Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lain. Bakteri penyebab ISPA antara lain Group A
streptococci 5-15 dari semua kasus faringitis pada usia dewasa; 20-30 pada anak- anak, Group C and G streptococci,
2.1.3 Etiologi
Neisseria gonorrhoeae, Arcanobacterium Corynebacterium hemolyticum, Corynebacterium diphtheriae,
Atypical bacteria Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae, Anaerobic bacteria. Virus penyebab ISPA antara lain adalah A
denovirus, Coronavirus, Enterovirus, hMPV Human metapneumovirus, Influenza virus,
Parainfluenza virus, Rhinovirus, and Respiratory Syncytial Virus RSV Maneggethi, 2013.
2.1.4 Faktor Risiko
1. Faktor Host a. Usia
Faktor risiko tertinggi kejadian ISPA terjadi pada balita. Balita bayi dibawah umur lima tahun merupakan anak yang berusia 0-59 bulan. Bayi
merupakan masa permulaan dari suatu kehidupan manusia. Apabila kita mengenali perkembangan balita, maka kita akan mengenali apa yang harus kita
lakukan dan apa yang harus kita hindarkan agar masa bayi ini berkembang se- optimal mungkin dan dengan demikian akan menjadi dasar yang baik bagi
perkembangan manusia dewasa Depkes, 2006. Bayi usia di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi pelindung antibodi yang berasal dari ibu. Infeksi meningkat pada usia 3-6 bulan karena waktu ini adalah antara hilangnya antibodi dari ibu dan
produksi antibodi bayi itu sendiri. Jumlah jaringan limfa akan meningkat pada masa anak- anak yang sedang tumbuh sehingga akan meningkatkan kekebalan
tubuh. Semakin meningkatnya sistem pertahanan tubuh, anak-anak berusia 5 tahun yang mengalami infeksi pernapasan akan berkurang frekuensinya
Hartono Rahmawati, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Air Susu Ibu ASI sangat dibutuhkan bayi dalam perkembangan otak dan tubuhnya. Di dalam ASI terdapat unsur protein yang sangat tinggi,
sehingga dampaknya masih terasa hingga dewasa dalam menjaga kesehatannya. ASI dapat memperbaiki dan mempertahankan sistem kekebalan
tubuh. Hal ini disebabkan karena pada air susu ibu yang pertama keluar atau disebut colustrum dapat meningkatkan produksi antibodi, menjadi antioksidan
dan antiradikal bebas Devi, 2010. b. ASI Air Susu Ibu
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
tertentu. Imunisasai Influenza secara signifikan akan mengurangi prevalensi, insiden, dan durasi influenza serta memperbaiki gejala. Imunisasi DPT,
pneumokokus, campak juga berperan dalam mencegah terjadinya ISPA Public Health Ontario, 2013.
c. Imunisasi
Imunisasi yang diberikan pada anak tidak memberikan kekebalan tubuh terhadap ISPA secara langsung, melainkan hanya untuk mencegah faktor yang
dapat memicu terjadinya ISPA. Masih tingginya ISPA pada balita yang telah menerima imunisasi lengkap disebabkan karena belum ada vaksin yang dapat
mencegah ISPA secara langsung. Daya tahan tubuh anak yang rendah dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yang telah memiliki imunisasi
lengkap Layuk et al., 2013.
Universitas Sumatera Utara
d. BBLR Bayi Berat Lahir Rendah Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA lebih sering terjadi pada balita
BBLR dibandingkan dengan balita tidak BBLR. Hal ini disebabkan karena bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna, sehingga
bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah. Bayi BBLR memiliki pusat pengaturan pernapasan yang belum sempurna,surfaktan paru-paru masih
kurang, otot pernapasan lemah, tulang iga lemah, dan dapat disertai penyakit membran hialin. Selain itu, bayi BBLR mudah mengalami infeksi paru-paru
dan gagal pernapasan Sukmawati, 2010.
e. Pemberian vitamin A dan Zinc Kadar vitamin A serum tidak hanya dipengaruhi oleh asupan yang
banyak mengandung vitamin A, tetapi juga berhubungan dengan mikronutrien lain yang berperan dalam metabolisme dan transport vitamin A. Pada proses
oksidatif vitamin A di jaringan perifer membutuhkan aktifasi dari zinc- dependent retinol dehydrogenase enzym. Vitamin A memiliki fungsi sebagai
sistem kekebalan tubuh untuk deferensiasi limfosit T dan limfosit B, penghambatan apoptosis, serta mempertahankan integritas dan fungsi
permukaan mukosa. Zinc diperlukan dalam aktifitas biologis tymulin, yang berguna untuk pematangan limfosit T dan produksi interleukin-2. Defisiensi
Zinc akan mengganggu fungsi leukosit PMN, sel natural killer, dan aktivasi komplemen, sehingga memudahkan anak menderita ISPA. Defisiensi Zinc juga
menyebabkan rendahnya kadar vitamin A Feridansyah, 2010.
2. Faktor Lingkungan
Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi yang membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Polusi
udara dapat dibagi menjadi dua jenis, polusi udara primer dan polusi udara sekunder. Polusi udara primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan
langsung dari sumber pencemaran udara, sedangkan polusi udara sekunder a. Polusi udara
Universitas Sumatera Utara
adalah substansi pencemaran yang terbentuk dari reaksi polusi primer di udara. Asap dalam rumah tangga sebagian besar merupakan polusi udara primer
Nurbiantara, 2010.
b. Ventilasi Kualitas udara juga ditentukan oleh adanya ventilasi. Ventilasi adalah
tempat pertukaran antara udara dalam ruangan dengan udara luar ruangan dan tempat masuknya sinar matahari ke dalam ruangan yang dapat membunuh
mikroorganisme patogen. Ventilasi yang memenuhi syarat minimum 10 luas lantai ruangan dapat mengindari pengaruh buruk yang dapat merugikan
kesehatan manusia pada suatu ruangan Harahap, 2013.
c. Kepadatan hunian Gaya hidup sehari-hari keluarga yang sering berkumpul bersama pada
suatu lingkungan rumah akan memiliki risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian atas maupun bawah. Paparan agen infeksi dalam keluarga,
Pesyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m²orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Rumah sederhana idealnya minimum 10 m²orang, untuk kamar tidur diperlukan luas lantai 3m²orang dan untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan jarak antara tepi tempat tidur satu dengan yang lain 90cm. Kamar tidur sebaiknya tidak digunakan lebih dari 2
orang pada orang dewasa Soesanto et al., 2000. paling intens terjadi ketika berbagi kamar tidur bersama Koch et al., 2003.
2.1.5 Klasifikasi