Bagian Kedua “Siang” Analisis Komposisi Struktur

24 Gambar 3.8. birama 108-124

2. Bagian Kedua “Siang”

Bagian kedua bertempo allegreto yang memiliki bentuk AA’BAB’C, dengan sukat 44 serta menggunakan tonalitas Bes mayor. Bagian kedua ini menceritakan aktivitas suasana siang di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, seperti, aktivitas pulang sekolah, istirahat makan siang, wisatawan yang berlibur di Yogyakarta. Penulis banyak menggunakan pengulangan-pengulangan pada komposisi bagian kedua ini, yaitu pola melodi, leitmotif, dan bentuk lagu. Bagian A dalam komposisi ini menggambarkan suasana siang hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta dimana aktivitas belum begitu ramai, hanya beberapa pengguna jalan dan wisatawan yang melintasi daerah tersebut. Bagian ini digambarkan pada birama 125-158 yang diawali introduksi pada birama 125-132 dengan menggunakan progresi akor I VII IV iii yang dimainkan instrumen gitar dan gitar bas, instrumen drum, saron, demung memainkan aksen-aksen, instrumen piano dan bonang sebagai ketukan. Birama 133-142 instrumen saron dan demung memainkan pola melodi secara bersahutan. 25 Gambar 3.9. birama 125-142 Birama 143-158 dalam bentuk A menggambarkan tema utama dan leitmotif dengan pola melodi yang diulang-ulang, yang dimainkan instrumen piano. Progresi akord yang digunakan I Vi V IV dimainkan instrumen gitar, gitar bas, dan synthesizer. Pada birama ini menggambarkan wisatawan yang sedang menikmati suasana siang di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. 26 Gambar 3.10. birama 143-158 Birama 159-174 merupakan pengulangan dari bentuk A. Pada birama ini instrumen saron dan demung memainkan pola melodi sederhana, instrumen bonang memainkan dengan teknik imbalan Jawa. Gambar 3.11. birama 159-174 27 Bentuk B pada bagian kedua ini terletak pada birama 175-182 yang menggambarkan aktivitas wisatawan, pekerja yang sedang istirahat makan siang, anak-anak pulang sekolah, dan masyarakat Yogyakarta yang berada ataupun melintasi daerah Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Leitmotif dan pola melodi terletak pada instrumen saron dan demung, sedangkan instrumen bonang menggunakan teknik tabuhan Solo diamana bonang barung memainkan pada ketukan sinkop dan bonang penerus memainkan pola ritme yang berulang-ulang. Gambar 3.12. birama 175-182 Birama 183-198 secara keseluruhan merupakan pengulangan dari bentuk A. Pada birama 199-214 merupakan transisi menuju bentuk B’. Instrumen saron memainkan pola teknik imbalan Jawa dan demung memainkan pola melodi sederhana yang merupakan pengulangan melodi pada bentuk B. 28 Gambar 3.13 birama 199-214 Bentuk B’ dalam bagian kedua terletak pada birama 215-230 merupakan pengulangan bentuk B. Pada bentuk ini piano memainkan pola melodi yang sama. Instrumen piano memainkan melodi secara oktav menggambarkan aktivitas siang hari yang semakin ramai. Gambar 3.14. birama 215-230 Birama 231-238 merupakan transisi dari bentuk B’ ke C. Bentuk C merupakan akhir dari komposisi bagian kedua yang terletak pada birama 239-246 29 yang menggambarkan suasana siang hari di Titik Nol Kilometer Yogyakarta dari keriuhan menuju suasana normal. Progresi akord yang digunakan pada bentuk C IV V iii IV-IV V iii I, leitmotif dan pola melodi terletak pada instrumen piano, saron, dan demung. Gambar 3.15. birama 239-246

3. Bagian Ketiga “Malam”