Klasifikasi Diagnosis Infeksi Saluran Pernapasan Akut .1 Definisi

adalah substansi pencemaran yang terbentuk dari reaksi polusi primer di udara. Asap dalam rumah tangga sebagian besar merupakan polusi udara primer Nurbiantara, 2010. b. Ventilasi Kualitas udara juga ditentukan oleh adanya ventilasi. Ventilasi adalah tempat pertukaran antara udara dalam ruangan dengan udara luar ruangan dan tempat masuknya sinar matahari ke dalam ruangan yang dapat membunuh mikroorganisme patogen. Ventilasi yang memenuhi syarat minimum 10 luas lantai ruangan dapat mengindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan Harahap, 2013. c. Kepadatan hunian Gaya hidup sehari-hari keluarga yang sering berkumpul bersama pada suatu lingkungan rumah akan memiliki risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian atas maupun bawah. Paparan agen infeksi dalam keluarga, Pesyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m²orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Rumah sederhana idealnya minimum 10 m²orang, untuk kamar tidur diperlukan luas lantai 3m²orang dan untuk mencegah penularan penyakit pernapasan jarak antara tepi tempat tidur satu dengan yang lain 90cm. Kamar tidur sebaiknya tidak digunakan lebih dari 2 orang pada orang dewasa Soesanto et al., 2000. paling intens terjadi ketika berbagi kamar tidur bersama Koch et al., 2003.

2.1.5 Klasifikasi

1. Berdasarkan lokasi anatomis a. Infeksi pernafasan bagian atas Infeksi akut yang menyerang hidung hingga laring. Ini termasuk common cold, faringitis, tonsilitis, otitis media, dan sinusitis. Universitas Sumatera Utara b. Infeksi pernafasan bagian bawah Infeksi akut yang menyerang bagian di bawah laring hingga alveolus. Ini termasuk pneumonia, bronkitis, bronkiolitis Holmgren, 2011. 2. Berdasarkan derajat keparahan penyakit a. ISPA ringan Ditandai dengan satu atau lebih gejala batuk, pilek dengan atau tanpa demam. b. ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala seperti pernafasan cepat, wheezing, sakit telinga, keluar sekret dari telinga, dan bercak kemerahan. c. ISPA berat Meliputi gejala ISPA sedang ditambah satu atau lebih gejala seperti penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir kulit pucat kebiruan, stridor saat istirahat Heriyana,2009. 3. Berdasarkan umur dan tanda-tanda klinis yang didapat a. Anak umur 2 bulan – 5 tahun 1. Pneumonia berat Tanda utama adanya tanda bahaya, yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada ke belakang, nafas cuping hidung, suara rintihan ,sianosis. 2. Pneumonia tidak berat Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat: lebih dari 50 kali menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun dan lebih dari 40 kali menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun. 3. Bukan Pneumonia Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat: kurang dari 50 kali menit untuk anak usia 2 bulan–1 tahun dan kurang dari 40 kali menit untuk anak usia 1 – 5 tahun. Universitas Sumatera Utara b. Anak umur kurang dari 2 bulan 1. Pneumonia berat Kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam, nafas cepat dengan frekuensi 60 kali menit atau lebih, tarikan dinding dada. 2. Bukan Pneumonia Tidak ada nafas cepat, tidak ada tarikan dinding dada kedalam Depkes, 2012.

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis ISPA ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis terhadap pasien. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan inspeksi, perkusi, palpasi, maupun auskultasi. 1. Infeksi Akut Saluran Nafas Atas a. Nasofaringitis akut Demam, gelisah, pilek, hidung tersumat, dapat terjadi sinusitis persisten pada semua umur. b. Faringitis Akut Gejala yang dominan adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang sampai ke telinga otalgia karena adanya nyeri alih referred pain oleh N IX. Hiperemia pada jaringan limfoid dinding belakang faring yang kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder. Pada permukaannya mungkin terlihat alur-alur sekret mukopurulen. c. Rinitis Hidung tersumbat, bersin, sekret hidung pada kasus yang menetap baunya tidak enak dan pengelupasan liang hidung anterior. Pada rinitis alergika yang bersifat musiman dapat terlihat membran mukosa cenderung pucat, jaringan lunak membengkak. Rinitis atrofi merupakan sekuele terhadap infeksi hidung yang berlangsung lama akan menyebakan sedikit sekret tetapi banyak kerak dan tenggorokan terasa kering. Universitas Sumatera Utara d. Tonsilitis akut Demam, pembesaran tonsil, kadang disertai sakit menelan. e. Abses Retrofaring Mempunyai riwayat nasofaringitis atau faringitis akut. Dimulai dengan demam tinggi mendadak dengan kesukaran menelan, menolak makan, distres berat dengan nyeri tenggorokan, kepala hiperekstensi, kesulitan bernapas, sekresi berakumulasi dalam mulut, dan menyebabkan pengeluaran ludah karena kesukaran menelan. f. Abses peritonsilar Didahului faringotonsilitis akut. Penderita mengalami nyeri tenggorokan berat, trismus karena spasme muskulus pterigoideus, menolak untuk menelan dan berbicara. g. Sinusitis Demam 39ºC, nyeri kepala, nyeri wajah, edema periorbital. h. Otitis Media Akut Demam, penurunan pendengaran, sakit telinga, cairan purulen pada liang telinga Arnold, 2000. mmm 2. Infeksi Akut Saluran Pernafasan Bawah a. Bronkitis Akut Batuk produktif, ronki basah, demam, takipnu. b. Bronkiolitis Akut Demam, nafsu makan berkurang, distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing , sesak napas. Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit, kadang-kadang disertai sianosis, nadi biasanya meningkat. Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungtivitis ringan, otitis media. Universitas Sumatera Utara c. Pneumonia Batuk, demam, takipnu, suara pernapasan melemah, hipoksemia, sianosis, ronki basah, abnormalitas infiltrat pada roentgen tergantung penyebabnya Goh et al., 1999.

2.1.7 Penatalaksanaan

Dokumen yang terkait

Hubungan Status Imunisasi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 tahun) di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

1 46 60

Tindakan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemit Pada Pasien Yang Terpasang Kateter Di Ruang Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan

5 59 60

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS AJUNG KABUPATEN JEMBER

0 4 17

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS AJUNG KABUPATEN JEMBER

0 5 119

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS AJUNG KABUPATEN JEMBER

1 21 17

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT Hubungan Antara Fungsi Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Kartasura.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) Hubungan Antara Fungsi Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Balita di Puskesmas Kartasura.

0 4 15

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) PADA BALITA USIA 2-5 Hubungan Lama Pemberian Asi Dengan Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Posyandu Kecamatan Kartasura.

0 2 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi - Hubungan Status Imunisasi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 tahun) di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 1 13