PERUBAHAN KONSENTRASI LARUTAN DAN BILANGAN REYNOLDS

23 50 52 54 56 58 60 62 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 K o n sen tr asi Lar u tan o B x Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan Tinggi

C. PERUBAHAN KONSENTRASI LARUTAN DAN BILANGAN REYNOLDS

Pengadukan dalam proses dehidrasi osmotik sangat diperlukan untuk mempercepat perpindahan panas dan massa yang terjadi di dalam dehydrator, sehingga panas yang akan diterima setiap sampel akan lebih merata. Saat pengadukan larutan terjadi proses pencampuran dimana menyebabkan tersebarnya secara acak suatu larutan yang terpisah dalam dua fasa atau lebih. Kecepatan pengadukan saat proses dehidrasi osmotik berpengaruh terhadap kecepatan penurunan konsentrasi larutan dalam waktu tertentu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15, pada suhu yang sama penurunan konsentrasi larutan menunjukkan perbedaan pada setiap perlakuan kecepatan pengadukan rendah 100 rpm, sedang 300 rpm dan tinggi 500rpm. Pada Gambar 15 dengan perlakuan suhu perendaman 30 o C, menunjukkan bahwa saat menit ke-60 untuk kecepatan pengadukan rendah penurunan konsentrasi larutan lebih lambat yaitu sebesar 57,60 o Bx, sedangkan untuk kecepatan pengadukan sedang sebesar 57,07 o Bx dan kecepatan pengadukan tinggi sebesar 56,87 o Bx yang lebih cepat penurunan konsentrasi larutannya selama proses dehidrasi osmotik. Gambar 15. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu pada suhu 30 o C Untuk Gambar 16 dengan perlakuan suhu 40 o C menghasilkan penurunan konsentrasi larutan yang berbeda juga. Pada menit ke 60 kecepatan pengadukan rendah menunjukkan nilai konsentrasi larutan sebesar 57,20 o Bx, kecepatan pengadukan sedang sebesar 56,87 o Bx dan kecepatan pengadukan tinggi sebesar 56,53 o Bx. Sedangkan untuk Gambar 17 dengan perlakuan suhu 50 o C menunjukkan bahwa dengan kecepatan pengadukan tinggi menghasilkan konsentrasi larutan sebesar 56,93 o Bx, kecepatan pengadukan sedang sebesar 56,67 o Bx dan kecepatan pengadukan tinggi sebesar 55,93 o Bx. 24 50 52 54 56 58 60 62 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 K o n sen tr asi Lar u tan o B x Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan tinggi 50 52 54 56 58 60 62 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 K o n sen tr asi Lar u tan o B x Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan tinggi Gambar 16. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu pada suhu 40 o C Gambar 17. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu pada suhu 50 o C Dari ketiga grafik tersebut, penurunan konsentrasi larutan saat menit awal menit 0-30 masih terlihat konstan akan tetapi pada menit berikutnya penurunan konsentrasi larutan cukup cepat. Hal ini diakibatkan karena saat awal proses dehidrasi osmotik, air dari dalam sampel masih belum berdifusi secara merata ke larutan osmotik pada setiap perlakuan kecepatan pengadukan rendah, sedang dan tinggi. Akan tetapi pada menit akhir menit ke 420-480 penurunan konsentrasi larutan osmotik kembali ke kondisi konstan kembali. Hal ini dikarenakan kondisi larutan osmotik yang sudah jenuh, dimana air dari sampel sudah tidak mampu berdifusi kembali ke larutan osmotik. 25 48 50 52 54 56 58 60 62 100 200 300 400 500 K o n sen tr asi Lar u tan B x Waktu menit Suhu 30 Suhu 40 Suhu 50 48 50 52 54 56 58 60 62 100 200 300 400 500 K o n sen tr asi Lar u tan B x Waktu menit Suhu 30 Suhu 40 Suhu 50 Gambar 18. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu dengan perlakuan suhu pada kecepatan pengadukan tinggi 100 rpm Gambar 19. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu dengan perlakuan suhu pada kecepatan pengadukan tinggi 300 rpm Kecepatan penurunan konsentrasi larutan juga dipengaruhi oleh kondisi suhu larutan. Kenaikan suhu larutan akan meningkatkan pindah panas dari larutan ke permukaan dan pusat sampel. Perpindahan panas ini meningkatkan pergerakan molekul air pada sampel dan dari permukaan sampel ke larutan gula. Meningkatnya pergerakan molekul air akan mempercepat perubahan viskositas larutan menjadi lebih rendah. Gambar 18 menunjukkan penurunan konsentrasi larutan dengan suhu 30 o C, 40 o C dan 50 o C tidak berbeda secara signifikan. Suhu 50 o C menunjukkan pada menit ke 300 sampai 420 mengalami penurunan konsentrasi larutan yang lebih cepat meskipun pada menit ke 480 26 tidak mengalami penurunan konsentrasi larutan lagi, dibandingkan dengan suhu 30 o C dan suhu 40 o C yang mengalami penurunan lebih lambat. Rata-rata kecepatan putaran pada suhu 30 o C 15.48 rps dan 40 o C 15.57 rps dan suhu 50 o C 15.51 rps. Gambar 19 menunjukkan bahwa pada suhu 50 o C mengalami penurunan konsentrasi larutan yang lebih cepat dan semakin menurun dari menit ke-180 sampai menit ke 480. Rata-rata kecepatan putaran pada suhu 30 o C 31.75 rps, suhu 40 o C 31.80 rps dan suhu 50 o C 31.71 rps. Gambar 20. Grafik penurunan konsentrasi larutan osmotik terhadap waktu dengan perlakuan suhu pada kecepatan pengadukan tinggi 500 rpm Gambar 20 menunjukkan penurunan konsentrasi larutan dengan suhu 30 o C lebih lambat dibandingkan suhu 50 o C pada kecepatan pengadukan yang sama, meskipun penurunan konsentrasi larutan suhu 30 o C tidak berbeda secara signifikan terhadap suhu 40 o C. Penurunan konsentrasi larutan pada suhu 50 o C menjadi lebih cepat mulai terlihat dari menit ke 45 sampai menit ke 480. Kondisi ini menghasilkan nilai rata-rata kecepatan putaran pada suhu 30 o C 52.6 rps dan 40 o C 52.44 rps relatif sama apabila dibandingkan dengan suhu 50 o C 51.94 rps yang memiliki kecepatan putaran lebih kecil. Meskipun dengan kecepatan pengadukan yang tinggi akan mempercepat proses laju transfer massa air dari larutan osmotik ke permukaan sampel, akan tetapi dengan kecepatan pengadukan yang tinggi akan menyebabkan sturktur padatan buah mengalami kerusakan atau pecah yang akan mempengaruhi nilai WL dan SG Soetjipto Reynaldy et al. 2005. Penurunan konsentrasi larutan osmotik ini dipengaruhi karena meningkatnya tingkat kehilangan air water loss yang terjadi pada sampel irisan mangga. Selama proses dehidrasi osmotik, air dari dalam sampel irisan mangga berdifusi ke larutan osmotik yang menyebabkan viskositas larutan osmotik menjadi semakin berkurang, sehingga konsentrasi larutan osmotik menjadi rendah. Saat pengadukan larutan osmotik terbentuk suatu aliran fluida, karena adanya gerakan tertentu dapat menimbulkan reduksi gerakan pada sampel ataupun larutan di dalam panci dehydrator. Gerakan hasil reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi yang dapat menimbulkan terjadinya pencampuran. Jenis aliran fluida terdiri dari aliran laminer dan aliran turbulen. Untuk mengetahui pola aliran 48 50 52 54 56 58 60 62 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 K o n sen tr asi Lar u tan B x Waktu menit Suhu 30 Suhu 40 Suhu 50 27 20000 40000 60000 80000 100000 120000 100 200 300 400 500 B il an g an R e y n o ld s Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan tinggi pengadukan yang terjadi pada saat proses dehidrasi osmotik, maka dapat dihitung besarnya menggunakan bilangan Reynolds dengan parameter-parameter yang diketahui besarnya. Dari Gambar 21 meunujukkan saat menit ke-0 merupakan bilangan Reynolds terkecil. Dengan viskosistas larutan sebesar 0.028 kgms dan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 61 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds untuk kecepatan pengadukan rendah 143 rpm sebesar 5061, kecepatan pengadukan sedang 290 rpm sebesar 10263 dan kecepatan pengadukan tinggi 488 rpm sebesar 17271. Untuk bilangan Reynolds terbesar pada menit ke-480, saat kecepatan pengadukan rendah 153 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.47 o Bx dan viskositas larutan sebesar 0.01 kgms menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 14097. Kecepatan pengadukan sedang 315 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.20 o Bx dan viskositas larutan 0.01 kgms menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 29023. Kecepatan pengadukan tinggi 517 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.13 o Bx dan viskositas larutan sebesar 0.009 kgms menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 52006. Gambar 21. Grafik hubungan bilangan Reynolds terhadap waktu pada suhu 30 o C Gambar 22. Grafik hubungan bilangan Reynolds terhadap waktu pada suhu 40 o C 20000 40000 60000 80000 100000 120000 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 B il an g an R e y n o ld Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan tinggi 28 Pada Gambar 22 bilangan Reynolds terkecil terjadi saat menit ke-0, viskositas larutan sebesar 0.018 kgms dan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 61 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds untuk kecepatan pengadukan rendah 143 rpm sebesar 7696, kecepatan pengadukan sedang 295 rpm sebesar 15877 dan kecepatan pengadukan tinggi 485 rpm sebesar 25624. Sedangkan untuk bilangan Reynolds terbesar pada menit ke-480, viskositas sebesar 0.07 kgms untuk kecepatan pengadukan rendah 156 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.07 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 20229. Kecepatan pengadukan sedang 318 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.07 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 41235. Kecepatan pengadukan tinggi 517 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 52.07 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 67558. Gambar 23. Grafik hubungan bilangan Reynolds terhadap waktu pada suhu 50 o C Gambar 23 menunjukkan saat menit ke-0 merupakan bilangan Reynolds terkecil, viskositas larutan sebesar 0.013 kgms dan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 61 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds untuk kecepatan pengadukan rendah 140 rpm sebesar 10788, kecepatan pengadukan sedang 293 rpm sebesar 22578 dan kecepatan pengadukan tinggi 480 rpm sebesar 36989. Untuk bilangan Reynolds terbesar pada menit ke-480, memiliki viskositas yang sama untuk ketiga kecepatan pengadukan yaitu sebesar 0.005 kgms. Kecepatan pengadukan rendah 158 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 51.87 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 29586. Kecepatan pengadukan sedang 324 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 51.33 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 60669 dan kecepatan pengadukan tinggi 525 rpm dengan nilai konsentrasi larutan osmotik sebesar 50.93 o Bx menghasilkan bilangan Reynolds sebesar 105698. Dari data tersebut proses dehidrasi osmotik pada irisan mangga memiliki pola aliran yang dihasilkan saat pengadukan larutan osmotik adalah aliran turbulen. Aliran turbulen adalah aliran yang bersifat bergejolak Ofeser 1998. Aliran turbulen ini terjadi pada saat kecepatan pengadukan yang besar, sehingga partikel fluida bergerak mengikuti lintasan acak atau sembarang di daerah sekitar panci dehydrator. Pengukuran kecepatan pengadukan pada menit ke-0 dengan menggunakan tachometer dilakukan pada saat putaran pengaduk sudah stabil atau konstan. Hal ini dilakukan agar kondisi larutan osmotik sudah tercampur secara merata terlebih dahulu. Berdasarkan bilangan Reynolds, pola aliran pada larutan osmotik ini menjadi aliran turbulen karena dipengaruhi oleh nilai viskositas atau kekentalan larutan osmotik dan adanya pengaruh suhu 20000 40000 60000 80000 100000 120000 100 200 300 400 500 B il an g an R e y n o ld Waktu menit Kecepatan rendah Kecepatan sedang Kecepatan Tinggi 29 dalam larutan osmotik. Semakin tinggi suhu dalam larutan osmotik, maka viskositas dari larutan akan semakin rendah. Selain itu suhu juga mempengaruhi nilai densitas dari larutan osmotik, semakin tinggi suhu larutan maka kerapatan fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul fluida semakin berkurang. Viskositas yang rendah menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki kekentalan yang rendah, sehingga konsentrasi larutan osmotik akan semakin rendah juga. Bilangan Reynolds juga berpengaruh dengan diameter pengaduk, kecepatan putaran pengaduk dan densitas. Semakin besar nilai ketiga faktor tersebut akan semakin besar pula nilai bilangan Reynolds. Fluida yang memiliki kekentalan dibawah 10 Pa.S, umumnya menghasilkan aliran yang bersifat turbulen, sedangkan fluida yang memiliki kekentalan tinggi atau lebih dari 10 Pa.S menghasilkan aliran yang bersifat laminar. Selain itu satu parameter yang berperan dalam proses pengadukan yaitu posisi sumbu pengaduk. Posisi pengaduk terdiri dari dua jenis, yaitu posisi tengah dan juga posisi incline Ofeser Fajri, 1998. Pada proses pengadukan larutan osmotik ini menggunakan posisi pengaduk tengah agar konsentrasi dari campuran dapat merata. Pada tangki dengan pengaduk yang berputar di tengah terdapat energi sentrifugal yang bekerja pada fluida yang meningkatkan ketinggian fluida pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran atau yang biasa dikenal istilah vortex pusaran, dimana pusaran ini akan bertambah besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran pengaduk. Penggaduk yang digunakan adalah jenis Paddle dengan diameter sebesar 0.085 meter. Jenis ini digunakan pada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki.

D. HUBUNGAN DAYA MOTOR DENGAN KECEPATAN PENGADUKAN