III. HASIL DAN ANALISIS
3.1 Hasil
3.1.1 Makna Identitas Diri dalam Pernikahan Campur Dengan demikian identitas dipahami secara berbeda-beda
tergantung dari tempat dimana identitas itu dimaknai. Karena dalam hal ini masing-masing pelaku komunikasi dalam sebuah pernikahan campur antar
suku tetap menjadi dirinya pribadi sebagai anggota dari sebuah komunitas atau kelompok suku asalnya ketika mereka bergabung kembali dengan
kelompok asalnya. Hal ini bukan berarti telah terjadi manipulasi identitas, karena masing-masing pelaku komunikasi dalam pernikahan campur antar
suku tidak berpura-pura dan tidak terjadi pembelokan karakter. Mereka tetap memaknai diri mereka sebagai anggota baru dalam suku Batak
karena telah diberikan marga yang dimaknai sebagai sebuah penghargaan bagi mereka, dan mereka masih menjadi anggota dari suku asalnya dengan
tanpa menghilangkan kebudayaan asalnya sendiri. Masing-masing wanita menghasilkan perubahan dalam identitas diri mereka karena dipengaruhi
oleh sistem kekerabatan pasangan yang patrilineal serta disebabkan oleh karakteristik mereka dalam memilih pasangan.
3.1.2 Pola Komunikasi Antar Pribadi dalam Pernikahan Campur Sesuai dengan peran dan fungsinya, pria yang merupakan seorang
kepala rumah tangga. Oleh sebab itu, wanita yang menikah dengan seorang pria yang berbeda suku dengannya akan memusatkan sumber
informasi serta aliran komunikasi yang berasal dari sumbernya yaitu Sang
Ayah. Dengan demikian, pola komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh para wanita yang menikah dengan pria yang berasal dari Suku Batak
telah menjalankan tiga jenis pola komunikasi yaitu pola komunikasi adaptif, inisiatif dan dominan.
3.1.3 Adaptasi dalam Pernikahan Campur Adaptasi yang terjadi dalam sebuah pernikahan campur dilakukan
oleh para wanita untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga. Adapun berbagai adaptasi yang terjadi yakni adaptasi
bahasa, budaya, makanan, ritual dan adat istiadat, agama hingga pada pergaulan dalam kelompok barunya yaitu perkumpulan Suku Batak.
3.2 Analisis