Metodologi Pernikahan Sebagai Identitas Diri (Studi Fenomenologi Tentang Pernikahan Campur Suku Batak Dengan Suku Lainnya Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan).

Studi ini akan mengungkapkan pengalaman pernikahan seseorang individu yang berasal dari suku lain selain Suku Batak dalam menjalani kehidupan pernikahannya dengan Suku Batak, dilihat dari kehidupan sehari- hari baik sebagai pribadi dan sebagai anggota baru dari kelompok Suku Batak. Dan dari fokus penelitian tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana memaknai identitas diri dalam kehidupan pernikahan campur? 2. Bagaimana pola komunikasi antar pribadi yang terjadi dalam sebuah pernikahan campur? 3. Bagaimana adaptasi yang terjadi dalam sebuah kehidupan pernikahan campur?

II. Metodologi

2.1 Kerangka Pemikiran Diketahui secara luas bahwa identitas adalah merupakan citra diri yang dikonstruksi, dialami dan dikomunikasikan oleh setiap manusia saat berinteraksi. Individu-individu pada dasarnya memiliki banyak identitas yang berkaitan dengan peran yang dimainkan dalam masyarakat, namun satu dari identitas tersebut terkait erat dengan latar belakang etnik yang dianggap sebagai bagian penting diri, bahkan merupakan inti diri. Di dalam masyarakat multikultural seperti Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, interaksi dan komunikasi antarindividu dari berbagai suku yang terdapat di dalamnya yang memiliki kebudayaan yang berbeda pula berlangsung sepanjang waktu. Demikian pula Suku Batak selaku pendatang di Kota Banjarmasin, yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang suku Batak yang memiliki pandangan atau penilaian dari suku lain yang terdapat di Banjarmasin, dalam jalinan hubungan antarrpibadinya dengan pasangannya yang berbeda suku. Demikian sebaliknya, pasangan seorang yang berasal dari suku batak yang berasal dari suku selain suku Batak maka akan mengalami berbagai permasalahan. Hal-hal yang akan disajikan dan ditelaah dalam penelitian ini yaitu pengkomunikasian identitas dari masing-masing individu yang melangsungkan pernikahan antar etnis dapat ditelaah dengan didasari Teori Identitas Sosial. Hal kedua yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu keputusan untuk menikah dengan Suku Batak yang berkaitan dengan poses adaptasi tiap individu yang melangsungkan pernikahan campur antar etnis sebagai refleksi kehidupan pernikahannya dengan di dasari pada teori FIRO. Dan hal terpenting yang ketiga dalam penelitian ini yaitu pola komunikasi dalam sebuah pernikahan campur antar etnis dalam konteks komunikasi antar pribadi. 2.2 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri Usman, 2004 : 81. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Tradisi kualitatif sangat bergantung pada pengamatan mendalam perilaku manusia dan lingkungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang berfokus pada pengalaman subyektif manusia dan interpretasi dunia. Fenomenologi juga menekankan aspek subjektif dari perilaku manusia. Dalam penelitian ini peneliti tidak berasumsi bahwa penelitian mengetahui arti sesuatu dari pelaku pernikahan campur di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para pelaku pernikahan campur sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana pola komunikasi dan pertukaran identitas yang terjadi dalam sebuah pernikahan campur dalam komunikasi antar pribadi. 2.3 Subyek Penelitian Untuk menentukan informan penelitian harus benar-benar representative yakni mampu mewakili untuk memberikan informasi yang selengkap- lengkapnya dan akurat. Penentuan informan dalam penelitian ini secara purposive tujuan pemilihan secara purposive adalah untuk mendapatkan data yang valid dan secara jelas dapat menjawab dari rumusan masalah penelitian yang diangkat Husaini, 2006 : 78. Adapun kriteria dari subyek penelitian kali ini yaitu : a Wanita yang telah menikah lebih dari 5 tahun b Jarak usia antara laki-laki dan perempuan di atas 3 tahun c Bertempat tinggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan d Sudah melaksanakan Pesta Adat pernikahan e Sudah melakukan Pesta Adat Pemberian Marga f Beragama Kristen atau Katolik g Aktif dalam Perkumpulan Marga h Telah mempunyai anak Sehingga dari kriteria-kriteria tersebut disimpulkan terdapat lima orang pasang suami istri yang menikah berbeda suku yang terdapat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 2.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini akan mengobservasi secara partisipatif subyek penelitiannya, mewawancarai secara mendalam dan mendokumentasikan data-data yang relevan dengan masalah yang diteliti secara alamiah. Sehingga keikutsertaan penulis dalam observasi tidak disadari sebagai suatu tindakan investigatif juga aktifitas wawancara mendalam tidak terasa sebagai suatu upaya penggalian informasi oleh subjek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data dan mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Observasi : pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan penggamatan langsung menyangkut segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Pengamatan yang cermat memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang terjadi bahkan menemukan fakta baru dilokasi penelitian. Dalam kegiatan observasi peneliti terlibat langsung dengan kegiatan keseharian subjek penelitiannya, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut serta dalam dinamika kehidupan informan yang telah ditentukan. Dengan observasi partisipatif data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai kreatifitas dalam metode penelitian, karena pada prakteknya, metode ini memerlukan berbagai keahlian peneliti Kuswarno, 2008 : 51. 2. Wawancara mendalam depth interview : wawancara mendalam atau tidak terstruktur hampir sama dengan percakapan informan Mulyana, 2008 : 181. Wawancara jenis ini dilakukan karena bersifat luwes, susunan pertanyaan diubah saat wawancara dilaksanakan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi informan yang dihadapi. 3. Dokumen : Peneliti, membaca, mencari, mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, arsip-arsip atau sumber ilmiah lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mempermudah memperlajari, mencermati, dan menggambarkan situasi kejadian, dan menuliskannya sebagai suatu karya ilmiah yang dianggap penting, agar data yang dihasilkan lebih akurat. 2.5 Teknik Analisis Data Analisis data menurut Patton Moleong, 2004 : 103 adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar. Analisis data merupakan upaya mencari dan mensistematiskan catatan hasil observasi, wawancara juga dokumentasi yang dilakukan dalam proses penelitian, untuk meningkatkan pemahaman peneliti atas temuan-temuan permasalahan yang diteliti. Kemudian data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Tahap pertama : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap semua informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian ini, selanjutnya data itu dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan. b. Tahap kedua : Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi sehingga data berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. c. Tahap ketiga : Melakukan interpretasi pada data, yaitu dengan menginterpretasikan apa yang telah diberikan dan diinterpretasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti. d. Tahap keempat : Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian. e. Tahap kelima : Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan penelitian yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus tentang penelitian ini. 2.6 Lokasi Penelitian Lokasi dalam sebuah metodologi menjadi sangat penting, karena dengan menentukan lokasi penelitian maka penelitian dapat menjadi jelas dan terarah. Oleh karena itu, penulis menentukan lokasi penelitian di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Adapun alasan penentuan lokasi dalam penelitian ini karena banyaknya suku batak pendatang yang bermukim di Banjarmasin Kalimantan Selatan untuk berbagai alasan, yang kemudian menemukan pasangan hidupnya di Banjarmasin pula. 2.7 Triangulasi Data Dengan melakukan triangulasi data seperti dikatakan oleh Denzin dalam Moleong, 2004 : 330 yaitu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam hal ini peneliti membandingkan data pengamatan dengan data wawancara dan dokumen. Peneliti juga memeriksa kembali penemuan hasil penelitian dari teknik pengumpulan data dan sumber data. Sehingga peneliti dapat menemukan perbedaan dan kesamaan serta alasan-alasannya. Pemanfaatan temuan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dimanfaatkan untuk pengecekan kembali data penelitian dan mengarahkan analisis data. Seluruh data penelitian yang dianggap penting akan dijelaskan dengan menggunakan teori-teori yang relevan mengurai tentang fokus dalam sebuah penelitian.

III. HASIL DAN ANALISIS