Perumusan Masalah Tujuan penelitian Kegunaan penelitian Landasan Teori

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Obyektivitas Berita praktik Aborsi dr Edward Armando pada media Jawa Pos edisi 4 Februari sampai 9 Februari 2011?.”

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui obyektivitas berita praktik aborsi dr Edward Armando pada media Jawa Pos edisi 4 Februari sampai 9 Februari 2011.

1.4. Kegunaan penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi Redaksi Jawa Pos didalam memberitakan praktik Aborsi dr Edward tanpa harus memihak pada pihak manapun, transparan, dan sumber berita yang jelas. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa

Media massa yang dikemukakan oleh Althusser dan Gramsci dalam Sobur 2004:30 merupakan alat yang di gunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara. Media massa tersebut sebagai wasah untuk menyalurkan informasi yang merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya. Komunikasi masa menurut Bittner Rakhmat, 2001. “mass Communication is message communication through a mass medium to large number of people” Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan menurut Devito yang dikutip dari Effendy, 2001 mendefinisikan komunikassi massa sebagai “First mass Comunication is communication addressed to the masses to an extremely large audience. This does not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone who whatches television, rather it means am audience that is large an generally rather people defined. Second, mass communication isperhap most easilu logically defined by its forms : television, radio, newspaper, magazine, film, books, and tapes.” pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa kepada khalayak yang luar biasa banyaknya, ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pula umumnya agak sukar untuk di defenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinikasikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, tabloid, film, buku dan pita. Lebih lanjut Efendy, 2001 menegaskan tentang pengertian komunikasi massa yaitu : “Mass communication is process by which a message is transmitted through one more of the mass media Newspaper, Radio, television, movies, magazine, and books to an audience that is relatively large an animous.” Jadi komunikasi massa adalah proses menyebarkan pesan melalui salah satu media massa Tabloid, radio, televisi, bioskop, dan buku-buku kepada khalayak luas yang tidak dikenal. McQuail, 2001 dalam bukunya Teori komunikasi Massa. Suatu pengantar, menjabarkan tentang ciri-ciri komunikasi massa yaitu sumber komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal, sang pengirimnya seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan penerima adalah bagian dari khalayak luas. Peasanya tidak unik beraneka ragam dapat di perkirakan. Seringkali di prosses, di stadarisasikan dan selalu di perbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komodisi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang serentak. Senada dengan Mc Quail, Effendy, 2001 memberikan ciri-ciri tentang komunikasi massa, yaitu: Komunikator pada komunikasi massa, Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga yaitu suatu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga Institusionalized Communication Organaized Communicator. Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan tabloid, karena media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijakan policy tabloid yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan pendapat Freedom of Expression atau Feredom of Opinion merupakan kebebasan terbatas Restricted Freedom . Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha mempengaruhi khalayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting dalam usaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agar memotivasi masyarakat. Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk produksi massal dan penyebaran pesan, mempunyai organisasi yang sistematis dan aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah mereka menerima pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sosial dan dikehendaki oleh banyak individu. Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa. Kelima komponen tersebut adalah: 1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. 2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa. Yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim. 3. Pesan pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa. 4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: a Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komuniksi ini berjalan dari sumber ke penerima dan secara tidak langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. b Komunikasi massa merupakan proses dua arah proses seleksi. Baik media maupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka ikuti. 5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. Winarni 2003:4-5. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakan survey atau penelitian. Vardiansyah 2004:33

2.1.2. Berita

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta, artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya Poerwadarminto, berita di perjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Sedangkan menurut McQuail, 1989 : 189 berita merupakan sesuatu yang bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri. Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik Panuju, 2005 : 52. Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar. Menurut Djuroto, 2002 : 48 untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan. 2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja. 3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Sedangkan menurut Kusumaningrat, 2006 : 47 unsur-unsur yang membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang, Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat. Dan dalam mengangkat sebuah berita, wartawan menyerahkan laporan berita yang mereka liput kepada editor; editor adalah orang yang mengedit naskah tulisan atau karangan yang akan diterbitkan oleh majalah, surat kabar. Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara 2005 : 53 peristiwa- peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest , seks, dan aneka nilai lainnya. Sedangkan menurut Effendy, 2010 : l67 1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya. 2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional. 3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal prominent names memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat terkenal, 4. Dampak, Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria, 2005 : 69-71 dalam dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok : 1. Elementary yaitu : a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, when, why, where, who, dan how 5W+1H. b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan Straight News report. Reporter wartawan menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu sendiri. c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas. 2. Intermediate yaitu : a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan depth news . Berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan. b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan. 3. Adnance yaitu : a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang. b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam kacamata jurnalistik, tidak semua fakta adalah berita. Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik jurnal mata kuliah dasar-dasar jurnalistik. Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan. 2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja. 3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI pasal 314 Maret 2006 dijabarkan melalui sebagai berikut : a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran informasi. b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing- masing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi seseorang. Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang faktual dari apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita. Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi. Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui mengarang judul berita yang se-bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin pada isi beritanya. Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah : 1. Memberikan identitas pada berita 2. Mempermudah pembaca untuk memilih berita 3. Menarik perhatian pembaca Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini sangat penting atas pertimbangan berikut : 1. Foto, gambar, tabel, dan ilustrasi merupakan unsur berita yang pertama kali menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn yang dikutip dari jurnal jurnalistik media cetak menjelaskan bahwa data pendukung berita di atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari unsur berita yang disajikan. 2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal. Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas waktu dalam sebuah penyajian berita. Dalam sebuah berita yang idealnya mengambil bentuk piramida terbalik yang diurutkan dengan menjelaskan mulai dari bagian berita yang terpenting sampai pada yang kurang penting, letak tanggal terjadinya peristiwa umumnya terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik Inverted Pyramid , seperti pada gambar berikut : Gambar 2.1 Piramida Terbalik 5W+ 1H Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu : a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi c. When : Kapan peristiwa itu terjadi d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi J U D U L LEAD 5W + 1H TUBUH Rincian lead, latar belakang dan informasi lanjutan Sangat Kurang Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau mendukung tulisan pada paragraf pertama. Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah : a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi kesan yang santai dan mudah untuk di baca. b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang di pakai dapat di mengerti oleh semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang bersifat heterogen. c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat. d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa. e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations sebagai sumber informasi. f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu di hindari penggunaan kata yang berbelit-belit. Bagian terakhir dalam penyajian berita namun bagiannya merupakan hal yang tidak kalah penting yaitu berhubungan dengan persyaratan adanya fakta-fakta yang siap untuk diverifikasi, data terbuka untuk diadakan penelusuran, narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai pertanggungjawaban berita lainnya. Narasumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal narasumber berkaitan erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah narasumber, jurnalis dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.1.3. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik

Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan. Rivers, 2004 : 51 Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. Effendy, 2000 : 90 Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi aspek pers itu sendiri. Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut: ”Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya dilengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stencil atau alat-alat tehnik lainnya.” Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial. Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu, menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Informatif Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata- kata. Pers memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang peristiwa yang diduga akan terjadi. 2. Fungsi Kontrol fungsi watchdog Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSMLembaga Swadaya Masyarakat, dan lain sebagainya. 3. Fungsi Interpretatif dan Direktif Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang dan jika diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak. 4. Fungsi Menghibur Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak ketahui humor, drama serta musik meskipun kisah itu tidak terlalu penting. 5. Fungsi Regeneratif Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang, bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah. 6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab dan menjami hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penerangan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri. 7. Fungsi Ekonomi Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani sistem ekonomi melalui iklan 8. Fungsi Swadaya Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. Kusumaningrat, 2005 : 27-29 Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan.

2.1.4. Pengertian Surat Kabar

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali Djuroto, 2002 : 11. Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi Ilmu Komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku ”Ensiklopedia Pers Indonesia” di sebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karanga-karangan, dan iklan yang di terbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum Junaedhi, 1991 : 257. Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama kali di Amerika Serikat, menurut sejarahnya surat kabar ditemukan dan dicetak pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin Harris Djuroto, 2002 : 5 Surat kabar pada perkembangannya saat ini menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah konstrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena falsaafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, budaya dan politik.

2.2. Objektifitas Berita

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

PESAN KEMANUSIAAN PADA FOTO BENCANA MELETUSNYA GUNUNG KELUD di MEDIA CETAK (Analisis Isi Pada Harian Jawa Pos Edisi 15 Februari – 23 Februari 2014 )

0 2 17

ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN SOLO POS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2013 Analisis Campur Kode Pada Judul Berita Di Harian Solopos Edisi Januari-Februari 2013.

0 3 10

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA CERPEN DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-APRIL 2011 Kajian Gaya Bahasa Hiperbola pada Cerpen di Surat Kabar Jawa Pos Edisi Februari - April 2011.

0 1 13

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Tentang Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media Jawa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2

1 1 129

OBJEKTIVITAS BERITA PADA PASIEN RS KHODIJAH YANG BUTA – TULI SETELAH OPERASI HERNIA DI MEDIA JAWA POS (Analisis Isi Objektivitas Berita Pada Pasien RS Khodijah Yang Buta – Tuli Setelah Operasi Hernia di Media Jawa Pos Edisi 04 Oktober – 12 Oktober 2011).

0 2 90

OBYEKTIVITAS BERITA TENTANG AHMADIYAH (Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Ahmadiyah di halaman Depan, Jawa Pos dan Kompas, Periode 7 Februari - 28 Februari 2011).

0 0 84

OBYEKTIVITAS BERITA TENTANG AHMADIYAH (Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Ahmadiyah di halaman Depan, Jawa Pos dan Kompas, Periode 7 Februari - 28 Februari 2011)

0 0 10

OBJEKTIVITAS BERITA PADA PASIEN RS KHODIJAH YANG BUTA – TULI SETELAH OPERASI HERNIA DI MEDIA JAWA POS (Analisis Isi Objektivitas Berita Pada Pasien RS Khodijah Yang Buta – Tuli Setelah Operasi Hernia di Media Jawa Pos Edisi 04 Oktober – 12 Oktober 2011)

0 0 22

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG LEGALITAS PERSEBAYA 1927 DI MEDIA JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Analisis Isi Objektivitas Berita Tentang Persebaya 1927 Yang Dicoret Dari Unifikasi League Bentukan PSSI Di Media Jawa Pos Edisi 1 Oktober – 23 November 2

0 0 26