Tingkat Kesehatan bank Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

tertentu, khususnya perkebunan, industri dan pertambangan. Pada tahun 1960, Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman. Masing-masing dari empat bank bergabung telah memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi.

2. Tingkat Kesehatan bank

Kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati- hatian. Bank juga menerapkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang. Bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan Universitas Sumatera Utara sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan, agar pada waktu yang ditetapkan bank dapat menerapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang tepat.

3. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Faktor penilaian tingkat kesehatan bank disebut dengan CAMELS yang terdiri dari capital, asset, management. earning, liquidity,dan sensitivity. Management dan sensitivity tidak masuk dalam penelitian ini karena keterbatasan data atau informasi yang ada pada laporan keuangan perusahaan. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dengan mendownload laporan keuangan dari situs www.idx.co.id. Penilaian management dan sensitivity dari pihak internal bank yang memang sulit diperoleh karena tergolong sensitif atau rahasia. a. Capital Capital untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul. Modal adalah benteng pertahanan bagi bank yang merupakan faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Semua bank diwajibkan memenuhi tingkat kecukupan pemenuhan modal Capital Adequacy Ratio- CAR yang memadai untuk menjaga likuiditasnya. CAR sebagai salah satu indikator kemampuan bank dalam menutup penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang diderita bank. Besar kecilnya CAR ditentukan oleh kemampuan bank menghasilkan laba serta komposisi pengalokasian dana pada aktiva sesuai dengan tingkat risikonya. Bank juga tidak bisa Universitas Sumatera Utara semaunya mengucurkan kredit, apalagi terhadap institusi atau individu yang memiliki afiliasi dengan bank yang bersangkutan. Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, dengan rumus: CAR = ATMR modal total x 100 Ket: total modal = modal inti + modal pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR risiko pasar Modal inti terdiri dari beberapa komponen, yaitu modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi dan pinjaman subordinasi. Sedangkan komponen ATMR terdiri dari kas, tagihan yang dijamin oleh lembaga-lembaga tertentu, kredit yang diberikan, tagihan kepada lembaga-lembaga lain, aktiva tetap dan investasi, dan antarkantor netto. b. Asset Asset bertujuan untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan nilai riil dari asset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi bank. Universitas Sumatera Utara Menurut Rivai 2008:713, Aktiva produktif adalah penanaman dana pada pihak terkait dan pihak tidak terkait, dengan rincian: 1 penempatan pada bank lain, 2 surat-surat berharga kepada pihak ketiga dan Bank Indonesia, 3 efek yang dibeli dengan janji dijual kembali reserve repo, 4 kredit kepada pihak ketiga, 5 penyertaan kepada pihak ketiga, 6 tagihan lain kepada pihak ketiga, 7 komitmen dan kontinjensi kepada pihak ketiga. Penilaian kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibilitasnya dilakukan dengan menghitung rasio NPL dan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan APYD terhadap aktiva produktif. Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bemasalah semakin besar. Rasio NPL dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL = kredit total lancar non kredit x 100 Menurut Rivai 2008:714, “Aktiva Produktif yang diklasifikasikan adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga usaha debitur mengalami kesulitan dalam cash flow yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga dan bahkan angsuran utang pokoknya”. Rasio APYD terhadap aktiva produktif dapat dirumuskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara APYD terhadap AP = produktif aktiva APYD x 100 Sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004, Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut : 1 25 dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus DPK, 2 50 dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar, 3 75 dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, dan 4 100 dari aktiva produktif yang digolongkan macet. c. Management Penilaian kualitas manajemen untuk memastikan dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian terhadap keberhasilan manajemen dapat dilihat dari aplikasi manajemen umum dan manajemen resiko yang diterapkan oleh para manajer suatu bank. Dimana bank yang memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota komisaris yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas karakteristik, kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas karakteristik, kemampuan keuangan dan sasaran bank. Universitas Sumatera Utara d. Earning Penilaian earning rentabilitas adalah penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Rentabilitas digunakan untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari sisi pendapatan riil merupakan indikator terhadap potensi masalah bank. Dalam penelitian ini, perhitungan rentabilitas dilakukan dengan menghitung dua rasio yaitu Return on Asset ROA dan beban operasional terhadap pendapatan operasional BOPO. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan asset. Rasio ROA dirumuskan dengan : ROA = aktiva total rata - rata pajak sebelum laba x 100 Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kredit kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio BOPO dirumuskan dengan : Universitas Sumatera Utara BOPO = l operasiona pendapatan l operasiona biaya x 100 e. Liquidity Likuiditas digunakan untuk memastikan dilaksanakannya manajemen asset dan kewajiban dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup. Penilaain likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Penelitian ini menggunakan rasio LDR. LDR merupakan rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, dengan rumus : LDR = ketiga pihak dana total kredit total x 100 f. Sensitivity Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian terhadap kemampuan modal bank untuk mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen risiko pasar. Universitas Sumatera Utara

B. Analisis Hasil Penelitian 1. PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk.