Saran Produksi surfaktan alkil poliglikosida (APG) dan aplikasinya pada sabun cuci tangan cair
Cauwet D, Dubief C, penemu; L’Oreal FR. 8 Oktober 1999. Patent : Cosmetic Composition Containing at Least One Nonionic Surface-Active Agent on The
Alkyl Polyglycoside andor Polyglycerolated Type and at Least One Crosslinked Copolimer of Maleic AnhydriteC. sub 1-C. sub 5 Alkylvinyl
Ether. US5935587.
Djatmiko B, Ketaren S. 1985. Pemurnian Minyak Makan. Bogor: Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Duranton A, Hansenne I, penemu; Eniricerche S.p.A. ; Enichen S.p.A. 10 Juni 2001. Patent : Use pf Alkyl Polyglycosides andor of O-Acylated Derivatives og
Glucose for Treating Hair Loss. US59310065587. Faber RD, penemu; Eniricerche S.p.A. ; Enichen S.p.A. 19 Juli 2002. Patent : Hard
Surface Cleaner Containing Alkyl Polyglycoside. US59319075587. Flider FJ, penemu; Huels Aktiengesellschaft. 30 Mei 2001. Patent : Process for
Bleaching Fatty Alcohol Alkyl Polyglycoside Solutions. US 005420262A. Francois BC, Glenn C, Cole H, penemu; BASF Wyandotte Corporation. 9 April
1998. Patent : Alkyl Polyglycosides in Textile ScourBleach Procesing. US004510306A.
Fuadi AM, Sulistya H. 2008. Pemutihan Pulp dengan Hidrogen Peroksida. J Reaktor 12:123-128.
Gibson MW, Leedy CA, penemu; Henkel Corporation. 8 Agustus 2000. Patent : Method for Making an Alkyl Polyglykoside. US006100391A.
Glaser A. 2004. The Obiquitous Triclosan. J the Sci and Technol 30:23-29. Harris H. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film dari Pati Tapioka untuk
Pengemas Lempuk. J Ilmu-ilmu Pert Indonesia 3:99-106. Hernani. 2007. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri melalui Proses Pemurnian. Bogor:
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Hill K, Rybinski WV, Stoll G. 2000. Alkyl Polyglycosides; Technology, Properties
and Applications. German: Printed in the Federal Republic of Germany. Holmberg K, Jonsson B, Kronberg B, Lindman B. 2003. Surfactants and Polymers
in Aqueous Solution. England: John Wiley Sons, LTD. Indrawanto R. 2008. Optimasi Nisbah Mol Glukosa – Fatty Alkohol C
12
dan Suhu Asetalisasi pada Proses Pembuatan Surfaktan Nonionik Alkil Poliglikosida
APG. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Johannson I dan Svensson M. 2001. Surfactants based on fatty acids and other natural hydrophobes. J Current Opinion in Colloid Interface Sci 6:178-188.
Kamel BS. 1991. Emulsifier. New York: Van Nostrand Reinhoid. Ketaren S. 1996. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Kirk RR, Othmer DF. 1963. Consice Encyclopedia of Chemical Technology.
Baileys’ Industrial Oil and Fat Product. Wiley Interscience: A John Wiley Sons Inc.
Lachut FJ, penemu; Henkel Kommanditgesellschaft Auf Aktien. 27 Februari 1996. Patent : Pesticidal Surfactant Mixtures Comprising Alkyl Polyglycosides and
Alkyl Naphthalene Sulfonates. US004904774A. Lueders H, penemu; Henkel Kommanditgesellschaft Auf Aktien. 11 April 1989.
Patent : Process for Producing Colorless Butyloligoglycosides. US4820814. Matheson KL. 1996. Surfactant Raw Material : Classification, Synthesis and Uses.
In Spitz L. Edl Soap and Detergent : A Theoretical and Practical Review. Champaign, Illinois: AOCS Press.
McCurry PM, Beaulieu JD, penemu; Henkel Corporation. 11 Juli 1995. Patent : Continuous Bleaching of Alkyl Polyglycosides. US005432275A.
McCurry PM, Klein RL, Gibson MW, Beaulieu JD, Varvil JR, penemu; Henkel Corporation. 8 Nopember 1994. Patent : Continuous Bleaching of Alkyl
Polyglycosides. US005362861A. McCurry PM, Pickens CE, penemu; Henkel Kommanditgesellschaft Auf Aktien. 21
Agustus 1990. Patent : Process for Preparation of Alkyl Glycosides. 4 950 743. McCurry PM, Varvil JR, Pickens CE, penemu; Henkel Corporation. 30 April 1996.
Patent : Process for Making Alkyl Polyglycosides. US005512666A. Miller BM, Whistler R. 2009. Starch Chemistry and Technology. New York:
Academic Press is an Imprint of Elsevier. Moechtar. 1989. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Dispersi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Myers D. 2006. Surfactant Science and Technology. Third Edition. Canada: Wiley
Interscience. Onggo H, Astuti JT. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida
terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nenas. J Ilmu Teknol Kayu Tropis
3:37-43.
Paul L, George R, Theodore R, penemu; Henkel Kommanditgesellschaft Auf Aktien. 29 April 2003. Patent : Liquid Foaming Soap Compositions.
US006555508A. Perdana FK dan Hakim I. 2001. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda
Q sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. J Pengol Hasil Pertanian
11:77-82. Putri KSS. 2010. Optimasi Nisbah Mol Pati-Butanol dan Nisbah Mol Pati Fatty
Alcohol C
10
pada Proses Pembuatan Surfaktan Nonionik Alkil Poliglikosida
APG. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rosen MJ. 2004. Surfactans and Interfacial Phenomena. Third Edition. New York: Wiley Interscience.
Rusmawati WMW, Dzulkefly K, Lim WH, Hamdan S. 2002. Emulsions Preperties of Mixed Tween 20-Span 20 in Non-Aqueous System. J Sci and Technol
10:153-160. Rybinnski WV, Guckenbiehl B, Tesmann H. 1998. Influence of Co-Surfactants on
Microemulsions With Alkyl Polyglycosides. J Physicochem and Eng Aspecs 142:333-342.
Schick MJ. 1987. Nonionic Surfactants Physical Chemistry. New York: Marcel Dekker.
Schmitt TM. 1993. Analysis of Surfactants. New York: Marcel Dekker. Shahidi F. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume ke-4. Edible Oil
and Fat Products : Products and Applications. Canada: A John Wiley Sons, Inc.
Showell MS. 2006. Handbook of Detergent. France: CRC Press. Sofianingsih N, Nurcahyani N. 2006. Esterifikasi Asam Oleat dengan Sorbitol
Menggunakan H
2
SO
4
Sebagai Katalisator Melalui Distilasi Reaktif. Jakarta: Pusat Penelitian Kimia. LIPI.
Somasundaran P, Rhein LD, Schlossman M, O’ Lenick A. 2007. Surfactants for Nail Care. Surfactan in Personal Care Products and Decorative Cosmetics.
Third Editions. New York: CRC Press. Straathof AJJ, Vrolijk JM, Bekkum HV, Kiebom APG. 1988. Kinetics and
Mechanism of The Acid-Catalysed Butanolysis of 1,6-Anhydro- β-D-
Glucopyranose. J Carbohydr Res 184:163-169.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah
Mada. Sukkary MMAE, Syed NA, Aiad I, Azab WIME. 2007. Synthesis and
Characterization of Some Alkyl Polyglycosides Surfactants. J Surfactant Deterg
11:129-137. Sulek MW dan Wasilewski T. 2006. Tribological properties of aqueous solutions of
alkyl polyglucosides. J Wear 260:193-204. Suryani A, Sailah I, Hambali E. 2002. Teknologi Emulsi. Bogor: Teknologi Industri
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suryani A. 2007. Karakterisasi dan Aplikasi Alkil Poliglikosida APG Berbasis
Fatty Alcohol Minyak Kelapa dan Pati Sagu sebagai Surfaktan dalam
Formulasi Herbisida. Bogor: Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tesmann H, Guchenbiehl B, Rybinski WV. 1996. Influence of Co-Surfactants on Microemulsions With Alkyl Polyglycosides. Colloid and Surface A
Physiochemical and Engineering. New York: Aspecs. Trijaya NO. 2007. Kebijakan dan Program Pengembangan Agroindustri Ubi Kayu. J
Pengol Hasil Pert 3:37-46.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : Gramedia. White JM, Kinsman DV, penemu; Goldwell. 25 April 1999. Patens : Transparent
Soap Bars Containing Alkyl Polyglycosides. US005409628A. Wibisono A dan Budiono. Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Dasar Alkil Benzen
Sulfonat. Didalam: Kumpulan Makalah. Seminar Mahasiswa Kimia Tekstil. Bandung; 9 Maret 2004. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Hlm 4-
9.
Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia. Wuest W, Eskuchen R, Wollmann J, Hill K, Bierman M, penemu; Henkel
Kommanditgesellschaft Auf Aktien. 11 Agustus 1992. Patens : Process for Preparing Alkyl Glucosides Coumpounds from Oligo-and or Polysacharides.
US005138046A.
Wuryaningsih SR. 2007. LIPI Manfaatkan Sawit sebagai Pengganti Petrokimia. Jakarta: Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Lampiran 1 Prosedur analisis bahan baku surfaktan APG
Analisis kadar air Sudarmadji et al. 2003
Pati sebanyak 1 - 2 g ditimbang dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya, kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 100 – 105
Perhitungan kadar air pada bahan dilakukan dengan menggunakan rumus : C selama 3-5
jam. Kemudian botol timbang yang berisi bahan didinginkan ke desikator dan ditimbang kembali. Bahan kemudian dipanaskan kembali dalam oven selama 30
menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat konstan dari bahan, dimana selisih penimbangan bahan
secara berturut-turut kurang dari 0.2 mg.
Lampiran 2 Prosedur sintesis surfaktan APG
1 Tahap Butanolisis
Tahap ini mereaksikan pati, butanol, air serta katalis asam p-toluena sulfonat PTSA dengan perbandingan ratio mol pati:butanol:air:katalis PTSA adalah
1:8.5:8:0.018. Proses butanolisis dilakukan pada suhu 140-150 C dengan
tekanan 4.5-7 bar selama 30 menit. Tahap butanolisis dilakukan pada reaktor double jacket
dengan kapasitas 1 l yang dilengkapi dengan termostat, agitator dan pengaduk. Hasil yang diperoleh berupa larutan butil glikosida.
2 Tahap Transasetalisasi
Pada tahap transasetalisasi mereaksikan hasil dari proses butanolisis yang berupa larutan butil glikosida dengan jenis alkohol lemak yang berbeda, yaitu
C
10
dan C
12
. Ratio mol pati dengan alkohol lemak adalah 1:4.7. Proses transasetalisasi dilakukan pada suhu 110-120
C dengan tekanan vakum dan selama 2 jam. K
atalis asam pada proses transasetalisasi juga menggunakan PTSA sebanyak 0.009 molmol pati Pada proses ini, dilakukan pada reaktor
double jacket dengan kapasitas 1 l yang dilengkapi dengan termostat, agitator
dan perngaduk. Pada tahap ini butanol dan air akan teruapkan melalui kondensor dan ditampung dalam separator. Pemakaian katalis pada proses
transasetalisasi akan menghasilkan endapan yang berupa pasta, untuk itu perlu dilakukan penyaringan sebelum dilanjutkan ke tahap pemurnian yang terdiri atas
netralisasi, distilasi, pelarutan dan pemurnian.
3 Tahap Pemurnian Proses Netralisasi
Setelah tahap transasetalisasi dilanjutkan ketahap pemurnian yang diawali dengan proses netralisasi. Produk dari tahap transasetalisasi yang berupa docil
glikosida dan dodecil glikosida masih bersifat asam, untuk itu perlu dilakukan penambahan NaOH 50 untuk mencapai pH 8-9.
Proses Distilasi
Setelah proses netralisasi dilakukan proses distilasi, yang bertujuan untuk menghilangkan alkohol lemak yang tidak ikut bereaksi selama proses
transasetalisasi. Proses ini memerlukan suhu tinggi dan tekanan yang rendah, agar alkohol lemak yang tidak ikut bereaksi teruapkan. Proses terjadi pada
suhu 140-160
Produk APG yang beredar dipasaran berwarna bening dengan bau yang enak, oleh sebab itu perlu dilakukan tahap pemurnian selanjutnya yaitu proses
pelarutan dan proses pemurnian untuk memperoleh surfaktan APG yang sesuai beredar dipasaran.
C dengan tekanan vakum selama 2 jam. Hasil akhir dari proses distilasi akan diperoleh produk surfaktan APG kasar yang berbentuk pasta
berwarna coklat kehitaman dan bau yang kurang enak.
Proses Pelarutan
Pelarutan merupakan tahapan pengenceran APG kasar yang diperoleh setelah proses distilasi. Pelarutan dilakukan dengan penambahan air, dimana air yang
digunakan untuk pengenceran sebaiknya dengan suhu sekitar 60-80 C serta
dengan perbandingan mol 1:1 dari berat APG kasar .
Proses Pemucatan Bleaching
Proses pemucatan merupakan suatu tahapan pemurnian surfaktan APG, yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna dan bau yang tidak diinginkan.
Proses pemucatan Bleaching merupakan tahap akhir dari proses sintesis surfaktan APG. Proses pemucatan ini dilakukan dengan menambahkan larutan
H
2
O
2
dan logam alkali pada suhu 80-90 C selama 40-60 menit pada tekanan
normal. McCurry et al. 1994 menyatakan proses pemucatan dapat dilakukan dengan penambahan logam alkali seperti natrium hidroksida NaOH
dan magnesium oksida MgO dengan konsentrasi sebanyak 500-700 ppm. Penggunaan bahan aktivator NaOH dan MgO serta penambahan H
2
O
2
akan menghasilkan warna yang lebih jernih. Konsentrasi H
2
O
2
adalah 35 bv sebanyak 2 dari hasil pelarutan APG kasar bb.
Lampiran 3 Prosedur analisis surfaktan APG
1 Rendemen bb
Rendemen dari APG yang dihasilkan, dapat dihitung berdasarkan bobot APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang
digunakan. Perhitungan rendemen dilakukan dengan menggunakan rumus :
2 Stabilitas emulsi ASTM D-1436. 2000
Stabilitas emulsi diukur antara air dan xilena, dimana xilena dan air dicampur dengan perbandingan 6:4. Campuran ini digojlog selama 5 menit
dengan menggunakan vortex mixer. Pemisahan emulsi antara xilena dan air, diukur berdasarkan lamanya pemisahan antar fasa sebelum dan setelah
ditambahkan surfaktan dibandingkan dengan nilainya. Penetapan stabilitas emulsi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara
pengukuran berdasarkan pemisahan asumsi bahwa sistem emulsi yang sempurna bernilai 100. Pengukuran stabilitas emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus :
3 Tegangan permukaan ASTM D-1331. 2000
Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan menggunakan metode Du Nouy
. Peralatan dan wadah sampel yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan dengan larutan asam sulfat-kromat dan dibilas dengan aquades, lalu
dikeringkan. Cincin platinum yang digunakan pada alat tensiometer dan mempunyai mean circum referense = 5.945.
Posisi alat diatur agar horizontal dengan water pass dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari dan
panas. Larutan surfaktan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diletakkan di atas dudukan tensiometer. Suhu cairan di ukur dan dicatat, selanjutnya cincin
platinum dicelupkan ke dalam sampel tersebut lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin. Skala vernier tensiometer diatur pada posisi nol
dan jarum penunjuk harus berada pada posisi terhimpit dengan garis pada kaca, selanjutnya kawat torsi diputar perlahan-lahan sampai film cairan tepat putus.
Pada saat film cairan tepat putus, skala di baca dan dicatat sebagai nilai tegangan permukaan.
4 Tegangan antarmuka ASTM D-1331, 2000
Pengukuran tegangan antarmuka dilakukan dengan menggunakan metode Du Nouy
. Prosedur kerja dari metode ini hampir sama dengan pengukuran tegangan permukaan. Tegangan antarmuka menggunakan dua cairan yang berbeda tingkat
kepolarannya, yaitu larutan surfaktan dengan ragam konsentrasi dan xilena 1:1. Larutan surfaktan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam wadah sampel,
kemudian dicelupkan cincin platinum ke dalamnya lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin. Setelah itu, secara hati-hati larutan xilena
ditambahkan di atas larutan surfaktan sehingga sistem terdiri atas dua lapisan. Kontak antara cincin dan larutan xilena sebelum pengukuran harus dihindari.
Setelah tegangan antarmuka mencapai keseimbangan yaitu benar-benar terbentuk dua lapisan terpisah yang sangat jelas, pengukuran selanjutnya
dilakukan dengan cara yang sama pada pengukuran tegangan permukaan.
5 Nilai HLB Hydrophilic Lipophilic Balance
Penentuan nilai HLB dilakukan untuk mengetahui kesesuaian APG sebagai bahan pengemulsi. HLB dari surfaktan APG ditentukan menggunakan metode
titrimetri, dimana aquadest sebagai titran dan larutan APG yang digunakan sebanyak 1 g dalam 25 ml campuran piridina dan benzena 95:5 vv sebagai
titrat. Titik akhir titrasi dicapai pada saat kekeruhan permanen, karena pada saat kekeruhan permanen larutan telah jenuh dan molekul APG sudah tidak dapat
berikatan dengan molekul air maupun piridina dan benzen. Perhitungan nilai HLB dengan mencari persamaan linier dari jenis surfaktan
yang telah diketahui nilainya. Holmbert et al. 2003 menyatakan bahwa nilai HLB dari Tween 80 = 15.0, Span 20 = 8.6 dan asam oleat pa = 1, digunakan
untuk menentukan sifat kelarutan surfaktan APG di dalam air dan menentukan aplikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB yang dimiliki surfaktan APG.
Tabel Pengaruh nilai HLB pada kelarutan surfaktan dalam air. Kelarutan dalam air
Nilai HLB Aplikasi
Tidak mampu terdispersi dalam air 2
4 6
8 10
12 14
16 18
Pengemulsi wo
Kemampuan mendispersi kurang baik Dispersi seperti susu; tidak stabil
Wetting agent Dispersi seperti susu;stabil
Tembus cahaya untuk larutan jernih Detergent
Pengemulsi ow
Solubilizer Larutan jernih
Sumber: Adamson 1982
Lampiran 4 Prosedur pembuatan sabun cuci tangan cair
Prosedur pembuatan sabun cuci tangan cair
Surfaktan APG hasil sintesis terbaik sebanyak 35 dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml dan panaskan pada suhu 65
C dengan kecepatan pengadukan 450 rpm. Kemudian ditambahkan polisorbat 20 sebanyak 10 dan triklosan sebanyak
0.2 yang juga telah dipanaskan pada suhu 65 C pada gelas piala 500 ml lainnya
dengan kecepatan pengadukan 450 rpm. Kedua bahan dicampurkan pada gelas piala 500 ml lainnya, dan suhu diturunkan hingga mencapai 50
C dengan kecepatan pengadukan 450 rpm. Kemudian ditambahkan air sebanyak 53.8 dan pewangi 1
dan pengadukan tetap dilakukan. Campuran didinginkan dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah disterilkan.
Lampiran 5 Prosedur analisis sabun cuci tangan cair
1 Nilai pH AOAC 1994
Alat pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH. Elektroda yang sebelumnya telah dibersihkan dengan aquadest kemudian dicelupkan ke dalam
contoh yang akan diperiksa. Catat nilai pH yang tertera pada skala pH meter.
Daya bersih AOAC 1996
Daya bersih merupakan karakteristik sabun cuci tangan cair yang menunjukkan kemampuan sabun cuci tangan cair dalam mengangkat kotoran.
Daya bersih biasanya disebut dengan daya detergensi. Pengukuran daya bersih diukur dengan FTU Turbidimeter, yang mengukur kekeruhan suatu larutan.
Larutan yang terdiri dari air dan sabun cuci tangan cair, diukur terlebih dahulu kekeruhannya. Kemudian kain yang telah diolesi dengan margarin, dimasukkan
kedalam larutan dan dibiarkan selama 10 menit. Kain yang telah diolesi dengan margarin, diibaratkan sebagai kotoran yang
harus dibersihkan. Larutan yang telah tercampur dengan lemak, diukur lagi kekeruhannya. Selisih tingkat kekeruhan awal dan akhir dinyatakan sebagai
daya bersih, sedangkan kekeruhan diasumsikan sebagai kotoran yang telah diangkat oleh sabun cuci tangan cair tersebut.
Bobot jenis Sudarmadji et al. 2003
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya A. Piknometer diisi dengan air dan direndam dalam air dingin
dengan suhu 25 C, kemudian piknometer diangkat dan didiamkan hingga
mencapai suhu kamar yang selanjutnya ditimbang dan dicatat beratnya B. Perlakuan yang sama dilakukan, dimana piknometer diisi dengan bahan APG
dan dicatat hasil penimbangannya C. Bobot jenis APG dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Uji cemaran mikroba Apriyantono et al. 1989
Homogenis sampel dilakukan dengan memipet 25 ml larutan sampel, kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer 300 ml yang telah berisi 225 ml
larutan pengencer garam fisiologis sehingga diperoleh pengenceran 1:10. Sampel dikocok, kemudian dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan.
Sebanyak 1 ml dari masing-masing pengenceran dipipet kedalam cawan petri yang telah di sterilkan secara duplo. Media PCA yang telah dicairkan dengan
suhu 45 C dituangkan sebanyak 12-15 ml kedalam cawan petri, kemudian
cawan digojog. Cawan petri kemudian dimasukkan kedalam inkubator dan diinkubasikan pada suhu 53
C selama 24-48 jam. Pertumbuhan koloni dihitung, dengan cara dalam 1 ml sampel dihitung dengan mengalikannya dengan rata-
rata koloni pada cawan petri. Hasil pengalian dikalikan kembali dengan faktor pengenceran yang dilakukan.
Uji organoleptik
Pada pengujian ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan tentang tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk sabun cuci tangan cair
yang dihasilkan. Panelis diminta menilai aroma, kesan setelah pemakaian sabun cuci tangan cair, banyaknya busa, kekentalan serta warna kemudian
dibandingkan dengan sabun cuci tangan cair komersial. Pengujian organoleptik ini melibatkan 33 panelis semi terlatih, dengan tujuh tingkatan skala
organoleptik yaitu 1 sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 agak tidak suka, 4 netral, 5 agak suka, 6 suka dan 7 sangat suka. Data yang diperoleh pada uji
organoleptik, kemudian dianalisis dengan uji non parametrik Walpole 1993. Tingkatan skala uji organoleptik
Angka Keterangan
1 Sangat tidak suka
2 Tidak suka
3 Agak tidak suka
4 Netral
5 Agak suka
6 Suka
7 Sangat suka
Lampiran 6 Perhitungan neraca massa sintesis surfaktan APG Pati,butanol,air,katalis
40.50, 157.25, 32.84, 0.84 g Alkohol lemak, katalis
Butanol, Air, endapan = 218.97 g
= 199.35 g NaOH 50
= 1.08 g Alkohol lemak, air
= 230.74 g Air = 21.39 g
Logam alkali, H
2
O
2
= 3.17 g 38.29 g
Kondisi proses :
Pati : butanol : air : katalis = 1 : 8.5 : 8 : 0.018 mol
Pati : alkohol lemak : katalis
= 1 : 4.7 : 0.009 mol Logam alkali NaOH , MgO
= 500 , 700 ppm
Diketahui :
Berat Molekul Pati = 162
Berat Molekul Butanol = 74
Berat Molekul Air = 18
Berat Molekul PTSA = 190.20
Berat Molekul Dekanol = 158
Berat Molekul Dodekanol = 186
Butanolisis
Transasetalisasi
Netralisasi
Distilasi
Pelarutan
Pemucatan
APG