28 terutama adalah persoalan posisi sosial, sementara bagi manusia modern ini
adalah suatu proyek reflektif reflextife project yaitu proses dimana identitas diri dibangun oleh penataan reflektif narasi diri”. Seperti pendapat Giddens dalam
Chris Barker,2004: 1 71 bahwa ”Identitas diri terbangun dari kemampuan untuk
melanggengkan narasi tentang diri, sehingga membangun suatu perasaan terus menerus tentang adanya kontinuitas biografis”. Dalam hal ini individu berusaha
mengkontruksi suatu narasi identitas dimana „diri‟ membentuk suatu lintasan
perkembangan dari masa lalu sampai masa depan yang dapat diperkirakan. Jadi identitas diri bukan kumpulan sifat-sifat yang dimiliki oleh individu. Identitas
merupakan diri sebagaimana yang dipahami secara reflektif oleh orang dalam konteks biografinya.
Menurut John Turner dalam jurnal James Piecowye bahwa ada tiga tingkatan definisi identitas :
1. supra-order-self compared to others of the same species;
2. intermediate level-social identity based on intergroup comparisons;
and 3.
subordinate level-self is defined as unique Tiga tingkatan definisi identitas memiliki makna. Pertama, Supra order
berarti tingkatan paling atas yang menjelaskan identitas adalah membandingkan individu satu dengan yang lain dari persamaan kelompok atau spesies. Kedua,
Intermediate level adalah tingkatan tengah yang menjelaskan identitas berdasar pada perbandingan dalam kelompok. Ketiga, subordinate level berarti tingkatan
paling bawah yang menjelaskan identitas adalah sesuatu yang unik atau berciri khas.
Dengan demikian dari berbagai penjelasan tentang identitas tersebut, identitas adalah suatu yang dapat dimaknai melalui perbedaan dan persamaan diri
yang terbangun melalui narasi tentang diri sesuai konteks dimana kita berada.
b. Identitas Sosial
Identitas manusia terbentuk melalui narasi tentang diri dalam proses sosial dengan menggunakan materi-materi yang dimiliki bersama secara sosial.
Biasanya proses tersebut dikenal sebagai sosialisasi atau akulturasi. Tanpa sosialisasi kita tidak akan menjadi orang sebagaimana yang kita pahami dalam
kehidupan sehari-hari.
29 Menurut Barker 2004: 172 Identitas sepenuhnya bersifat sosial dan
budaya, alasannya sebagai berikut: 1
Pandangan tentang bagaimana seharusnya menjadi seseorang adalah pertanyaan budaya. Sebagai contoh, Individualisme adalah ciri khas
masyarakat modern. 2
Sumber daya yang membentuk materi bagi proyek identitas yaitu bahasa, produk budaya, dan berkarakter sosial.
Identitas bukan hanya soal deskripsi diri melainkan juga soal label sosial. Seperti pendapat Giddens dalam Barker, 2004: 172 :
Identitas sosial........ dianalogikan dengan hak-hak normatif, kewajiban, sanksi pada kolektifitas tertentu, membentuk peran pemakaian tanda-tanda
yang terstandardisasi, khususnya yang terkait dengan atribut badaniah, umur dan gender, merupakan hal yang fundamental di semua masyarakat,
sekalipun ada begitu banyak variasi lintas budaya yang dapat dicatat.
Menurut Tajfel dalam jurnal James Piecowye bahwa definisi identitas sosial adalah : “social identity
is conceptualized as being connected to the individuals knowledge of belonging to a certain
social group and to the
emotional and evaluative signification that results from this group membership ”.
Identitas sosial berarti bahwa identitas sosial merupakan konsep sebagai sesuatu hal yang menghubungkan pada pengetahuan individu kelompok sosial tertentu
dan pada emosi serta penilaian yang dikibatkan oleh anggota kelompok tersebut. Dari pengertian tersebut identitas sosial menggambarkan individu memiliki posisi
yang khusus dalam masyarakat. Menurut Operario Fiske dalam jurnal Amado M. Padilla and William
Perez bahwa identitas sosial dilihat dari tiga aspek :
“a People are motivated to maintain a positive self-concept, b the self-concept derives largely from group identification,and
c people establish positive social identities by favorably comparing their
in-group against an out- group”
Tiga aspek di atas berarti
pertama, orang-orang termotivasi untuk memelihara konsep diri yang positif. Kedua, konsep diri memperoleh sebagian besar dari
identifikasi kelompok. Ketiga, orang-orang menetapkan identitas sosial positif dengan baik membandingkan in-groupnya terhadap out group. Tiga aspek
tersebut mengandung maksud bahwa identitas sosial mengarah pada proses
30 perbandingan konflik sosial dalam in-group, dan mengarah pada kompetisi atau
persaingan tegas antara kelompok. Struktur variabel seperti kekuasaan, hirarki, dan sumber daya
meningkatkan persaingan dimana in-group merasa lebih baik dibanding out- group.
Jadi pada intinya, identitas sosial dibangun dari kesamaan dan perbedaan
berbagai aspek personal dan sosial, identitas sosial menekankan pada identitas terus menerus diproduksi dan berubah-ubah sehingga identitas sosial bisa
berkembang.
4. Tinjauan Tradisi Ruwatan Anak Rambut Gimbal