Kadar karbohidrat  = 100 - kadar protein + kadar  lemak  +  kadar abu bk
6. Analisis kadar pati metode luff schoorl SNI 01-2892-1992
Sebanyak  0.1  g  sampel  ditambah  20  ml  aquades  dan  5  ml  HCl  25 dalam  erlenmenyer  diinkubasi  pada  waterbath  100
C  selama  2.5  jam. setelah  itu  didinginkan.  indikator  PP  ditambahkan,  lalu  larutan  dinetralkan
dengan  NaOH  45  hingga  berwarna  merah  muda.  Larutan  ditera  hingga 100  ml,  kemudian  disaring.  Sebanyak  5  ml  filtrat  diambil,  ditambah  5  ml
larutan  luff  school  dan  5  ml  aquades.  Larutan  didinginkan  balik  dan dipanaskan  dalam  keadaan  mendidih  selama  10  menit.  Setelah  itu
didinginkan dengan cepat. Larutan ditambah 3 ml KI 20 dan 5 ml H
2
SO
4
26.5,  kemudian  dititrasi  dengan  Na
2
SO
4
0.1  N  hingga  berwarna  kuning kunyit,  kemudian  ditambahkan  indikator  pati  3  tetes.  Titrasi  dilanjutkan
hingga larutan berwarna putih susu. Blanko dibuat tanpa larutan sampel. Kadar  pati  dihitung  berdasarkan  perbandingan  volume  titran  sampel
dengan  blanko.  Tabel  interpolasi  jumlah  glukosa  pada  perhitungan  ini dilampirkan pada Lampiran 2.
7. Analisis amilosa dan amilopektin Apriyantono
et al. 1989
Pengukuran larutan standar amilosa dengan melarutkan 40 mg amilosa murni  ke  dalam  tabung  reaksi  dan  tambahkan  1  ml  etanol  95  dan  9  ml
NaOH 1N. Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit hingga seluruh  bahan  membentuk  gel,  kemudian  didinginkan  dan  dipindahkan  ke
dalam  labu  takar  100  ml,  kemudian  ditambahkan  asam  asetat  1N  masing- masing 0.2 ; 0.4 ; 0.6 ; 0.8 dan 1 ml dan larutan iod 2 ml 0.2 g iod dan 2 g
KI dilarutkan dalam 100 ml akuades. Larutan didiamkan selama 20 menit. Intensitas  warna  biru  yang  terbentuk  diukur  dengan  spektrofotometer  pada
panjang gelombang 625 nm. Plotkan absorbansi pada kurva standar. Pengukuran amilosa sampel dilakukan dengan cara sebanyak 100 mg
sampel pati dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian di tambahkan 1 ml  etanol  95  dan  9  ml  NaOH  1N  dan  dipanaskan  pada  water  bath  99
C selama  10  menit.  Setelah  itu  larutan  dikocok  dan  ditepatkan  sampai  tanda
tera.  Sebanyak  5  ml  larutan  sampel  dipipet  ke  dalam  labu  takar  100  ml, kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod dan ditera
dengan  akuades.  Larutan  didiamkan  selama  20  menit  hingga  terbentuk warna  biru.  Ukur  absorbansi  larutan  pada  panjang  gelombang  620  nm.
Kadar  amilosa  diperoleh  dengan  cara  memplotkan  absorbansi  pada  kurva standar.  Standar  beras  Lusi  dan  Ciherang  digunakan  sebagai  pembanding
untuk menentukan klasifikasi amilosa sampel. Kadar amilopektin diperoleh dengan rumus:
Kadar amilopektin  = kadar pati  – kadar amilosa
8. Persiapan sampel analisis kadar pati resistan Goni
et al. 1996
Sampel bebas lemak sebanyak 50 mg dimasukkan ke tabung sentrifus, kemudian  ditambahkan  5  ml  KCl-HCl  buffer  pH  1.5.  Larutan
dihomogenisasi.  Setelah  itu  ditambahkan  0.1  ml  larutan  pepsin  1  g pepsin10  ml  buffer  KCl-HCl  dan  dihomogenkan.  Larutan  diinkubasi
bergoyang  pada  40 C  selama  60  menit,  kemudian  didinginkan.  Setelah
dingin  larutan  ditambahkan  4.5  ml  buffer  trismaleate  0.1  M  pH  6.0  dan larutan  α-amilase  0.5  ml  40  mg  α-amilaseml  buffer  trismaleate.  Larutan
diaduk rata dan diinkubasi bergoyang pada 37 C selama 16 jam. Setelah itu,
disentrifus  pada  3000g,  15  menit.  Larutan  dicuci  dengan  5  ml  akuades, disentrifuse dan dibuang supernatannya. Sampel pelet pada tabung sentrifus
ditambahkan  1.5  ml  KOH  4M,  dicampur  rata  dan  diinkubasi  pada  suhu ruang  selama  30  menit  dengan  pengadukan  konstan.  Setelah  itu
ditambahkan 2.25 ml HCl 2 M ; 1.5 ml buffer sodium asetat 0.4 M pH 4.75, dan  larutan  amiloglukosidase  50  l  lalu  dicampur  rata  dan  diinkubasi  45
menit pada water bath 60 C dengan pengadukan konstan. Setelah itu larutan
disentrifus  3000g,  15  menit  lalu  diambil  supernatannya  dan  simpan  pada labu  takar.  Residu  dicuci  residu  dengan  3  ml  akuades  dan  disentrifus.
Supernatan  yang  terbentuk  dicampur  dengan  supernatan  yang  telah disimpan  sebelumnya.  Filtrat  tersebut  kemudian  ditera  hingga  10  ml  dan
diuji total gula dengan metode fenol sulfuric acids AOAC, 1990. Uji  stabilitas  panas  kadar  RS  sampel  terhadap  sterilisasi  dilakukan
dengan  melarutkan  50  mg  sampel  dalam  10  ml  akuades,  kemudian
disterilisasi  121 C  selama  20  menit.  Sampel  tersebut  kemudian  disentrifus
3000g,  15  menit.  Residu  yang  terbentuk  kemudian  diperlakukan  sesuai prosedur yang dijelaskan diatas.
9. Analisis total gula metode fenol-sulfuric acids AOAC, 1990