4.2 Analisa Karakteristik Mode Kegagalan Pahat CBN CB7015
Aspek menonjol dari penelitian adalah struktur pahat potong yang berstrukturkan suatu muka sadak rake face, muka sisi rusuk dan ujung potong bulat yang dibentuk oleh
transisi diantara muka sadak dan muka sisi rusuk, disertai dengan adanya suatu daerah transisi disepanjang perbatasan diantara muka sadak dan muka sisi rusuk pahat. Daerah
transisi disepanjang perbatasan diantara muka sadak dan muka sisi rusuk pahat ini terjadi akibat adanya proses pelapisan coating. Tanpa adanya daerah transisi tersebut maka
unsur-unsur pelapis yang ada akan susah menyatu ataupun adhesi yang terjadi tidak menyeluruh karena proses pelapisan bukan dilakukan secara serempak di seluruh area,
melainkan dimulai dari muka sisi rusuk pahat disusul dengan bagian muka sadak A.Ginting. Pahat dengan daerah transisi ini akan meningkatkan umur pahat karena
ujung potong akan lebih stabil, serta penyerpihan dapat diminimalisir apabila dibandingkan pahat tanpa daerah transisi B.Denkena,2003.
Gambar 4.5 Aus Tepi dan Aus Kawah
Universitas Sumatera Utara
Dari pengamatan penelitian didapati bahwa karakteristik mode kegagalan Pahat CBN CB7015 yang terjadi adalah berupa : Aus sisi, aus kawah, pengelupasan flaking,
penyerpihan chipping, dan patahan fracture. Adapun mode-mode kegagalan yang terjadi pada variasi kecepatan potong yang
dianalisis dapat ditabelkan sebagai berikut : Tabel 4.2. Mode Aus Pahat
Mode V=225 mmenit V=250 mmenit V=250 mmenit V=2567 mmenit Aus Pahat f=0,16mmrev; f=0,15mmrev; f=0,15mmrev; f=0,15mmrev;
a = 0,7 mm a = 0,3 mm a = 0,3 mm a = 0,7 mm Aus Sisi + + + +
Flank Wear Aus Kawah + + - -
Crater Wear Pengelupasan + + - -
Flaking Penyerpihan - - + -
Chipping Retak - - - -
Cracking Patahan - - - +
Fracturing Deformasi - - - -
Plastis
Sebagai perbandingan kondisi awal pahat dengan kondisi akhir pahat setelah pemotongan, maka pada Gambar 4.6 ditampilkan gambar pahat original sebelum
pemotongan yang diambil sebelum pengujian.
Universitas Sumatera Utara
a
b Gambar 4.6 Tampilan Pahat Original
a Tampilan Pahat Original Dari Pandangan Depan b Tampilan Pahat Original Dari Pandangan Atas
Universitas Sumatera Utara
a
b Gambar 4.6 Tampilan Pahat Original
a Tampilan Pahat Original Dari Pandangan Depan b Tampilan Pahat Original Dari Pandangan Atas
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Mode kegagalan pahat CBN CB7015 pada kecepatan potong V=225 mmenit f = 0,16 mmrev;a = 0,7 mm; pahat 2 nomor 1
Pada Gambar 4.7 diperlihatkan mode-mode kegagalan pahat yang terjadi.
a Gambar 4.7 Tampilan Pahat Pada V=225 mmenit
f= 0,16 mmrev;a = 0,7 mm; pahat 2 nomor 1 a Tampilan Pahat Dari Pandangan Depan
b Tampilan Pahat Dari Pandangan Atas Aus Tepi
Aus Tepi
Universitas Sumatera Utara
b Gambar 4.7 Lanjutan
Berdasarkan pengamatan aus yang terjadi pada kondisi kedalaman potong 0,7 mm dan laju suapan 0,16 mmputaran, maka terlihat bahwa mode kegagalan pahat CBN CB7015
produksi Sandvick Coromant yang terjadi pada kondisi kecepatan potong V=225 mmenit adalah berupa:
a. Aus sisi flank wear b.
Aus kawah crater wear c.
Pengelupasanflaking. Aus kawah
Pengelupasan
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Mode kegagalan pahat CBN CB7015 pada kecepatan potong V=250 mmenit f = 0,1 mmrev; a = 0,3 mm; pahat 1 nomor 3
Pada Gambar 4.8 diperlihatkan mode-mode kegagalan pahat yang terjadi.
a Gambar 4.8 Tampilan Pahat Pada V=250 mmenit
f = 0,1 mmrev; a = 0,3 mm; pahat 1 nomor 3 a Tampilan Pahat Dari Pandangan Depan
b Tampilan Pahat Dari Pandangan Atas c Tampilan EDS Pahat Dari Pandangan Atas
Aus tepi
Aus tepi
Universitas Sumatera Utara
b
c Gambar 4.8 Lanjutan
Aus kawah
Pengelupasan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengamatan aus yang terjadi pada kondisi kedalaman potong 0,3 mm dan laju suapan 0,1 mmputaran, maka terlihat bahwa mode kegagalan pahat CBN CB7015
pada kecepatan potong V=250 mmenit adalah berupa: a.
Aus sisi flank wear b.
Aus kawah crater wear c.
Pengelupasan flaking.
4.2.3 Mode kegagalan pahat CBN CB7015 pada kecepatan potong V=250 mmenit f=0,15 mmrev; a = 0,3 mm; pahat 3 nomor 4
Pada Gambar 4.9 diperlihatkan mode-mode kegagalan pahat yang terjadi.
a Gambar 4.9 Tampilan Pahat Pada V=250 mmenit
f=0,15 mmrev; a = 0,3 mm; pahat 3 nomor 4 a Tampilan Pahat Dari Pandangan Atas
b Tampilan Pahat Dari Pandangan Depan Penyerpihan
Universitas Sumatera Utara
b Gambar 4.9 Lanjutan
Aus tepi
Aus tepi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengamatan aus yang terjadi pada kondisi kedalaman potong 0,3 mm dan laju suapan 0,15 mmputaran, maka terlihat bahwa mode kegagalan pahat CBN CB7015
pada kecepatan potong V=250 mmenit adalah berupa: a.
Aus sisi flank wear b.
Penyerpihan chipping.
4.2.4 Mode kegagalan pahat CBN CB7015 pada kecepatan potong V=267mmenit f = 0,125 mmrev; a = 0,7 mm; pahat 1 nomor 2
Pada Gambar 4.10 diperlihatkan mode-mode kegagalan pahat yang terjadi.
a Gambar 4.10 Tampilan Pahat Pada V=267 mmenit
f = 0,125 mmrev; a = 0,7 mm; pahat 1 nomor 2 a Tampilan Pahat Dari Pandangan Depan
b Tampilan Pahat Diperbesar Dari Pandangan Depan c Tampilan Pahat Dari Pandangan Atas
d Tampilan Pahat Diperbesar Dari Pandangan Atas Patahan
Universitas Sumatera Utara
b
c Gambar 4.10 Lanjutan
Patahan
Patahan
Universitas Sumatera Utara
d Gambar 4.10 Lanjutan
Berdasarkan pengamatan aus yang terjadi pada kondisi kedalaman potong 0,7 mm dan laju suapan 0,125 mmputaran, maka terlihat bahwa mode kegagalan pahat CBN
CB7015 produksi Sandvick Coromant yang terjadi pada kondisi kecepatan potong V=250 mmenit adalah berupa:
a. Aus sisi Flank Wear
b. Patahan Fracturing Catastrophic Failure.
Patahan
Universitas Sumatera Utara
4.3. Mekanisme Mode Kegagalan Pahat