Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Kerangka Pemikiran

3 Memadai untuk mengendalikan Dasar yang dipakai hendaknya memadai untuk dipakai sebagai dasar pengendalian biaya overhead pabrik, oleh karena itu dasar yang dipakai harus menggambarkan tingkat variabilitas. 4 Mudah dan praktis untuk dipakai Apabila terhadap dua atau lebih dasar pembebanan yang memenuhi faktor-faktor tersebut di atas, dasar yang dipilih adalah yang mudah dan praktis dipakai.

G. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing atau disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering disebut direct costing atau marginal costing Garrison, 2006: 276. Dua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Absorption Costing Full Costing Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok product cost tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption costing terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap dan variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh biaya produksi sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full costing. 2. Variable Costing Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering disebut direct costing atau marginal costing.

H. Perbedaan Metode

Full Costing dan Variable Costing 1. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produk Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi Mulyadi 2005: 17-18. a. Metode Full Costing Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam kos produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang variabel maupun tetap. Full costing : Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead tetap xxx + Kos produksi xxx b. Metode Variable Costing Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Variable costing : Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx + Kos produksi xxx 2. Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Sedangkan metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 3. Perbandingan metode absorption costing full costing dan variable costing terhadap laba Hansen, 2005: 222-223 Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel variable costing membebankan hanya biaya manufaktur variabel ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Perhitungan biaya absorpsi absorption costing membebankan semua biaya manufaktur ke produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan overhead tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Jadi menurut absorption costing, overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Tabel II.1 Penghitungan Biaya Absorpsi dan Biaya Variabel Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel Biaya Produk Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead variabel Overhead tetap Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead variabel Biaya Periode Beban penjualan Beban administratif Overhead tetap Beban penjualan Beban administratif

I. Kajian Penelitian Relevan

1. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu Fajar di Jumantono Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada biaya-biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik serta penentuan harga produksi dengan metode full costing dan variable costing. Penghitungan tentang biaya-biaya tersebut dibahas satu persatu sehingga pada akhirnya merujuk pada penghitungan harga pokok produksinya. Pada penelitian ini diketahui bahwa: a. Biaya overhead pabrik yang belum dihitung adalah biaya penyusutan gedung dan biaya penyusutan mesin. b. Penghitungan biaya overhead antara tahu putih dan tahu merah tidak dipisahkan. c. Adanya perbedaan harga pokok produk antara penulis dengan perusahaan. 2. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual Pada PT Mermaid Textile MERTEX Industry Mojokerto Penelitian ini membahas tentang pengidentifikasian dan pengalokasian setiap unsur biaya produksi. Penelitian ini banyak menjelaskan metode full costing yang digunakan untuk penghitungan harga pokok produksi maupun dalam penetapan harga jual produk. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan metode full costing , perusahaan memperlakukan semua biaya produksinya sebagai harga pokok tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi ini meliputi bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik tetap maupun variabel.

J. Kerangka Pemikiran

Dalam mengelola perusahaan, manajemen memerlukan informasi, baik yang bersifat kuantitatif maupun non kuantitatif. Berbagai informasi ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk membuat keputusan, kebijakan, maupun produksi. Berbagai informasi ini juga berperan untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga manajemen mampu untuk menentukan pilihannya. Biasanya informasi kuantitatif lebih berperan dalam mengurangi ketidakpastian bila dibandingkan dengan informasi non kuantitatif, sehingga manajemen lebih bertumpu pada informasi kuantitatif dalam pengambilan keputusan. Salah satu informasi kuantitatif adalah informasi mengenai biaya. Pada informasi biaya terdapat informasi yang berupa akuntansi biaya, yang objeknya hanya terbatas pada transaksi keuangan yang menyangkut biaya. Menurut Mulyadi 2000:6 “akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau penyerahan jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya.” Dengan demikian akuntansi biaya bertujuan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan produksi, penjualan produk atau jasa, serta penafsiran terhadap hasilnya untuk kepentingan manajemen. Agar akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut, maka biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penentuan harga pokok produksi secara teliti. Penentuan harga pokok secara teliti hanya dapat dilaksanakan jika dilakukan pemisahan secara tegas antara biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi seperti administrasi dan umum serta pemasaran dan penjualan. Pengumpulan biaya produksi untuk menghitung harga pokok produksi dapat dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan suatu metode tertentu dilakukan untuk memperoleh perhitungan biaya produksi dengan cermat. Metode pengumpulan biaya produksi yang dipilih harus sesuai dengan sifat produksi yang dilakukan perusahaan, untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang didasarkan pada pesanan, proses pengumpulan biaya produksinya dapat dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Dengan sistem ini harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dikumpulkan atas dasar pesanan dalam suatu periode tertentu. Pada setiap akhir periode, total biaya produksi yang terjadi dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan yang biasanya disebut dengan biaya produksi per unit yang terdiri dari biaya bahan baku per unit, biaya tenaga kerja langsung per unit, dan biaya overhead pabrik per unit. Dengan menghitung harga pokok produksi secara teliti akan sangat membantu bagi perusahaan yang bersangkutan, terutama dalam hal penentuan harga jual produknya. Untuk selanjutnya diharapkan bahwa dengan harga pokok produksi yang dihitung secara cermat akan mendatangkan keuntungan yang rasional bagi perusahaan itu sendiri.

K. Pertanyaan Penelitian