Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Disadari atau tidak, setiap individu harus menjalani tuntutan tugas perkembangan. Hurlock 1978 mengemukakan bahwa individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Pada setiap tahap perkembangan, individu harus menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Tugas- tugas tersebut disebut juga dengan tugas perkembangan. Selama menjalani tugas perkembangan, individu akan dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan. Individu yang menjalani masa remaja juga akan menghadapi berbagai macam permasalahan dalam menyelesaikan tugas perkembangan. Masa remaja itu sendiri adalah masa peralihan atau masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Banyak sekali perubahan yang dialami individu dalam masa ini. Perubahan tersebut menyangkut aspek fisik, emosi, sosial, dan moral. Dari berbagai perubahan yang terjadi dalam diri remaja tersebut, remaja harus menemukan dirinya sesuai dengan keinginan dirinya sendiri dan juga tuntutan lingkungan sekitarnya. Remaja dalam menemukan jati diri tersebut, tak jarang mengalami krisis kepercayaan diri, perasaan, dan pikiran. Hurlock 2004:207 mengemukakan masa peralihan merupakan periode dimana individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Adanya masalah yang mereka hadapi serta tuntutan tugas perkembangan yang tetap harus mereka penuhi, remaja perlu memiliki suatu pegangan yang kuat. Hal ini bertujuan agar masalah- masalah yang dihadapi tidak mempengaruhi tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Hal ini konsep diri memiliki peranan penting. Konsep diri sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan pemikiran, perasaan, dan emosi diri remaja. Cara pandang remaja terhadap dirinya itulah yang disebut dengan konsep diri. Konsep diri merupakan hasil refleksi dari memandang, merasakan dan pengalaman individu dalam menjalani hidupnya. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan turut menentukan cara yang bersangkutan menjalani hidupnya. Konsep diri yang positif, individu akan menjalani kehidupannya dengan baik pula. Sebaliknya, jika individu memiliki konsep diri yang negatif maka kehidupannya akan dirasakan kurang baik. Bagaimana keluarga dengan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan. Konsep diri positif akan terbentuk jika remaja tersebut tinggal dengan orang tua yang perhatian dan mendapatkan kasih sayang yang lebih dari keluarga terdekatnya. Namun tidak semua anak beruntung untuk mendapatkan kasih sayang atau binaan dari orang tua. Ada anak yang sejak kecil tidak mempunyai orang tua, atau tidak mempunyai orang tua yang utuh, atau diantara mereka keadaan orang tuanya tidak memungkinkan untuk memberikan pembinaan dan pemeliharaan kepada anak-anaknya karena keterbatasan materi atau biaya, maka biasanya anak- anak tersebut akan dibina di panti asuhan. Pusat penelitian kependudukan 2009, panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan kehidupan sosial yang dapat berfungsi sosial. Panti asuhan dapat menggantikan sementara fungsi keluarga dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi anak, baik fisik, mental dan sosial, bila orang tua yang pertama-tama memberikan pembinaan pada anak sudah tidak ada, tidak diketahui adanya atau nyata-nyata tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Maka peran dari lembaga panti asuhan sangat penting karena di dalam panti asuhan, anak akan dibina dan diajarkan berbagai macam hal yang menyangkut dengan kepribadian anak. Melihat hal ini peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai perilaku remaja yang tinggal di panti asuhan terkait dengan pemahaman konsep diri mereka. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh remaja selama tinggal di panti asuhan akan berpengaruh terhadap pandangan terhadap dirinya sendiri. Pengalaman seperti patuh terhadap peraturan yang ada di dalam panti asuhan, bertemu dengan orang yang sama setiap harinya dan bagaimana remaja tersebut dapat menjaga sikapnya selama tinggal di panti asuhan. Pandangan yang dimiliki, akan menentukan bagaimana remaja akan bertindak dalam kehidupannya kelak, pengalaman yang didapatkan atau yang mereka alami itu akan mempengaruhi konsep diri remaja. Remaja kadang menjadi malu, kurang percaya diri, tidak berani untuk tampil didepan umum karena dengan latar belakang yang mereka miliki, sehingga kadang menjadi sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu terkait dengan permasalahan yang dialami remaja mengenai konsep diri, jika tidak segera ditangani maka akan menimbulkan berbagai macam dampak terkait dengan konsep diri negatif seperti permasalahan akademis, sosial, dan pribadi. Oleh karena itu, anak-anak di panti asuhan membutuhkan bantuan layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan konsep diri mereka di panti asuhan. Melalui layanan bimbingan kelompok, remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mampu mengembangkan kepribadiannya secara optimal dengan melihat kemampuan dan potensi yang dimiliki. Bimbingan diberikan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut mampu memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan mampu bertindak wajar. Bimbingan yang diberikan secara berkesinambungan mampu membantu individu dalam menyelesaikan tahap perkembangan yang harus dicapai. Peran pembimbing atau konselor yang mendampingi remaja dalam melakukan bimbingan kelompok sangat diperlukan, karena konselor harus dengan sepenuh hati dan bersabar dalam melaksanakan bimbingan. Terlihat dari waktu dalam melakukan pelayanan, dikarenakan pembimbing harus bisa menyesuaikan dengan jadwal kegiatan yang sudah dibentuk di panti asuhan. Adanya waktu khusus untuk melakukan kegiatan dimana anak dikembangkan kepribadiannya melalui layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi, remaja di Panti Asuhan Ghifari sebagian besar memiliki konsep diri negatif, misalnya saja bersikap pesimis yang meragukan kemampuannya sendiri, tidak percaya diri, malu untuk berbicara dan kurang memperhatikan ketika peneliti sedang berbicara. Bahkan ketika peneliti menanyakan kepada pembina panti dengan hasil pengamatan yang peneliti analisis, memang begitu keadaan remaja yang tinggal di panti asuhan. Banyak dari mereka yang tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar seperti tidak menghargai ketika peneliti sedang menjelaskan, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja di Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta adalah dengan melakukan penelitian tindakan bimbingan di panti asuhan tersebut. Perbaikan konsep diri anak di Panti Asuhan Ghifari dalam penelitian ini dilakukan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama. Cara ini dilakukan agar remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mampu mendemonstrasikan masalah-masalah yang terkait dengan konsep diri mereka. Endraswara 2011: 11, drama adalah seni cerita dalam percakapan dan akting tokoh. Drama membutuhkan penggarapan tokoh yang mendalam dan penuh pertimbangan. Yang digarap adalah akting, agar memukau penonton. Aristoteles Brahim, 1968: 52 menyatakan bahwa drama adalah “a representation of an action ”. Action, adalah tindakan yang kelak menjadi akting. Drama pasti ada akting. Drama itu terjadi “a play”, artinya permainan atau lakon. Jadi ciri utama drama harus ada lakon dan akting. Permainan penuh dengan sandi dan simbol, yang menyimpan kisah dari awal hingga akhir. Daya simpan kisah ini yang menjadi daya tarik drama. Drama yang terlalu mudah ditebak, justru kurang menarik. Sosiodrama ini adalah metode atau cara yang digunakan pembimbing agar mampu mengajak remaja yang tinggal di panti asuhan tersebut bisa mengekspresikan gambaran dirinya secara optimal. Metode sosiodrama bertujuan agar peserta mampu mengolah kemampuan dirinya yang masih kurang, terkait dengan konsep diri yang ada didalam diri mereka. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam upaya mencapai tujuan penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan, maka penulis melakukan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul “Peningkatan Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Penelitian Tindakan Bimbingan Pada Remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah