Kerangka Pemikiran Induce Genetic Variability of Lily for resistance of Fusarium oxysporum f sp lilii by in vitro culture
lambat, bunga berukuran besar dan harum serta tahan Botrytis elliptica Nadeem Khan 2009. Lili Asiatik dan Oriental, memerlukan cahaya matahari sekitar lima
sampai enam jam, namun lili Oriental lebih memerlukan lingkungan teduh.
Organ utama tanaman lili terdiri atas akar, umbi, daun dan bunga Gambar 2.1 dengan ukuran serta bentuk organ bervariasi. Umbi lili memiliki tipe
pertumbuhan simpodial.
Gambar 2.1 Struktur bunga lili dan reproduksinya. a Bagian irisan melintang dan longitudinal polong buah yang
mengandung biji. b Bagian bunga dan tangkai bunga lili, tunas adventif dan axilairbulbil tanda panah, c. Perkecambahan biji
epigeal, d Perkecambahan umbi hipogeal lili.
Sumber: Pekkapelkonen 2005. Spesies lili berdasarkan tipe perkecambahannya dikelompokkan menjadi
dua yaitu epigeal dan hipogeal. Biji epigeal berkecambah segera setelah di sebar tanpa melalui dormansi. Biji hipogeal, perkecambahannya dikendalikan oleh
dormansi, yang hanya dapat dipatahkan dengan perlakuan dingin. Dormansi sering di induksi ulang setelah bulblet utama terbentuk dan periode dingin yang
lain diperlukan untuk perkembangan tanaman selanjutnya Pekkapelkonen 2005.
Nilai Ekonomi Lili
Lili memiliki arti penting secara ekonomi, tanaman ini dibudidayakan untuk produksi umbi, bunga potong, tanaman taman dan saat ini dikembangkan dalam
industri farmasi dan kosmetik. Dibeberapa negara seperti Belanda, Jepang dan Amerika Serikat, lili menjadi komoditas ekspor yang dapat menyumbang devisa
negara. Ketiga negara tersebut menjadi negara produsen umbi lili dunia. Di Belanda, lili menjadi komoditas utama kedua setelah tulip. Negara- negara yang
menjadi pengimpor umbi lili antara lain Italia, Perancis dan Inggris, sedangkan negara pengimpor dalam bentuk bunga yaitu Jerman dan Perancis. Indonesia juga
menjadi negara pengimpor umbi lili, utamanya dari Jepang dan Belanda.
Dalam industri farmasi, saponin yang terkandung dalam umbi lili memiliki potensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai obat kanker. Di Cina dan
beberapa negara Eropa telah memanfaatkan umbi lili sebagai obat. Beberapa jenis lili yang dimanfaatkan dalam industri farmasi antara lain Lilium speciosum var.
gloriosoides Chang et al. 2000, Lilium brownii var.viridulum Hong et al. 2012, Lilium speciosum x L. nobilissimum ‘Star Gazer” Nakamura et al. 1994, Lilium
longiflorum Mimaki et al. 1994,
candidum Mimaki et al. 1998, Lilium regale dan L.henryi Mimaki et al. 1993.
Perbanyakan Lili secara In vitro
Perbanyakan lili umumnya dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan umbi. Metode lain yang dilakukan ialah perbanyakan secara in vitro. Beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan teknik ini antara lain tingkat multiplikasinya lebih banyak, mendapatkan tanaman seragam dan bebas virus Chang et al.
2000.
Perbanyakan in vitro lili dipengaruhi beberapa faktor diantaranya jenis media, fotoperiode, zat pengatur tumbuh, jenis gula dan jenis eksplan Rice et al.
2011; Tribulato et al. 1997; Lan et al. 2009; Chang et al. 2000; Tan Nhut et al. 2001. Media yang umum digunakan yaitu media MS yang dikombinasikan
dengan beberapa jenis zat pengatur tumbuh. Diantaranya somatik embriogenesis Lilium longiflorum Thunb pada media MS yang mengandung zat pengatur
tumbuh dicamba dan picloram Tribulato et al. 1997 dan lili Drimiopsis kirkii Baker pada media MS yang mengandung kinetin dan 2,4-D Lan et al. 2009.
Perbanyakan lilium speciosum Thunb. var. gloriosoides Baker menggunakan media MS yang dikombinasikan dengan NAA, BA dan 2,4-D Chang et al. 2000.
Modifikasi media ½ MS dengan zat pengatur tumbuh NAA, IBA dan BAP digunakan pada induksi tunas Lilium longiflorum dari jaringan reseptakel Tan
Nhut et al. 2001. Beberapa species lili dengan eksplan biji, sisik umbi, dan daun diregenerasikan pada media MS yang mengandung picloram Mori et al. 2005.
Jenis eksplan juga berpengaruh dalam perbanyakan lili secara in vitro. Beberapa jenis eksplan yang digunakan dalam perbanyakan lili diantaranya
jaringan reseptakel bunga Tan Nhut et al. 2001, ovul Obata et al. 2000, sisik umbi Han et al. 2004; Chen et al. 2011, anter bunga lili Tzeng et al. 2009,
bulblet Lian et al. 2003; Tan Nhut et al. 2006, dan umbi Lian et al. 2002. Perbanyakan melalui somatik embriogenesis juga dilakukan dengan menggunakan
eksplan daun Mori et al. 2005; Lan et al. 2009; Lingfei. 2009.
Perbanyakan lili secara in vitro juga dipengaruhi oleh jenis gula. Kombinasi sukrosa dan manosa memacu pertumbuhan umbi lili Pekkapelkonen 2005.
Sukrosa merupakan gula yang sering digunakan dalam kultur in vitro lili Tan Nhut et al. 2001; Tribulato et al. 1997; Lan et al. 2009; Chang et al. 2000; Obata
et al. 2000. Konsentrasi sukrosa 30 gl
-1
diperlukan dalam perbanyakan Lilium longiflorum Tribulato et al. 1997; Tan Nhut et al. 2001 dan lili Drimiopsis kirkii
Baker Lan et al. 2009. Media yang mengandung sukrosa 50 gl
-1
digunakan dalam kultur ovul Lilium nobilissimum dan L.regale Obata et al. 2000.
Kultur in vitro lili dilakukan dalam kondisi gelap dan ada cahaya, tergantung tujuan kultur. Cahaya berperan penting dalam memacu diferensiasi.
Diferensiasi tunas memerlukan cahaya, sedangkan pembentukan akar memerlukan