Bab VII SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

(1)

Bab VII

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sunarya W (1963) merumuskan pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan pendidikan yang berlandaskan dan di jiwai oleh suatu filsafah hidup suatu bangsa dan bertujuan mengabdikan pada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut ini berarti bahwa Pendidikan Nasional suatu bangsa dalam pelaksanaan penidikannya berdasarkan pada filsafat, budaya bangsa demi kelangsungan kehidupan dan cita-cita bangsa dan Negara baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dan system pendidikan nasional merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional diantara bidang kehidupan lainnya seperti : ideology, politik, hokum, ekonomi, dan pertahanan keamanan nasional .

Fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dapat di artikan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang system pendidikan nasional, kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program serta pengelolaan pendidikan sebagai berikut :

A. Kelembagaan Program Dan Pengelolaan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pendidikan nasional di laksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar.

1. Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional

(a) Jalur Dan Jenjang Pendidikan Terdiri Atas Pendidikan Formal Dan Nonformal

(i) Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah

(ii) Pendidikan Menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar

(iii) Pendidikan Tinggi, merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencangkup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Penyelenggaran pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai man yang di maksud ayat (1) atau penyelenggaraan pendidikan bukan perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana yang


(2)

dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi administrative. Sebagaiman yang di maksud dalam ayat (1) melakukan tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2). Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang di maksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi sebagai mana yang di maksud dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.

(b) Jalur Nonformal

Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keakrasaan, pendidikan keterampilan, dan pelatihan kerja. Pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim. Khursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai serta dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh pemerintah atau pemerintah daerah mengacu pada standar nasional pendidik.

(c) Jalur Pendidikan Informal

Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan hasil pendidikan sebagai man yang di makusd dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. (d) Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sedrajat. Pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dll. Pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

(e) Pendidikan Kendinasan

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non departemen. Berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam


(3)

pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negri suatu lembaga departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. (f) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama nya damn menjadi ahli agama. Pendidikan keagamaan berbentuk ajaran diniyah, pesantren, pasrama, pabhaja, samanera, dan bentuk lainnya. (g) Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh dapat di selenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mendapati pendidikan secara tatap muka atau regular. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang di dukung oleh sarana dan layanan belajar.

(h) Pendidikan Khusus dan Pnedidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, social dan memiliki otensi kecerdasan dan bakat istimewa. Layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil dan yang terkena bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dalam segi ekonomi.

(i) Bahasa Pengantar

Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan dan bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada suatu pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.

(j)

Wajib Belajar

Pemerintah mewajibkan kepada setiap warga negara mengikuti program pendidikan dengan wajib belajar selama enam tahun pada jenjang sekolah dasar tanpa dipungutnya biaya.

(k)

Standar Nasional Pendidikan

Terdiri atas standar isi, proses, kompetensi kelulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilian pendidikan.


(4)

(l)

Kurikulum Program Pendidikan

Perkembangan kurikulum dari masa kemasa tidak memiliki ketentuan harus berapa lama kurikulum itu harus berganti. Pergantian kurikulum lebih menekankan kepada tuntutan kebutuhan sesuai perkembangan zaman. Berikut perkembangan kurikulum di Indonesia :

a) Rencana Pelajar 1947.

b) Rencana Pelajar Terurai 1952.

c) Kurikulum 1964 atau Rencana Pendidikan 1964. d) Kurikulum 1968.

e) Kurikulum 1975 f) Kurikulum 1984

g) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 h) Kurikulum 2004 (K B K)

i) Kurikulum 2013 j) Kurikulum Nasional

1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada satandar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuain dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

3) Kurikulum disususn sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :

a. Peningkatan iman dan taqwa; b. Peningkatan akhlak mulia;

c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasionl; f. Tuntutan dunia kerja;

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. Agama;

i. Dinamika perkembangan global; dan

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

4) Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Wajib memuat : a. Pendidikan agama;

b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa;

d. Matematika;

e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g. Seni dan budaya;

h. Pendidikan jasmani dan olahraga; i. Keterampilan / kejuruan; dan j. Muatan lokal

5) Kurikulum Pendidikan Tinggi Wajib memuat : a. Pendidikan agama;

b. Pendidikan kewarganegaraan; dan c. Bahasa.

6) Kerangka dasar dan struktur Kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah


(5)

7) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevanisnya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah / madrasah dibawah koordinasi dan suvervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen agama kabupaten / kota untuka pendidikan dasar atau provinsi untuk pendidikan menengah.

8) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

k) Kurikulum Muatan Lokal A) Latar Belakang

Bahwa setiap ciri khasnya daerah di wilayah tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat istiadat, tata cara, dan tata karma pergaulan, kesenian, bahasa lisan, maupun tulisan, kerajinan dan nilai nilai kehidupan masing-masing.

Keputusan menteri pendidikan dan Kebudyaan RI No. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 Tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah Dasar. Kemudian diusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah no. 173/C/Kep/M/87 tanggal 7 Oktober 1987.

“Muatan Lokal” dalam kurikulum bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya semata-mata. Semua anak sekolah berhak mendapat kesempatan guna kebih terlibat dalam mbilitas yang melampaui batas lingkungannya sendiri.

B) Pengertian Muatan Lokal

Muatan local adalah program pendidikan yang isi dan media penyimpanannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan social dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan perlu dipelajari oleh murid di daerah itu. Maksudnya materi pelajaran yang dipilih oleh muris dibawah bimbingan guru guna mencapai tujuan muatan local. Maksud dari media penyampainan ialah metode dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan muatan local yang diambil dari dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik.

Lingkugan alam adalah lingkungan yang terdiri dari lingkungan hidup(Biotik) yang meliputi tumbuh-tumbuha, hewan dan manusia, dan lingkungan tak hidup (abiotic) yang meliputi tanah (daratan), air (kolam, danau, sungai, waduk, laut) dan udara.

Lingkungan social dalam pola kehidupan tertentu didaerah adalah lembaga-lembaga masyarakat dan –eraturan peraturan yang ada dan berlaku didaerah dimana murid dan sekolah itu berada.

Lingkungan social dan budaya yang terdapat dalam pola kehidupan daerah karena keaneka ragamannya diserhanakan dan diklasifikasikan menjadi delapan kelokmpok pola kehidupan, yaitu:


(6)

(2) Pertenakan (3) Persawahan

(4) Perladangan dan perkebunan (5) Perdagangan

(6) Industri kecil (7) Industri besar (8) Parawisata

(m)

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(i)

Bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada suatu pendidikan.

(ii)

Pendidik merupakan tenaga Profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarkat, terutama bagi pendidik para perguruan tinggi

(iii)

Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:

1.

Penghasilan Dan Jaminan Kesejahteraan Yang Pantas Dan Memadai

2.

Penghargaan Sesuai Tugas Dan Prestasi Kerja

3.

Pembinaan Karier

4.

Perlindungan Hukum

5.

Kesempatan Untuk Menggunakan Sarana, Prasarana Dan Fasilitas Pendidikan Untuk Menunjang Kelancaran Pelaksanaan Tugas

(iv) Kewajiban

1. Menciptakan Suasana Pendidik Yang Bermakna , Menyenangkan, Kreatif, Dinamis Dan Dialogis

2. Mempunyai Komitmen Secara Professional Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan

3. Memberi Tladan Dan Menjaga Nama Baik Lembaga, Profesi Dan Keudukan Sesuai Dengqn Kepercayaan Yang Diberikan

(n) Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memnuhi keperluan pendudukan sesuai dengan pertumbuhan dan perkemvangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

(o) Pendanaan Pendidikan

Pendanaan pendidikan menjadi tangung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

(p) Pengelolaan Pendidikan

Merupakan tanggung jawab menteri (q) Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan

Meliputi peran serta perseorabfab, kelompok, keluarga, organusasi, prodesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan.


(7)

masyarakat pada pendidikan formal dan nondormal sesuai dengan kekhasan agama, olingkunagn social, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

(s) Dewan Pendidikan dan Komite

Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengwasan, dan evaluasi program pendidikan melaluii dewan pendidikan.

(t) Evaluasi, Akreditasim dan Sertifikasi

Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akreditasi dilakukan untuk memteukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Sertifikai diberikan kepada oersera duduk sebagai orestasi bekajar atau penyelesaian jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakn oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

(u) Pendirian Satuan Pendidikan

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah

(v) Pengawasan

Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah / madrasah mengawasi atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Maksudnya dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas public.

B. Upaya Menjawab Tantangan Pendikan Menuju Globalisasi dan

Perkembangan IPTEK

1.

Tuntutan Masyarakat sesuai dengan Kemajuan Iptek

Pendidikan selalu menghadapi tantangan baru, karena masyarakat selalu mengalami kemajuan dengan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Oleh karena itu pendidikan berupaya melakukan pembaruan dengan jalan menyempurnakan sistemnya. Sejak pelita II, berkat adanya ilmu pengetahuan perilaku (bevarvioral science), dunia pendidikan di tanah air mulai melakukan penyempurnaan. Misalnya lahirnya kurikulum 1975/1976 yang memanfaatkan teori taksonomi tingkah laku dari B.Bloom dalam merumuskan tujuan pendidikan. Jadi, penyempurnaan tidak hanya terjadi pada segi-segi teknologi belajar mengajar, tapi juga mengenai hal-hal yang bersifat mendasar yaitu landasan pendidikan.

a. Pembaruan Landasan Yudis

Pembaruan ini bersifat mendasar (fundamental) dan yang bersifat prinsipal. Karena landasan yuridis itu mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan.

b. Pembaruan Kurikulum


(8)

1. Bersifat mempertahankan

Ialah landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945 dan landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dulu hingga sekarang menguasai hajat hidup orang banyak). 2. Bersifat mengubah

Ialah landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai hal ini banyak penemuan-penemuan baru yang menopangnya).

Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi, isi / progam, dan metodenya, misalnya kurikulum 1975/1976 lahir sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1968 yang belum jelas orientasinya menjadi terorientasi kepada hasil (product oriented). Dengan berorientasi kepada hasil, perumusan tujuan pendidikan yang jelas dan benar menjadi hal yang diperhatikan di dalam proses pendidikan. Namun pengalaman hampir selama 10 tahun menunjukkan bahwa hasil pendidikan ternyata tidak sesuai harapan. Maka lahirlah kurikulum 1984, kurikulum ini membenahi kurikulum 1975/1976 dengan menyempurnakan orientasinya kepada pemrosesan pendidikan di samping masih memperhitungkan orientasi kepada hasil yang digunakan kurikulum 1975/1976.

Kelebihan yang dimiliki kurikulum 1984 dan pengembangan dari kurikulum 1975/1976:

- Bersifat komprehensif, adanya ekstrakurikuler yang sudah diberikan disamping yang kurikuler dapat meningkatkan hubungan antara sekolah, masyarakat dan orang tua. Juga meningkatkan penggarapan tingkah laku afektif dan psikomotor.

- Adanya strategi desentralisasi di samping yang sentralisasi, terlihat adanya muatan lokal di samping kurikulum nasional dan muatan lokal. Ini merupakan antisipasi masa depan, di mana kecenderungan pola pendidikan di masa depan mengarah kepada desentralisasi, karena pembangunan daerah merupakan basis pembangunan nasional.

- Disediakannya program yang bervariasi (walaupun belum terlaksana sepenuhnya). Program ini memberikan peluang pembekalan bagi peserta didik yang ingin melanjutkan belajar ke pendidikan tinggi dan yang ingin segera ke lapangan kerja dengan berbagai variasinya.

- Adanya penekanan pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan CBSA dan peranan evaluasi formatif dalam proses pembelajaran.

- Adanya upaya perampingan kurikulum yang memungkinkan pemilihan dan penyajian materi pembelajaran yang esensial.


(9)

Peluang kurikulum 1994 untuk mempersiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia bagi pembangunan di masa depan:

- Adanya perluasan kesempatan untuk mengikuti pendidikan

- Adanya penanaman dasar (basic education) yang lebih baik pada seluruh warga negara untuk terjun ke lapangan kerja dan untuk lanjut belajar ke pendidikan tinggi.

- Adanya seleksi bertahap yang lebih terarah untuk memasuki pendidikan tinggi.

c. Pembaruan Pola Masa Studi

Pembaruan ini meliputi pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan. Sebagai suatu pertanda adanya pembaruan pendidikan berupa penambahan (perpanjangan masa studi) ataupun pengurangan (perpendekkan masa studi).

Misalnya untuk mempersiapkan tenaga guru SD yang dahulunya dianggap cukup tamatan SPG (jenjang pra-masa studi akademik), sekarang untuk menjadi guru SD harus berpendidikan Diploma II (jenjang akademik). Tujuannya untuk mendapatkan yang kompeten.Upaya peningkatan kualitas dan penyiapan tenaga yang lebih baik, pmerintah mengubah pendidikan dasar 6 tahun menjadi 9 tahun.

Strategi ini menyiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia untuk pembangunan yang menuntut persyaratan lebih baik.Sarjana yang pada masa studi lalu harus ditempuh 5 tahun (3 tahun sarjana muda ditambah 2 tahun sarjana lengkap) diperpendek menjadi 4 tahun disebut program SI. Alasannya pendidikan program SI dipandang cukup memberikan bekal dasar, sehingga tidak perlu terlalu lama.

d. Pembaruan Tenaga Kependidikan

Maksudnya tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Maka diperlukan jenis tenaga yang lain di samping guru, meskipun guru sendiri mengalami perubahan peran dari peran tunggal ke multiperan. Tenaga yang lain di samping guru ialah pustakawan, laboran, koselor, teknisi sumber belajar, dan lain-lain. Mengenai pendidik dan tenaga Kependidikan, lebih diperjelas dan dipertegas yang berkenaan dengan tugas, hak dan kewajiban, lingkup tugas, kualifikasi pendidikan, sertifikasi, promosi dan penghargaan membuktikan komitmen Pemerintah bahwa diperlukan adanya tenaga Kependidikan yang berkompeten dan Profesional.


(10)

Berupa ketentuan-ketentuan yuridis yang menjadi dasar, acuan, serta mengatur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, seperti pancasila, UUD 1945, GBHN, UU organik pendidikan, peraturan pemerintah, dan lain-lain.

Pembangunan pendidikan memiliki program utama, yaitu: a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan b. Peningkatan mutu pendidikan

c. Peningkatan relevansi pendidikan

d. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan e. Pengembangan kebudayaan

f. Pembinaan generasi muda

Pembangunan pendidikan bermaksud mewujudkan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercipta kesejahteraan umum, dan dapat ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam UUD 1945 diperlukan ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang dalam undang-undang organik. UU organik adalah peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan aturan dasar yang tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan negara dalam bidang pendidikan tentang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah dan tentang Perguruan Tinggi.

Pendidikan nasional Indonesia memiliki ciri khas sehingga berbeda dengan sistem pendidikan nasional bangsa lain. Kekhasan ciri sistem pendidikan nasional Indonesia tersebut tampak pada landasan, dasar penyelenggaraan, dan perkembangannya. Landasan dan dasarnya menjiwai sistem pendidikan sedangkan pola penyelenggaraan dan perkembangannya memberikan warna/coraknya, Penyelenggaraannya terwujud pada: jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Karena pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, sedangkan pembangunan sendiri mengalami perkembangan maka sistem pendidikan nasional juga selalu dikembangkan. Pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasarkan kepada aspek legal.


(11)

PENUTUP


(12)

Daftar Pustaka :

 Dr. Maman Achdiyat, M.M, dkk. 2014. Dasar Pendidikan Sebagai Pengantar. Jakarta:


(1)

masyarakat pada pendidikan formal dan nondormal sesuai dengan kekhasan agama, olingkunagn social, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

(s) Dewan Pendidikan dan Komite

Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengwasan, dan evaluasi program pendidikan melaluii dewan pendidikan.

(t) Evaluasi, Akreditasim dan Sertifikasi

Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akreditasi dilakukan untuk memteukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Sertifikai diberikan kepada oersera duduk sebagai orestasi bekajar atau penyelesaian jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakn oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

(u) Pendirian Satuan Pendidikan

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah

(v) Pengawasan

Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah / madrasah mengawasi atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Maksudnya dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas public.

B. Upaya Menjawab Tantangan Pendikan Menuju Globalisasi dan

Perkembangan IPTEK

1.

Tuntutan Masyarakat sesuai dengan Kemajuan Iptek

Pendidikan selalu menghadapi tantangan baru, karena masyarakat selalu mengalami kemajuan dengan timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Oleh karena itu pendidikan berupaya melakukan pembaruan dengan jalan menyempurnakan sistemnya. Sejak pelita II, berkat adanya ilmu pengetahuan perilaku (bevarvioral science), dunia pendidikan di tanah air mulai melakukan penyempurnaan. Misalnya lahirnya kurikulum 1975/1976 yang memanfaatkan teori taksonomi tingkah laku dari B.Bloom dalam merumuskan tujuan pendidikan. Jadi, penyempurnaan tidak hanya terjadi pada segi-segi teknologi belajar mengajar, tapi juga mengenai hal-hal yang bersifat mendasar yaitu landasan pendidikan.

a. Pembaruan Landasan Yudis

Pembaruan ini bersifat mendasar (fundamental) dan yang bersifat prinsipal. Karena landasan yuridis itu mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan ketenagaan.


(2)

1. Bersifat mempertahankan

Ialah landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945 dan landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dulu hingga sekarang menguasai hajat hidup orang banyak). 2. Bersifat mengubah

Ialah landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai hal ini banyak penemuan-penemuan baru yang menopangnya).

Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi, isi / progam, dan metodenya, misalnya kurikulum 1975/1976 lahir sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1968 yang belum jelas orientasinya menjadi terorientasi kepada hasil (product oriented). Dengan berorientasi kepada hasil, perumusan tujuan pendidikan yang jelas dan benar menjadi hal yang diperhatikan di dalam proses pendidikan. Namun pengalaman hampir selama 10 tahun menunjukkan bahwa hasil pendidikan ternyata tidak sesuai harapan. Maka lahirlah kurikulum 1984, kurikulum ini membenahi kurikulum 1975/1976 dengan menyempurnakan orientasinya kepada pemrosesan pendidikan di samping masih memperhitungkan orientasi kepada hasil yang digunakan kurikulum 1975/1976.

Kelebihan yang dimiliki kurikulum 1984 dan pengembangan dari kurikulum 1975/1976:

- Bersifat komprehensif, adanya ekstrakurikuler yang sudah diberikan disamping yang kurikuler dapat meningkatkan hubungan antara sekolah, masyarakat dan orang tua. Juga meningkatkan penggarapan tingkah laku afektif dan psikomotor.

- Adanya strategi desentralisasi di samping yang sentralisasi, terlihat adanya muatan lokal di samping kurikulum nasional dan muatan lokal. Ini merupakan antisipasi masa depan, di mana kecenderungan pola pendidikan di masa depan mengarah kepada desentralisasi, karena pembangunan daerah merupakan basis pembangunan nasional.

- Disediakannya program yang bervariasi (walaupun belum terlaksana sepenuhnya). Program ini memberikan peluang pembekalan bagi peserta didik yang ingin melanjutkan belajar ke pendidikan tinggi dan yang ingin segera ke lapangan kerja dengan berbagai variasinya.

- Adanya penekanan pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan CBSA dan peranan evaluasi formatif dalam proses pembelajaran.


(3)

Peluang kurikulum 1994 untuk mempersiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia bagi pembangunan di masa depan:

- Adanya perluasan kesempatan untuk mengikuti pendidikan

- Adanya penanaman dasar (basic education) yang lebih baik pada seluruh warga negara untuk terjun ke lapangan kerja dan untuk lanjut belajar ke pendidikan tinggi.

- Adanya seleksi bertahap yang lebih terarah untuk memasuki pendidikan tinggi.

c. Pembaruan Pola Masa Studi

Pembaruan ini meliputi pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan. Sebagai suatu pertanda adanya pembaruan pendidikan berupa penambahan (perpanjangan masa studi) ataupun pengurangan (perpendekkan masa studi).

Misalnya untuk mempersiapkan tenaga guru SD yang dahulunya dianggap cukup tamatan SPG (jenjang pra-masa studi akademik), sekarang untuk menjadi guru SD harus berpendidikan Diploma II (jenjang akademik). Tujuannya untuk mendapatkan yang kompeten.Upaya peningkatan kualitas dan penyiapan tenaga yang lebih baik, pmerintah mengubah pendidikan dasar 6 tahun menjadi 9 tahun.

Strategi ini menyiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia untuk pembangunan yang menuntut persyaratan lebih baik.Sarjana yang pada masa studi lalu harus ditempuh 5 tahun (3 tahun sarjana muda ditambah 2 tahun sarjana lengkap) diperpendek menjadi 4 tahun disebut program SI. Alasannya pendidikan program SI dipandang cukup memberikan bekal dasar, sehingga tidak perlu terlalu lama.

d. Pembaruan Tenaga Kependidikan

Maksudnya tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Maka diperlukan jenis tenaga yang lain di samping guru, meskipun guru sendiri mengalami perubahan peran dari peran tunggal ke multiperan. Tenaga yang lain di samping guru ialah pustakawan, laboran, koselor, teknisi sumber belajar, dan lain-lain. Mengenai pendidik dan tenaga Kependidikan, lebih diperjelas dan dipertegas yang berkenaan dengan tugas, hak dan kewajiban, lingkup tugas, kualifikasi pendidikan, sertifikasi, promosi dan penghargaan membuktikan komitmen Pemerintah bahwa diperlukan adanya tenaga Kependidikan yang berkompeten dan Profesional.


(4)

Berupa ketentuan-ketentuan yuridis yang menjadi dasar, acuan, serta mengatur penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, seperti pancasila, UUD 1945, GBHN, UU organik pendidikan, peraturan pemerintah, dan lain-lain.

Pembangunan pendidikan memiliki program utama, yaitu: a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan b. Peningkatan mutu pendidikan

c. Peningkatan relevansi pendidikan

d. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan e. Pengembangan kebudayaan

f. Pembinaan generasi muda

Pembangunan pendidikan bermaksud mewujudkan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa agar tercipta kesejahteraan umum, dan dapat ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam UUD 1945 diperlukan ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang dalam undang-undang organik. UU organik adalah peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan aturan dasar yang tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan negara dalam bidang pendidikan tentang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah dan tentang Perguruan Tinggi.

Pendidikan nasional Indonesia memiliki ciri khas sehingga berbeda dengan sistem pendidikan nasional bangsa lain. Kekhasan ciri sistem pendidikan nasional Indonesia tersebut tampak pada landasan, dasar penyelenggaraan, dan perkembangannya. Landasan dan dasarnya menjiwai sistem pendidikan sedangkan pola penyelenggaraan dan perkembangannya memberikan warna/coraknya, Penyelenggaraannya terwujud pada: jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Karena pendidikan berfungsi menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan, sedangkan pembangunan sendiri mengalami perkembangan maka sistem pendidikan nasional juga selalu dikembangkan. Pengembangan sistem pendidikan nasional mesti berdasarkan kepada aspek legal.


(5)

PENUTUP

Simpulan


(6)

Daftar Pustaka :

 Dr. Maman Achdiyat, M.M, dkk. 2014. Dasar Pendidikan Sebagai Pengantar. Jakarta: