15
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah agar lebih mengetahui secara mendalam bagaimana hubungan Kepala Desa dengan
Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan peraturan desa di desa Peguyangan Kaja.
1.5.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui
hubungan kepala
desa dengan
badan permusyawaratan desa di dalam mekanisme Pembentukan Peraturan
Desa. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Hubungan Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa di dalam membentuk peraturan desa tersebut.
1.6 Manfaat Hasil Penelitian
1.6.1. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam aspek
16
teoritis keilmuan. Hasil penelitian skripsi yang dibuat untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas hukum universitas udayana dapat dijadikan
sebagai bahan lampiran lembaga fakultas hukum universitas udayana dan sebagai refrensi pada perpustakaan.
1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Manfaat bagi masyarakat dari Penelitian ini diharapkan dapat
memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pembuatan peraturan desa dan memberi pemahaman tentang hubungan kepala
desa dengan badan permusyawaratan desa dalam pembentukan peraturan desa.
1.6.2.2 Manfaat bagi penulis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang hubungan Antara kepala desa
dengan badan permusyawaratan desa dalam pembentukan peraturan desa serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dalam pembentukan peraturan desa yang dibuat oleh kepala desa dengan badan permusyawaratan desa.
1.7 Landasan Teoritis
Sebelum membahas permasalahan dalam skripsi ini secara mendalam, maka terlebih dahulu akan diuraikan beberapa teori, asas-asas, atau landasan-landasan yang
dimungkinkan untuk menunjang pembahasan permasalahan yang ada. Dengan adanya teori-teori yang menunjang, diharapkan dapat memperkuat, memperjelas dan
17
mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini.
1.7.1 Teori Negara Hukum Secara embriotik, gagasan Negara Hukum telah dikemukakan oleh
Plato, ketika ia menulis Nomoi, sebagai karya tulis ketiga yang dibuat di usia tuanya, sementara dalam dua tulisan pertama, Politeia dan Politicos,
belum muncul istilah Negara, hukum
7
.Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum rechtstaat bukan negara yang berdasarkan
atas kekuasaan belaka machtstaaf. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa
negara Indonesia adalah Negara Hukum. Negara Hukum harus memenuhi dua persyaratan yaitu supremacy before the law artinya hukum
diberikan kedudukan tertinggi, berkuasa penuh dalam suatu negara dan rakyat. Syarat kedua adalah equality before the law artinya semua orang
pejabat pemerintahan maupun masyarakat biasa adalah sama statusnya atau kedudukannya didalam hukum.
8
Sifat Negara Hukum ini hanya dapat ditunjukkan jika alat-alat perlengkapannya bertindak menurut peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh lembaga pemerintahan yang berwenang dan sesuai dengan asas legalitas. Frans Magnis Susena mengemukakan ciri-ciri Negara
7
Rindwan HR. 2011, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal..2
8
C.S.T. Kansil, 2000, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal.88
18
Hukum sebagai berikut: 1.
Asas legalitas. 2.
Kebebasankemandirian kekuasaan kehakiman. 3.
Perlindungan hak asasi manusia. 4.
Sistem konstitusihak dasar.
9
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan
di setiap Negara Hukum terutama bagi Negara-Negara Hukum dalam sistem Kontinental
10
. Istilah asas legalitas juga dikenal dalam Hukum Pidana; nullum delictum sine praevia lage poenali tidak ada hukuman
tanpa undang-undang, kemudian asas legalitas ini digunakan dalam bidang Hukum Administrasi Negara yang memiliki makna, dat het
bestuur aan de wet is onderworpen bahwa pemerintah tunduk kepada undang-undang atau het legaliteitsbeginsel houdt in dat alle algcmene
de burgers bindende bepalingen op de wet moeten berusten asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang mengikat warha Negara harus
didasarkan pada undang-undang
11
. Asas legalitas ini merupakan prinsip Negara Hukum yang sering
dirumuskan dengan ungkapan het beginsel
9
Frans Magnis Suseno, 1978, Dasar-Dasar limn Politik. PT. Bumi Aksara, Jakarta, hal.34
10
Rindwan HR, op.cit, hal. 90.
11
Rindwan HR. loc.cit
19
van wetmatigheid van bestuur yakni prinsip keabsahan pemerintah.
12
Asas Negara Hukum menggambarkan bahwa dalam suatu Negara Hukum haruslah membuat undang-undang untuk dapat mengikat
masyarakat karena tanpa undang-undang suatu Negara Hukum tidak bisa mengikat masyarakatnya sendiri.
1.7.2 Teori Negara Kesatuan Negara kesatuan disebut juga dengan uniterisme atau eenheistaat,
ialah suatu Negara yang merdeka dan berdaulat, di mana di seluruh Negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah pusat yang mengatur seluruh
daerah, jadi tidak terdiri dari beberapa daerah yang berstatus Negara bagian deelstaaf atau Negara dalam Negara. Dengan demikian, dalam Negara
kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang
pemerintahan Negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan Negara baik di pusat maupun di daerah-
daerah, di dalam maupun di luar negeri.
13
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, mewujudkan kesatuan, unity, dan yang monosentris berpusat satu. Beberapa macam
12
Rindwan HR. loc.cit
13
Titik Triwulan Tutik, 2008, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 19451, Kharisma Putra Utama, Jakarta, h. 144
20
Negara kesatuan, antara lain: pertama, Negara kesatuan dengan system sentralisasi, di mana segala urusan diatur oleh pemerintah pusat.
Sedangkan pemerintahan daerah tidak mempunyai hak untuk mengurus sendiri daerahnya, pemerintah daerah tinggal melaksanakan. Contoh:
Jerman dibawah Hitler. Kedua, Negara kesatuan dengan system desentralisasi gedecentraliseerde eenheidsstaaf, di mana kepada daerah-
daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri otonomi daerah yang di namakan daerah swatantra
otonomi tingkat 1 Daswati I atau Pemprov dan Daswati II atau pemkotpemkab.
14
1.7.3 Teori Kewenangan Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus
memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang- undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang.
15
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kewenangan mengandung arti: 1 hal wewenang, dan 2 hak dan kekuasaan yang dimiliki untuk
memiliki sesuatu. Sedangkan kata wewenang mengandung arti: 1 hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan, 2 kekuasaan membuat
keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang
14
Ibid,h.145
15
Ridwan HR, op.cit, h. 100.
21
lain.
16
Wewenang menurut H.D. Stout mengatakan bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintah, yang
dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum
publik di dalam hubungan hukum publik.
17
Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
18
Tanpa adanya kewenangan yang dimiliki, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan atau tindakan pemerintah. Menurut Donner, ada dua fungsi berkaitan dengan kewenangan, yakni
fungsi pembuat kebijakan policy marking yaitu kekuasaan yang menentukan tugas taakstelling dari alat pemerintah atau kekuasaan yang
menentukan politik negara dan fungsi pelaksanaan kebijakan policy exsecuting yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan politik
negara yang telah ditentukan verwezeblikking van de taak.
19
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan macht. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
16
Balai Pustaka, 1989, Kamus Besar Indonesia, Depdikbud, Jakarta, h. 1010
17
Ibid,h. 101.
18
H.M. Arief Muljadi, 2005, Landascm dan Prinsip Hukum Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan Rcpublik Indonesia, Prestasi Pustaka, h. 61
19
Viktor Situmorang. 1989, Dasar-Dasar Hukum Admnistrasi Negara. Bima Aksara, Jakarta, h. 30
22
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban rechten en plichten
20
. Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dan bagian awal dari hukum administrasi, karena
pemerintahan administrasi baru dapat menjalankan fungsinya adalah atas dasar
wewenang yang
diperolehnya, artinya
keabsahan tindak
pemerintahan atas dasar wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan legalitiet beginselen.
21
Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perunda
n g-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara, yaitu atribusi,
delegasi dan mandat.
22
Teori kewenangan menurut H.D. Van WijkWillem Konijnenbelt meliputi atribusi, delegasi dan mandat yang didefinisikan
sebagai berikut: a. Attributie: toekening van een bestuursbevoegheid door een wetgever
aan een bestuursorgaan, atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.
b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een under, delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya, c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namcns hem
20
Ridwan HR,op.cit,h.102
21
Nomensen Sinamo. 2010, Hukum Administrasi Negara. Jala Pcrmata Akasara, Jakarta,h.87
22
Ridwan HR.op.cit.,h.103
23
uitoefenen door een ander, mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas
namanya.
23
Menurut Indroharto, terdapat tiga sifat wewenang pemerintahan yaitu:
1. Wewenang pemerintahan yang bersifat terikat, yakni terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang
bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus
diambil. 2. Wewenang fakultatif terdapat dalam hal badan atau pejabat tata usaha
negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat
dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.
3. Wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasamya member kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk
menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup
kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.
24
23
Ibid, h.104
24
Ibid, h.111
24
1.8 Hipotesis