Youghurt, Swiss Negatif Bonigrasa 50 CH 12986 Consense Powder, Netherlands Consense Powder, Netherlands Negatif Susu Enfamil, Belanda Susu, Denmark Negatif Susu, Jerman Negatif Sweet MilkPowder, Perancis

84. Sweet Wp, Jerman

Negatif 85. Sweet WP, Prancis Negatif 86. Whey Permeate, Jerman Negatif

87. Whey Powder Demineral 90

Negatif

88. Whey Powder, Jerman

Negatif

89. Whey Powder, Jerman

Negatif 90. Whey Powder, Perancis Negatif 91. Whey Powder, Perancis Negatif

92. Whey ProteinConsentrat, Denmark

Negatif

93. Wheyco Permeate, Jerman

Negatif

94. Eximo Whey

Negatif Youghurt 95. Youghurt Pineapple, Switzeland Negatif

96. Youghurt Aloe Vera, Switzeland

Negatif

97. Youghurt Apple, Switzeland

Negatif

98. Youghurt Apricot, Switzeland

Negatif 99. Youghurt Blueberry, Switzeland Negatif

100. Youghurt Fruit, Switzeland

Negatif

101. Youghurt Mango, Switzeland Negatif

102. Youghurt Pink Grape, Switzeland Negatif

103. Youghurt Plain, Switzeland Negatif

104. Youghurt Strawberry, Switzeland

Negatif

105. Youghurt Swiss Premium, Swiss

Negatif

106. Youghurt, Swiss Negatif

Susu 107. Whole MilkPowder, Denmark Negatif

108. Bonigrasa 50 CH 12986

Negatif

109. Consense Powder, Netherlands

Negatif

110. Consense Powder, Netherlands Negatif

111. Susu Enfamil, Belanda

Negatif

112. Susu, Denmark Negatif

113. Susu, Jerman Negatif

114. Sweet MilkPowder, Perancis

Negatif PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Frank et al. 2011 pada bulan Mei hingga Juni dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak gastroenteritis dan hemolytic uremic syndrome di Jerman oleh shiga toxin yang dihasilkan bakteri Escherichia coli O104:H4. Lebih dari 3000 orang telah terinfeksi dan 40 orang diantaranya meninggal. Kejadian kasus tertinggi pada orang dewasa, terutama wanita. Beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara juga telah melaporkan kasus penyakit ini terutama terjadi pada warga yang baru saja melakukan perjalanan ke Jerman. Infeksi bakteri ini diduga berasal dari sayuran dan buah-buahan segar yang dikonsumsi tanpa proses pemasakan terlebih dahulu Rohde et al. 2011. Susu merupakan sumber pangan yang sempurna karena di dalam susu terdapat banyak kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan nutrien pada susu menjadikan susu sebagai bahan pangan yang sangat disukai oleh bakteri untuk tumbuh Fardiaz 1989. Tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme pada susu dapat menyebabkan kerusakan struktur dan komposisi susu tersebut. Oleh karena itu, daya simpan susu cair menjadi terbatas, yaitu 14 hari untuk susu cair pasteurisasi dan enam hingga sepuluh bulan untuk susu UHT dalam lemari es. Susu bubuk merupakan produk hasil pengolahan susu yang telah dikurangi kadar airnya pada susu cair. Susu bubuk memiliki daya penyimpanan yang relatif lebih lama karena kandungan air yang sedikit sehingga mikroorganisme sukar berkembang pada susu bubuk. Masyarakat Indonesia cenderung memilih mengonsumsi susu bubuk karena lebih praktis dalam proses penyajiannya dan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya lebih lengkap. Selain itu susu bubuk lebih terjamin kualitasnya apabila produk susu tersebut harus didistribusikan ke tempat yang jauh . Proses produksi susu bubuk mengalami proses pengeringan yang membutuhkan suhu tinggi, sekitar 70-80 o C yang memungkinkan bakteri dan mikroorganisme lainnya mati Ahira 2011. Meskipun dalam proses produksinya membutuhkan pemanasan yang cukup tinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran pada susu bubuk. Pencemaran pada susu bubuk dapat terjadi pada saat proses pengolahan dan pengemasan susu. Pencemaran pada susu bubuk dapat menurunkan kualitas susu dan memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan pada konsumen Sudarwanto dan Lukman 1993. Pencemaran pada susu bubuk dapat terjadi setelah proses pemanasan dan pada saat pengemasan. Peralatan dan cara pengemasan yang tidak steril memungkinkan produk susu bubuk tercemar oleh bakteri patogen. Faktor lain yang dapat menimbulkan kontaminasi pada susu adalah faktor kelalaian manusia, seperti proses pembuatan susu yang tidak higienis. Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitatif dan kuantitatif mikrobiologi produk susu impor yang dilalulintaskan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok Jakarta terhadap E. coli strain EHEC. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk masyarakat dalam mengkonsumsi produk susu, terutama produk susu impor kaitannya dalam keamanan pangan bagi masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak dilahirkan Lukman et al. 2009. Menurut SNI 01-3141-2011 definisi susu dibagi menjadi dua, yaitu susu murni dan susu segar. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih diperoleh dari cara pemerahan yang benar, yang kandungan alamiahnya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu disebut sebagai bahan makanan yang sempurna, memiliki nilai gizi yang tinggi dan lengkap. Kandungan gizi dalam susu sangat ideal, mudah dicerna serta diserap oleh darah dengan sempurna. Di dalam susu terkandung karbohidrat laktosa yang berfungsi sebagai bahan pembakar pada proses metabolisme dan digunakan dalam perkembangan sel otak. Lemak susu yang terdiri dari asam lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Keistimewaan lemak susu adalah tidak membentuk lemak cadangan, melainkan berfungsi sebaai lemak fisiologis. Protein dalam susu mengandung 11 asam amino esensial yang jarang ditemukan dalam makanan asal padi-padian cereal grains. Kalsium dan vitamin D pada susu sangat penting untuk diet makanan manusia terutama wanita setelah masa menopause. Kasus osteoporosis lebih banyak diderita oleh wanita yang sudah lanjut usia. Susu diperkirakan dapat mensuplai sekitar 725 mg kebutuhan kalsium untuk manusia. Kandungan vitamin dan mineral yang terkandung pada susu berfungsi sebagai bahan pembantu pada proses katabiose dan anabiose metabolisme Lukman et al. 2009. Salah satu produk susu yang beredar di pasaran adalah susu bubuk. Pembuatan susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk mengawetkan susu sehingga dapat tahan lebih lama. Susu jenis ini dapat langsung dibedakan dari bentuk dan tampilannya. Produk susu bubuk merupakan hasil proses penguapan dan pengeringan dengan cara penyemprotan dalam suhu dan tekanan tinggi. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan susu bubuk adalah susu segar. Sumber utama susu segar pada umumnya diperoleh dari peternak sapi perah melalui perkumpulan koperasi. Persyaratan susu segar yang baik yang dapat diterima oleh industri pengolahan susu yang memiliki kandungan air 87.25 dan total solid 12.75 dari kandungan total solid pada susu segar yang terdiri dari lemak, protein, laktosa, dan abu Insani et al. 2006. Bahan baku pendukung atau tambahan yang digunakan susu skim adalah gula, lemak susu, air, minyak nabati, dan vitamin. Susu skim adalah susu sapi yang tidak larut dalam lemak. Penambahan gula berfungsi sebagai pemanis dan pengawet karena mikroorganisme tidak akan tumbuh pada larutan gula yang memiliki tekanan osmosis tinggi. Air yang digunakan memiliki persyaratan tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri jumlah dan jenis yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Minyak nabati berfungsi untuk menggantikan lemak dalam susu yang dapat menurunkan kolesterol Insani et al. 2006. Minyak nabati banyak mengandung vitamin E tocopherol dan tocotrienol yang berfungsi sebagai antioksidan. Kandungan gizi yang terdapat dalam susu bubuk berupa protein, glukosida, lipid, garam-garam mineral, dan vitamin. Kandungan gizi ini dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pertambahan jumlah sel anak-anak dan mamalia muda lainnya. Dikarenakan kandungan gizi yang lengkap, mikroorganisme juga menggunakan susu sebagai bahan yang ideal untuk pertumbuhannya Buckle et al. 1987. Menurut Sudarwanto dan Lukman 1993, komposisi kandungan gizi dari berbagai jenis susu bubuk dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kandungan gizi beberapa jenis susu bubuk Jenis Susu Bubuk Air Protein Lemak Laktosa Mineral Susu Bubuk Full Cream 3.5 25.2 26.2 38.1 7.0 Susu Bubuk Skim 4.3 35.0 0.97 51.9 7.8 Susu Bubuk Krim 4.0 21.5 40.0 29.5 5 Susu Bubuk Whey 7.1 12.0 1.2 71.5 8.2 Susu Bubuk Buttermilk 3.1 33.4 2.28 54.7 6.5 Proses pembuatan susu bubuk melalui tahap pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan bertujuan untuk menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45 –50. Pemanasan pendahuluan menggunakan temperatur antara 65 –170°C, tergantung jenis susu bubuk yang akan dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah dibanding susu bubuk skim. Setelah pemanasan dengan hasil susu kental, susu kemudian dikeringan. Tipe pengeringan ada dua macam, yaitu pengeringan tipe silindris drum dryer dan tipe semprotan spray dryer Suharyanto 2009. Gambar 1. Diagram pembuatan susu bubuk dengan metode Spray Drying Sumber : www.malvern.com Pada pengeringan dengan tipe silindris, alat yang digunakan adalah dua silindris yang tertutup dan di dalamnya dialiri uap panas 90 –150 o C. Kedua silindris ini dalam posisi sejajar dan berdekatan yang saling berputar. Susu yang sudah melalui proses pemanasan pendahuluan susu kental dialirkan pada permukaan silindris dan kemudian susu akan mengering di permukaan silindris. Susu yang kering kemudian dibersihkandikelupas dengan pisau. Lamanya pengeringan ini adalah 6 –30 detik. Bubuk yang diperoleh pada cara ini bersifat kasar tetapi tidak banyak kehilangan daya larutnya Suharyanto 2009. Pengeringan tipe semprotan, bekerja dengan menyemprotkan susu yang sudah diperlakukan pemanasan pendahuluan ke dalam suatu ruang yang panas dengan menggunakan alat yang disebut nozzel. Di dalam ruang panas ini susu akan mengering. Suhu pengeringan yang digunakan adalah 538 –650 o C dan tekanan untuk menyemprotkan sebesar 25psi. Hasil bubuk yang diperoleh lebih halus tetapi lebih banyak kehilangan daya larutnya Suharyanto 2009. Menurut Oliveira et al. 2000 proses pembuatan susu bubuk melalui beberapa tahap yaitu : a. Perlakuan pasteurisasi dengan suhu 90 o C selama 8 detik atau 108 o C selama 2 detik. b. Penguapan air dengan perlakuan pemanasan akan menghasilkan 48 padatan. c. Proses penyemprotan kering spray drying, susu disemprot dengan udara kering melalui lubang pada suhu 270 o C. Menurut SNI nomor 1-2970-2006 susu bubuk adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah dipasteurisasi dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak, dan tanpa lemak. Susu bubuk berlemak merupakan susu bubuk yang pada saat proses pembuatannya tidak mengambil atau mengurangi kadar lemak susu tersebut. Susu bubuk kurang lemak merupakan susu bubuk yang telah dikurangi sebagian lemaknya pada saat proses produksi, sedangkan susu bubuk bebas lemak adalah susu bubuk yang telah diambil lemaknya pada saat proses produksi SNI No. 1- 2970-2006. Komposisi susu bubuk terdiri dari bahan baku utama dan bahan tambahan pangan. Bahan baku utama susu bubuk adalah susu segar atau susu rekombinasi, yaitu susu yang diperoleh dengan cara melarutkan kembali susu bubuk dengan air dan atau dicampur susu segar. Bahan tambahan pangan adalah bahan tambahan pangan yang boleh digunakan untuk produksi susu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Syarat mutu susu bubuk dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Syarat mutu susu bubuk No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Susu bubuk berlemak Susu bubuk kurang lemak Susu bubuk bebas lemak

1. Keadaan

Dokumen yang terkait

Pengelolaan dan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Es Campur yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Pasar Minggu Belakang Pondok Kecamatan Gading Cempaka Bengkulu

4 100 80

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Sop Buah Yang Dijual Di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

10 96 104

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Susu Sapi Segar dan Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2015

1 21 107

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Gen Azoreductase dalam Produk Susu Berwarna Red 40.

0 3 33

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA.

0 4 14

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI DARI BEBERAPA PENJUAL SUSU KEDELAI DI KOTA SURAKARTA.

0 3 15

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI BERMEREK Uji Bakteri Escherichia Coli Pada Minuman Susu Kedelai Bermerek dan Tanpa Merek di Kota Surakarta.

0 2 17

UJI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN SUSU KEDELAI BERMEREK Uji Bakteri Escherichia Coli Pada Minuman Susu Kedelai Bermerek dan Tanpa Merek di Kota Surakarta.

0 1 20

Antimikroba Produk Bakteriosin Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi Air Susu Sapi Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli - Ubaya Repository

0 0 1