenteeism. Family Medicine, Vol. 32
(9) pp. 633-638.
Fukuzaki, S. 2006. Mechanisms of actions of sodium hypochlorite in cleaning and
disinfection processes. Biocontrol Sci. 11:147-157.
Gibson, J.M., 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk Perawat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 12.
Gunawan. 1999. Uji Antiinfeksi pada Punggung Kelinci dan Telaah Fitokimia
Ekstrak Etil Asetat dan Etanol Daun Ketimun dan Babadotan. Tesis,
Fakultas Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Gunawan R.A, Sarwiyono dan Surjowardjoyo P, 2014. Daya Hambat Dekok
Daun Kersen (Muntingia Calabura L.) terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli Penyebab Penyakit Mastitis Sapi Perah. Jurnal
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Hamdiyati, Y., Kusnadi dan Irman. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI.
(17)
Hammond, B., Ali, Y., Fendler, E., Dolan, M., Donovan, S., 2004. Effect of Hand
Sanitizer Use on Elementary School Absenteeism. American Journal of
Infection Control Vol. 28 pp.340-346.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan
L.N.Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa
:Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.211,213,215.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC, hal 211-212, 215.
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 2007. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan, edisi 23, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
Johnson, A.G., Ziegler, R., Fitzgerald, T.J., Lukasewycz, O., Hawley, L., 1994. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Katzung, B.G. 1998. Basic and Clinical Pharmacology. 7th ed. USA: Prentice
Hall Inc, Appleton & Lange. p.743-745.
Kusuma, S.A.F., 2009. Staphylococcus aureus. Makalah, Fakultas Farmasi,
Universitas Padjajaran.
Kusumawati, I., Djatmiko, W., dan Rahman, A. Studiawan, H., Ekasari, W. 2003. Eksplorasi Keanekaraganman dan Kandungan Kimia Tamanaman Obat di
Hujan Tropis Gunung Arjuno. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 2(3): 100-104.
Khunaifi, M., 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
(18)
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2. Jakarta: UI-Press, hal 1119.
Linder, MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI-Press. Jakarta:
265-278.
Liu, P., Yuen, Y., Hsiao, H.M., Jaykus, L.A., Moe, C., 2010. Effectiveness of Liquid Soap and Hand Sanitizer against Norwalk Virus on Contaminated
Hands. Applied and Environmental Microbiology, Vol.76 (2) p. 394-399.
Mahoney, J.J., Ellison, J.M., Glaeser, D., Price, D., 2011. The Effect of an Instant
Hand Sanitizer on Blood Glucose Monitoring Result. Journal of Diabetes
Science and Technology, Vol. 5 (6).
McDonell, G., and A.D.Russell, 1999. Antiseptics and Disinfectans: Activity,
Action, and Resistance. Clin. Microbial. Rev. 12:147-179.
Mintowati, E., Kuntorini, Setya dan Maria. 2013. Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura).
Program Studi Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat. FMIPA
Univ.Lampung.http://jurnal.fmipa.unil a.ac.id/index.php/semirata/article
/download/685/505 . Diakses pada tanggal 15 Agustus 2014.
Mpila, D. A et al., 2012. Uji Aktivitas antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mayana (Coleus atropurpureus (L) Benth) Terhadap Staphylococcus
aureus, escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro.,
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmcaon/article/view/440351, Diakses tanggal 21 Januari 2016
Naim, R. 2004. “senyawa antimikroba dari tanaman” http: //www. kompas. com/ kompascetak/0409/15/sorotan/1265264.htm. Diakses Tanggal 5 Januari2013.
(19)
Noorhamdani, Herman Yosef dan Dian Rosalia. 2011. Uji Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura) Sebagai Antibakteri Terhadap Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In vitro. Malang : Universitas Brawijaya
Noorhamdani, Yosef dan Rosalia. 2014. Uji Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
calabura) Sebagai Antibakteri Terhadap Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) Secara in Vitro. Laboratorium Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Parwanto, M. E., Senjaya, H., Edy, H. J., 2013. Formulasi Salep Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.,). Pharmacon, Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSTRAT Vol. 2, No.03.
Pelezar, M.J. dan Chan. E. C. S. (1998), Dasar- dasar Mikrobiologi 2,
Penerjemah: R.S. Hadioetomo, T. Imas, S.S. Tjitrosomo, Angka Penerbit UI-Press. Jakarta,78.
Pickering, A.J., Boehm, A.B., Mwanjali, M., Davis, J., 2010. Efficacy of
Waterless Hand Hygiene Compared with Handwashing with Soap: A Field
Study in Dar es Salaam, Tanzania. Am. J. Trop. Med. Hyg. Vol.82 (2), pp.270-278.
Pramita, F.Y., 2013. Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Metanol Daun
Kesum (Polygonum minus Huds). Naskah Publikasi Skripsi, Program
Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.
Pratiwi, G., Hertiani, T., Mufrod. 2011. Optimasi Komposisi Sukrosa dan
Aspartam sebagai Bahan Pemanis pada Formula Tablet-Effervescent
Ekstrak Etanolik Buah Mengkudu. Majalah Obat Tradisional, Vol. 16 (2),
(20)
Preethi, K, Sasikumar, JM, and Chandramohan (2011). Phytochemical studies on
Muntingia calabura L. fruits from Tamil Nadu,India. International Journal of Biotechnology & Biochemistry.
Raharjo, B., Erwiyani, AR., Muhziddin, A., 2013. The Effectiveness of The Gel
Formulation Leaf Extract of Ketapang (Terminalia catappa L.) 0.03% as an
Antiseptic Hand Sanitizer Against Bacteria Escherichia coli and
Staphylococcus aureus. Artikel.
Ratno Yuliani, Rima Munawarch, Erwi Putri Setyadngsih, Alin Janrrartie., 2014.
Antibacterial Activity of Leaves Extract and Fraction of Muntingia
calabural L Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Reynolds, S.A., Levy, F., Walker, E.S., 2006. Hand Sanitizer Alert. Emerging
Infectious Disease, Vol.12 (3).
Romadlona, H., Sarwiyono dan Surjowardojo, P. 2014. Daya Hambat Dekok
Daun Kersen (Muntingia calabura L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Gram Positif-Negatif Staphylococcus aureus dan Eschercia coli Penyebab
Penyakit Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. Program Studi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th Ed. London: Pharmaceutical Press.
Sandora, T.J., Taveras, E.M., Shih, M.C., Resnick, E.A., Lee, G.M., Ross-Degnan, D., Goldmann, D.A., 2005. A Randomized Controlled Trial of A Multifaceted Intervention Including Alcohol-Based Hand Sanitizer and Hand-Hygiene Education to Reduce Illness Transmission in The Home.
(21)
Sari, R., Isadiartuti, D., 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia,
Vol.17 (4) p.163-169.
Supardi, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan Produk Pangan. Bandung: PenerbiT Alumni.
Tim Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM-Press.
Volk & Wheeler, 2013, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima,
Erlangga: Jakarta
WHO (2013). The top 10 causes of death http://www.who.int/mediacentre/facts
heets/fs310/en/. Diakses 10 April2014.
WHO(2014).Infectiousseases. http://www.who.int/topics/infectious_diseases/en/.
Diakses 10 April 2014.
Wijaya, J.I., 2013. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif
Triklosan 1,5% dan 2%. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, Vol. 2 (1).
Yuliani, S.H., 2012. Formulasi Sediaan Hidrogel Penyembuh Luka Ekstrak Etanol
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). Desertasi, Program Studi
Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Yunita, V., 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Hand Sanitizer dalam
Mikroemulsi Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolla) terhadap
Staphyllococcus aureus secara Invitro. Skripsi, Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
(22)
Zakaria ZA, Fatimah CA, Mat Jais AM, Zaiton H, Henie EFP, Sulaiman MR,Somchit M, Thenamuha M, Kasthuri D (2006). The in vitro
antibacterial activity of Muntingiacalabura extracts. International Journal
of Pharmacology, 2(4):439- 442.
Zakaria ZA, Mohamed AM, Jamil NS, Rofiee MS, Hussain MK, Sulaiman MR, Teh LK, Salleh MZ (2011). In vitro antiproliferative and antioxidant
activities of the extracts of Muntingia calabura leaves. The American
Journal of Chinese Medicine, 39,183.
Zakaria ZA, Sani MHM, Cheema MS, Kader AA, Kek TL, and Salleh MZ (2014).
Antinociceptive activity of methanolic extract of Muntingia calabura leaves
further elucidation of the possible mechanisms. BMC Complementary and
(23)
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme patogen sepeti bakteri, virus, jamur. Penyakit tersebut dapat disebarkan langsung maupun tidak langsung dapat disebarkan secara langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang lain (WHO, 2014). Infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit yang menyebabkan kematian (WHO, 2013). Di Indonesia angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi disebabkan terutama oleh penyakit infeksi (Darmadi, 2008). Senyawa kimia dalam tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri dapat digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut. Penggunaan tanaman sebagai obat telah berlangsung dalam waktu yang lama di berbagai penjuru dunia (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Penyakit sering berasal dari mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung. Mikroorganisme tersebut dapat dijumpai di mana saja, terutama tempat-tempat umum dan fasilitas umum lain yang memungkinkan menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme. Salah satu bentuk penyebaran mikroorganisme pada manusia adalah melalui tangan. Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan mulut yang utama (Arya, 2012). Pada umumnya masyarakat tidak sadar bahwa dalam beraktivitas, tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroba. Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah diare. Diare menduduki peringkat ke-13 dengan proporsi kematian sebesar 3,5%, sementara dengan mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47% (Pramita, 2013). Dengan menjaga kebersihan tangan maka hal tersebut dapat mengurangi tingkat infeksi dan
perpindahan organisme (Sandoraet al, 2005).
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ialah dengan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan CDC (Center of Disease Control) bahwa cara untuk mengurangi infeksi dan untuk mengurangi perpindahan organisme yang kebal terhadap antimikroba, cara yang
(24)
paling baik adalah menjaga kebersihan tangan, karena tangan perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh secara cepat. Mencuci tangan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam upaya untuk menjaga agar tubuh terhindar dari penyakit, khususnya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Namun kadang keberadaan sabun dan air tidak sesuai yang diinginkan. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, maka cara untuk membersihkan tanganpun semakin berkembang, kehidupan modern yang menuntut serba praktis yaitu dengan menggunakan cairan pembersih tangan yang mengandung bahan
antiseptik atau dikenal sebagaihand sanitizeryang sudah tersedia dalam berbagai
kemasan dan merk di pasaran (Sandoraet al, 2004).
Hand sanitizer diciptakan sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut. Pembersih tangan yang praktis, mudah dibawa kemana-mana dan mudah diperoleh. Menggunakan pembersih tangan yang mengandung antiseptik pada saat ini sudah umum digunakan oleh masyarakat yang peduli kesehatan dengan menjaga kebersihan tangan (Benjamin, 2010). Untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri melalui tangan, sediaan gel antiseptik tangan merupakan produk yang banyak dipilih karena pemakaiannya praktis (Sari & Isadiartuti, 2006).
Dalam beberapa hasil penelitian terbukti bahwa hand sanitizer sangat
efektif untuk mengurangi insidensi penyakit gangguan pencernaan (Sandora TJ et
al,2004). Juga dilaporkan bahwa hand sanitizerefektif untuk mengurangi angka
tidak masuk sekolah pada anak-anak sekolah (Hammond B et al, 2004)
mengurangi penyakit gastrointestinal pada rumah tangga, dan mengurangi
penyakit yang terjadi di asrama universitas (Reynolds et al, 2006). Selain itu,
hand sanitizerjuga efektif dalam menghindari penyebaran virus seperti influenza,
hepatitis B, serta virus herpes simplex 1 dan 2 (Liuet al, 2010).
Bahan antiseptik yang digunakan dalam formula sediaan gel biasanya dari golongan alkohol (etanol, alkohol, isopropanol) dengan konsentrasi 50% sampai 70% dan jenis desinfektan yang lain seperti: klorheksidin, triklosan (Block, 2001
dan Gennaro, 1995). Alkohol sebagai desinfektan mempunyai aktivitas
bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi
(25)
sebagai pelindung tehadap infeksi mikroorganisme (Dryer, 1998, Jones, 2000, Synder,1999) disamping itu penggunaan alkohol pada pemakaian berulang menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit. Golongan fenol yang digunakan dalam sediaan antiseptik tangan adalah triklosan. Kadar trilklosan yang digunakan sebagai antiseptic adalah 0,05% sampai 2% (Block, 2001).
Komposisi sediaan hand sanitizer yang beredar banyak memiliki efek samping yang merugikan seperti iritasi, kekeringan, dan rasa terbakar pada kulit, maka banyak diciptakan produk topikal berbahan aktif dari bahan alam. Terdapat beberapa kelebihan sediaan yang berasal dari bahan alam. Terdapat beberapa
kelebihan sediaan yang berasal dari bahan alam, produkhand sanitizerdari bahan
alam lebih aman digunakan, tidak mengandung zat yang berbahaya, tidak merusak pernafasan, dan aman untuk anak-anak (Zerbe, 2010).
Daun kersen mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial (Naim, 2004). Kandungan tersebut yang membuat daun kersen (Muntingia calabura L) memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri (Mintowati,Setya dan Maria,2013). Kersen yang mengandung flavonoid mempunyai khasiat hipotensi, antinosiseptik, antioksidan, antiproliferatif dan
antimikroba melaluiStaphylococcus aureus(Pervical M.1988).
Pada penelitian Fakultas Farmasi, UITM Malaysia menunjukkan bahwa
senyawa murni yang diisolasi dari daunMuntingia calabura L memiliki aktivitas
antibakteri dan sitotoksik. Penelitian farmakologis lain juga menunjukkan bahwa tanaman ini aktif sebagai antimikroba yang signifikan (Yasunaka et al,
2005.,Zakaria et al,2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan
ekstrak metanol daun kersen mempunyai potensi antibakteri terhadap beberapa bakteri dan dapat dibandingkan dengan kloramfenikol sedangkan ekstrak
kloroform tidak mempunyai aktivitas antibakteri (Zakaria et al, 2006). Penelitian
lain membuktikan bahwa jika dibandingkan dengan ekstrak air dan ekstrak klofororm, ekstrak metanol daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri paling
tinggi terhadap S.aureus sensitif dan resisten metisilin dengan nilai dan
konsentrasi bunuh minimum berturut-turut sebesar 1250 dan 2500 μ g/mL
(Zakaria et al, 2010). Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman
(26)
al,2011) sedangkan daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri (Zakaria et al,
2006).
Menurut Hernandes et al. (2004), bakteri Staphylococcus aureus
merupakan alah satu bakteri yang hidup di tangan. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan kuman flora normal yang dapat menyebabkan infeksi penyakit pada
manusia. Bakteri Staphylococcus aureus terdapat pada pembuluh darah terminal
bagian metafisis tulang panjang, bakteri ini juga dapat menyebabkan nekrosis tulang, supurasi kronik dan pembentukan abses. Dan bakteri ini juga sering
ditemukan pada kulit dan selaput lendir pada manusia (Jawetz et al, 2007).
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang paling banyak
menyerang tubuh manusia. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif yang hidup sebagai saprofit di dalam membran tubuh manusia, pada permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus (Pelezer dkk., 1998).
Pada penelitian ini akan dikembangkan formulasi sediaan hand sanitizer
dengan bahan aktif daun kersen. Selanjutnya untuk menguji efektivitas hand
sanitizer sebagai antibakteri, digunakan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan sebagai pembanding sediaan hand sanitizer dipilih salah satu hand sanitizer yang sudah beredar di pasaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian mengenai
sediaan gel hand sanitizer menggunakan ekstrak daun kersen dengan menguji
aktivitas antibakteri gel hand sanitizer tersebut dengan berbagai konsentrasi yaitu
10%, 30% dan 40% terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dengan harapan
didapatkan produk yang lebih aman digunakan, tidak mengandung zat kimia yang berbahaya, tidak merusak pernafasan dan aman untuk anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun kersen memiliki
(27)
2. Pada konsentrasi manakah dari 10%, 15%, 20% ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L) terhadap aktivitas antibakteri dari sediaan gel
hand sanitizer?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kadar ekstrak daun kersen apakah formulasi
sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun kersen mempunyai aktivitas
antibakteri terhadapStaphylococcus aureussecara invitro.
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah yakni 10%, 15% 20%
sediaan hand sanitizer dari ekstrak daun kersen yang optimal dan efektif
terhadap bakteriStaphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti:
Untuk memberikan informasi yang tepat tentang konsentasi bahan aktif
dari kandungan ekstrak daun kersen (Muntingia calaburaL) yang digunakan pada
sediaan gelhand sanitizer.
Bagi Institusi:
Untuk memberikan rekomendasi pada institusi mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk lebih
dikembangkan mengenai penelitian sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun
kersen (Muntingia calaburaL).
Bagi Masyarakat:
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
tepat tentang salah satu manfaat dari tanaman Muntingia calabura L yakni
(1)
Zakaria ZA, Fatimah CA, Mat Jais AM, Zaiton H, Henie EFP, Sulaiman MR,Somchit M, Thenamuha M, Kasthuri D (2006). The in vitro antibacterial activity of Muntingia calabura extracts. International Journal
of Pharmacology, 2(4):439- 442.
Zakaria ZA, Mohamed AM, Jamil NS, Rofiee MS, Hussain MK, Sulaiman MR, Teh LK, Salleh MZ (2011). In vitro antiproliferative and antioxidant activities of the extracts of Muntingia calabura leaves. The American
Journal of Chinese Medicine, 39,183.
Zakaria ZA, Sani MHM, Cheema MS, Kader AA, Kek TL, and Salleh MZ (2014). Antinociceptive activity of methanolic extract of Muntingia calabura leaves further elucidation of the possible mechanisms. BMC Complementary and
(2)
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme patogen sepeti bakteri, virus, jamur. Penyakit tersebut dapat disebarkan langsung maupun tidak langsung dapat disebarkan secara langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang lain (WHO, 2014). Infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan diare termasuk ke dalam sepuluh penyakit yang menyebabkan kematian (WHO, 2013). Di Indonesia angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi disebabkan terutama oleh penyakit infeksi (Darmadi, 2008). Senyawa kimia dalam tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri dapat digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut. Penggunaan tanaman sebagai obat telah berlangsung dalam waktu yang lama di berbagai penjuru dunia (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Penyakit sering berasal dari mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung. Mikroorganisme tersebut dapat dijumpai di mana saja, terutama tempat-tempat umum dan fasilitas umum lain yang memungkinkan menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme. Salah satu bentuk penyebaran mikroorganisme pada manusia adalah melalui tangan. Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan mulut yang utama (Arya, 2012). Pada umumnya masyarakat tidak sadar bahwa dalam beraktivitas, tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroba. Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah diare. Diare menduduki peringkat ke-13 dengan proporsi kematian sebesar 3,5%, sementara dengan mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47% (Pramita, 2013). Dengan menjaga kebersihan tangan maka hal tersebut dapat mengurangi tingkat infeksi dan perpindahan organisme (Sandoraet al, 2005).
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ialah dengan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan CDC (Center of Disease Control) bahwa cara untuk mengurangi infeksi dan untuk mengurangi perpindahan organisme yang kebal terhadap antimikroba, cara yang
(3)
2
paling baik adalah menjaga kebersihan tangan, karena tangan perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh secara cepat. Mencuci tangan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam upaya untuk menjaga agar tubuh terhindar dari penyakit, khususnya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Namun kadang keberadaan sabun dan air tidak sesuai yang diinginkan. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, maka cara untuk membersihkan tanganpun semakin berkembang, kehidupan modern yang menuntut serba praktis yaitu dengan menggunakan cairan pembersih tangan yang mengandung bahan antiseptik atau dikenal sebagaihand sanitizeryang sudah tersedia dalam berbagai kemasan dan merk di pasaran (Sandoraet al, 2004).
Hand sanitizer diciptakan sebagai jalan keluar dari permasalahan tersebut. Pembersih tangan yang praktis, mudah dibawa kemana-mana dan mudah diperoleh. Menggunakan pembersih tangan yang mengandung antiseptik pada saat ini sudah umum digunakan oleh masyarakat yang peduli kesehatan dengan menjaga kebersihan tangan (Benjamin, 2010). Untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri melalui tangan, sediaan gel antiseptik tangan merupakan produk yang banyak dipilih karena pemakaiannya praktis (Sari & Isadiartuti, 2006).
Dalam beberapa hasil penelitian terbukti bahwa hand sanitizer sangat efektif untuk mengurangi insidensi penyakit gangguan pencernaan (Sandora TJ et al,2004). Juga dilaporkan bahwa hand sanitizerefektif untuk mengurangi angka tidak masuk sekolah pada anak-anak sekolah (Hammond B et al, 2004) mengurangi penyakit gastrointestinal pada rumah tangga, dan mengurangi penyakit yang terjadi di asrama universitas (Reynolds et al, 2006). Selain itu, hand sanitizerjuga efektif dalam menghindari penyebaran virus seperti influenza, hepatitis B, serta virus herpes simplex 1 dan 2 (Liuet al, 2010).
Bahan antiseptik yang digunakan dalam formula sediaan gel biasanya dari golongan alkohol (etanol, alkohol, isopropanol) dengan konsentrasi 50% sampai 70% dan jenis desinfektan yang lain seperti: klorheksidin, triklosan (Block, 2001 dan Gennaro, 1995). Alkohol sebagai desinfektan mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi karena merupakan pelarut organik maka alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit, dimana lapisan tersebut berfungsi
(4)
sebagai pelindung tehadap infeksi mikroorganisme (Dryer, 1998, Jones, 2000, Synder,1999) disamping itu penggunaan alkohol pada pemakaian berulang menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit. Golongan fenol yang digunakan dalam sediaan antiseptik tangan adalah triklosan. Kadar trilklosan yang digunakan sebagai antiseptic adalah 0,05% sampai 2% (Block, 2001).
Komposisi sediaan hand sanitizer yang beredar banyak memiliki efek samping yang merugikan seperti iritasi, kekeringan, dan rasa terbakar pada kulit, maka banyak diciptakan produk topikal berbahan aktif dari bahan alam. Terdapat beberapa kelebihan sediaan yang berasal dari bahan alam. Terdapat beberapa kelebihan sediaan yang berasal dari bahan alam, produkhand sanitizerdari bahan alam lebih aman digunakan, tidak mengandung zat yang berbahaya, tidak merusak pernafasan, dan aman untuk anak-anak (Zerbe, 2010).
Daun kersen mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial (Naim, 2004). Kandungan tersebut yang membuat daun kersen (Muntingia calabura L) memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri (Mintowati,Setya dan Maria,2013). Kersen yang mengandung flavonoid mempunyai khasiat hipotensi, antinosiseptik, antioksidan, antiproliferatif dan antimikroba melaluiStaphylococcus aureus(Pervical M.1988).
Pada penelitian Fakultas Farmasi, UITM Malaysia menunjukkan bahwa senyawa murni yang diisolasi dari daunMuntingia calabura L memiliki aktivitas antibakteri dan sitotoksik. Penelitian farmakologis lain juga menunjukkan bahwa tanaman ini aktif sebagai antimikroba yang signifikan (Yasunaka et al, 2005.,Zakaria et al,2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan ekstrak metanol daun kersen mempunyai potensi antibakteri terhadap beberapa bakteri dan dapat dibandingkan dengan kloramfenikol sedangkan ekstrak kloroform tidak mempunyai aktivitas antibakteri (Zakaria et al, 2006). Penelitian lain membuktikan bahwa jika dibandingkan dengan ekstrak air dan ekstrak klofororm, ekstrak metanol daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap S.aureus sensitif dan resisten metisilin dengan nilai dan konsentrasi bunuh minimum berturut-turut sebesar 1250 dan 2500 μ g/mL (Zakaria et al, 2010). Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman kersen. Buah kersen mempunyai aktivitas antiradang dan antioksidan (Preethi et
(5)
4
al,2011) sedangkan daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri (Zakaria et al, 2006).
Menurut Hernandes et al. (2004), bakteri Staphylococcus aureus merupakan alah satu bakteri yang hidup di tangan. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan kuman flora normal yang dapat menyebabkan infeksi penyakit pada manusia. Bakteri Staphylococcus aureus terdapat pada pembuluh darah terminal bagian metafisis tulang panjang, bakteri ini juga dapat menyebabkan nekrosis tulang, supurasi kronik dan pembentukan abses. Dan bakteri ini juga sering ditemukan pada kulit dan selaput lendir pada manusia (Jawetz et al, 2007). Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang paling banyak menyerang tubuh manusia. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang hidup sebagai saprofit di dalam membran tubuh manusia, pada permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus (Pelezer dkk., 1998).
Pada penelitian ini akan dikembangkan formulasi sediaan hand sanitizer dengan bahan aktif daun kersen. Selanjutnya untuk menguji efektivitas hand sanitizer sebagai antibakteri, digunakan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan sebagai pembanding sediaan hand sanitizer dipilih salah satu hand sanitizer yang sudah beredar di pasaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian mengenai sediaan gel hand sanitizer menggunakan ekstrak daun kersen dengan menguji aktivitas antibakteri gel hand sanitizer tersebut dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 30% dan 40% terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dengan harapan didapatkan produk yang lebih aman digunakan, tidak mengandung zat kimia yang berbahaya, tidak merusak pernafasan dan aman untuk anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun kersen memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadapStaphylococcus aureus?
(6)
2. Pada konsentrasi manakah dari 10%, 15%, 20% ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L) terhadap aktivitas antibakteri dari sediaan gel hand sanitizer?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kadar ekstrak daun kersen apakah formulasi sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri terhadapStaphylococcus aureussecara invitro.
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah yakni 10%, 15% 20% sediaan hand sanitizer dari ekstrak daun kersen yang optimal dan efektif terhadap bakteriStaphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti:
Untuk memberikan informasi yang tepat tentang konsentasi bahan aktif dari kandungan ekstrak daun kersen (Muntingia calaburaL) yang digunakan pada sediaan gelhand sanitizer.
Bagi Institusi:
Untuk memberikan rekomendasi pada institusi mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk lebih dikembangkan mengenai penelitian sediaan gel hand sanitizer dari ekstrak daun kersen (Muntingia calaburaL).
Bagi Masyarakat:
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat tentang salah satu manfaat dari tanaman Muntingia calabura L yakni sebagai antibakteri dalam sediaan gelhand sanitizer.