UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh YUSMIATI

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan 2 siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 siswa, dengan jumlah 18 laki-laki dan 12 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian gerak dasar memukul bola dalam bermain kasti. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan penggunaan alat modifikasi berupa pemukul yang diganti dengan piring dan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 16,67 % hal ini berarti masih sangat rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar memukul bola kasti. Pada siklus pertama dengan penggunaan alat berupa pemukul yang diganti dengan piring diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 50,00 %, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal 85% itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan penggunaan alat pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 90,00% hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian disimpulkan Pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul bola kasti pada siswa-siswi kelas IV SD Negeri 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013.


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh YUSMIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012/2013


(3)

UPAYA

MENINGKATKAN

KEMAMPUAN

GERAK

DASAR

MEMUKUL

BOLA

DALAM

BERMAIN

KASTI

DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2

HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh YUSMIATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012/2013


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Siklus Penelitian Kaji Tindak... 21 2. Diagram Batang rata-rata Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ RK dan < RK

Gerak Dasar Servis Dalam Sepak Takraw ... 34 3. Diagram Batang Ketuntasan Belajar Kelas Siswa Yang Mendapat Nilai ≥ KB


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Format Penilaian Gerak Dasar Servis Sepak Takraw. ... 24 2. Deskripsi Gerak Dasar Servis dalam sepak takraw... 31


(6)

MOTTO

“ Bakat hanya satu persen dalam hidup,,

selebihnya adalah tekun ...

( Simer)

”Niscaya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang

beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa

derajat”


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Yusmiati

NPM : 1013078052

Tempat tanggal lahir : Tanjung Karang, 08 Nopember 1961

Alamat : Jl. Raya Natar No 5 Rt 09/Rw 4 Candimas Natar.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013”adalah benar hasil karya penulis berdasarkan

penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 September s.d 31 September t 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Oktober 2012


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat

mempersembahkan karya terbaik ini

kepada Ibunda dan Ayahanda yang sangat penulis sayangi

kepada Ayahanda yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Istri tercinta , yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada Kang Mas, Anak-anak kuTerskasih yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi

kuat untuk berusaha menberikan karya terbaik ini. Almamater-ku FKIP Unila,


(10)

Judul Skripsi : UPAYAMENINGKATKANKEMAMPUAN

GERAKDASARMEMUKULBOLADALAM

BERMAINKASTIDENGANMODIFIKASIALAT

PADASISWAKELASIVSDN1

HADUYANGTAHUNPELAJARAN2012/2013

Nama Mahasiswa : Yusmiati

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078052

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

Drs. Baharrudin, M.Pd Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd

NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19620808 198901 1 001


(11)

BELUM DI RUBAH

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Sleman Pada tanggan 06 Bulan November tahun 1960, sebagai putra kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muhtarom (Alm) dan Ibu Siti Ruqoyah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada Sekolah Dasar Negeri 1 Margadadi tahun 1973. Pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) Margadadi tahun 1980, sedang pendidikan tingkat atasnya pada Sekolah Guru Olahraga (SGO) Negeri Tanjung Karang tahun 1983.

Pada tahun 1984 penulis diterima sebagai pegawai negeri menjadi guru olahraga di SD Negeri 2 Margamulya sampai sekarang.

Pada tahun 1998, Penulis menyelesaikan program pendidikan Diploma II Penjaskes Universitas Terbuka. Dan pada tahun 2010 Penulis menjadi mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui PPKHB kabupaten Lampung Selatan dengan beban sebanyak 65 sks. Penulis menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan/Program Kemampuan Mengajar (PKM/PPL) pada SD Negeri 2 Margamulya pada bulan Mei 2011.


(12)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul ”Meningkatkan kemampuan Gerak Dasar Servis Takraw Melalui Modifikasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

7. Kepala SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2011/2012.

8. Siswa-siswi kelas IV SDN 2 Margamulya Jatiagung Lampung Selatan tahun

pelajaran 2011/2012, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2001 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan

program S1 secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu


(13)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, April 2012 Penulis


(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan

penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa peserta didik secara utuh.

Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan erat dan

mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar


(15)

2 perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati konsep- konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut andil bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan gerak yang sangat berguna untuk melakukan keterampilan gerak dasar. Untuk merangsang peserta didik dalam melakukan kemampuan gerak tersebut diperlukan sebuah alat. Salah satunya adalah dengan menggunakan permainan yang menarik perhatian siswa. Permainan merupakan salah satu materi yang diberikan disekolah dasar. Permainan dapat dikelompokkan berdasarkan, jumlah pemainnya, sifat permain, berdasarkan alat yang dipakai, besarnya bola yang dipakai. Permainan bola kecil di antaranya kasti, Bola bakar, rouders dan lain-lainnya.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral. Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan


(16)

perkembangan anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan kemampuan gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Permainan bagi anak-anak merupakan suatu kebutuhan hidup setiap hari sebagaimana kebutuhan terhadap makan dan minum. Pada saat bermain, semua fungi faal anak dilatih, baik fungsi-fungsi rohani dan fungsi jasmani. Semakin banyak kesempatan anak bermain makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap keperluan hidup dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi yang Penulis lakukan di SD Negeri 2 Haduyang, penulis melihat pada saat pembelajaran gerak sebagian besar siswa belum optimal dalam pelaksanaannya. Guru mendemonstrasikan, kemudian siswa menirukan gerakan tersebut secara bergiliran.

Pelaksanaan kegiatan memang teratur, tetapi terkesan kaku dan membosankan. Siswa hanya melakukan gerak pada saat giliran ia

melakukan. Selebihnya mereka hanya duduk, berdiri, mengobrol dengan teman atau hal-hal lain diluar pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi kendala yang klasik dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Di sini dapat kita lihat bahwa kesempatan anak untuk bergerak menjadi terbatasi, padahal anak-anak memerlukan ruang gerak yang lebih luas untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan gerak yang sangat bermanfaat untuk melakukan keterampilan gerak spesialisasi. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memberikan materi, sehingga siswa tidak bosan dalam belajar gerak.


(17)

4 Dibutuhkan variasi-variasi bermainan yang menyenangkan dan tentu saja menarik minat siswa sehingga mereka dapat bermain dengan gembira dan

tentu saja dapat meningkatkan kemampuan gerak.

Oleh karena itu, penulis memiliki keinginan untuk membuat suatu pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam bergerak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dunia anak-anak adalah dunia bermain. Oleh sebab itu, penulis ingin mencoba memberikan pembelajaran dengan aktivitas bermain, bermain disini dilakukan dengan mengadopsi dari beberapa permainan anak tradisional yang menggunakan alat dan permainan tanpa alat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa macam permainan anak yang didalamnya mengembangkan aspek kemampuan gerak seperti, kelincahan,

keseimbangan, kecepatan, ketepatan, (koordinasi mata dan tangan) dan daya tahan.

Dengan memberikan Pembelajaran menggunakan permainan-permainan tersebut, penulis mengharapkan kemampuan gerak siswa dapat

meningkat. Selain itu, bermain juga merupakan dasar di dalam

pembentukan perilaku sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisik bagi anak.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk


(18)

mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan diberikan kepada siswa, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara

penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan

kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis mengajar di SDN 2 Haduyang dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan memukul bola pada waktu bermain sering tidak mengenai pemukul, siswa belum menunjukkan kemampuan seperti yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal tersebut terlihat masih

banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan, di antaranya masih kurangnya koordinasi antara gerakan awal, pelaksanaan dan gerak lanjutan pada saat

memukul bola. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa tersebut merupakan hambatan yang sangat berarti untuk tercapainya hasil belajar memukul bola kasti pada waktu bermain, kurang sesuai dengan yang diharapkan pada pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti pada waktu bermain siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar.


(19)

6 Rata-rata nilai tidak mencapai standar ketuntuasan minimal (KKM) di SDN 2 Haduyang Natar yaitu 65. Dari 30 siswa kelas IV pada waktu bermain Kasti yang mengenai pemukul hanya 10 dari 30 siswa atau sebesar 33,33%, sedangkan yang belum tuntas sebesar 66,67% atau 22 dari 33 siswa yang dinyatakan tuntas dalam belajar atau berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan standar mutu dalam kurikulum (KTSP) jika mencapai nilai 64 atau lebih kecil dinyatakan belum tuntas atau remedial jika mendapat nilai kurang dari 65. Diduga pada pembelajaran gerak dasar memukul dalam bermain Kasti dikarenakan pemukulnya terlalu kecil sehingga sukar kenanya pada waktu bermain. Dari dugaan di atas penulis mencoba mengatasinya dengan memodifikasi pemukul/stiknya di buat lebih lebar dan lebih ringan agar siswa tidak enggan melakukannya pada saat pembelajaran berlangsung, di samping itu agar tidak terlalu banyak yang

mengikuti remidial dalam materi gerak dasar memukul dalam bermain Kasti. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas penulis tertarik menindak lanjuti dengan kajian berupa penelitian kaji tindak (PTK) dengan judul ” Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Memukul Bola Mendatar Dalam Bermain Kasti Dengan Memodifikasi Alat Untuk Siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Pemukul yang digunakan dalam Kasti masih terlalu kecil untuk siswa SD kelas IV.


(20)

2. Masih banyak siswa yang takut melakukan gerak dasar memukul dikarenakan masih berat.

3. Masih banyak siswa perkiraan kapan harus mengayun pemukul dengan datangnya bola.

4. Masih banyak siswa pada waktu memukul bola sikutnya bengkok atau ditekuk.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

1. Apakah dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar memukul bola Kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.

2. Apakah dengan menggunakan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar memukul bola Kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar ?.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti dengan menggunakan alat modifikasi pemukul yang diganti dengan piring. 2. Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola Kasti

dengan menggunakan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.


(21)

8

G. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian di atas tercapai, maka hasil yang di harapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola dalam bermain Kasti.

2. Bagi guru Pendidikan Jasmani, merupakan inovasi dari pembelajaran yang sebelumnya dan meningkatkan rasa percaya diri karena mampu

mengembangkan pengetahuan, pengalaman, strategi, peralatan, dan fasilitas pembelajaran.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP UNILA, sebagai upaya pengembangan modifikasi pembelajaran bagi calon guru.

4. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masuakan dan pertimbangan untuk pembinaan profesionalisme bagi guru penjas disekolah


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Mengajar

Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan prilaku.

Menurut Oemar Hamalik (2003) “Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar


(23)

10 sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan“.

B. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak


(24)

menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang

perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

C. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif. Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah ”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau

memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. gerak non lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan

menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

D. Tahap Pembelajaran Gerak

Fitts dan Donsor mengemukakan bahwa proses keterampilan gerak terjadi dalam tiga tahap belajar, yaitu:


(25)

12 1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak. Pada tahapan ini, diberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan dan bagaimana gerak itu di lakukan. Oleh karena itu, kemampuan kognitif sangat berpengaruh pada tahap ini.

Pada tahap ini, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi yang didiberikan bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal ialah informasi yanng berbentuk penjelasan dengn menggunakan kata-kata. Disini indra

pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan. Instruksi, demonstrasi, film clips dan informasi verbal lainnya secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang. Contoh, beberapa keterampilan mempunyai ketentuan yang sama, sehingga perolehan informasi sebelumnya dapat digunakan untuk pengajaran yang baru. Juga, beberapa bentuk gerakan yang sudah dipelajari sebelumnya dapat disesuaikan dengan

keterampilan yang diinginkan dan menjadi pijakan bahan pengajaran selanjutnya.


(26)

1. Tahap Fiksasi/Asosiatif

Tahap fiksasi disebut juga tahap tengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan gerakan dalam rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktikan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi efisien, lancar, sesuai dengan keiinginannya dan kesalahan gerakan semakin berkurang.

Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, peserta didik perlu tahu kesalahan yang diperbuatnya. Peserta didik membutuhkan motivasi dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu sudah benar atau salah melalui pemberitahuan yang dilakukan oleh orang yang mengamatinya.

Dari pengetahuan tentang kesalahannya itulah peserta didik perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan kesalahan selama mempraktikkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengetahui kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan pengusaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktik berulang-ulang.

Pada tahap ini, sudah merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu yang sangat penting untuk menguasai berbagai gerak keterampilan. Setelah rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka peserta didik dapat melanjutkan ketahap belajar otomatisasi.


(27)

14

2. Tahap Otomatisasi

Tahap otomatisasi dapat dikatakan sebagai tahap akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan secara otomatis tanpa terpengaruh waluapun pada saat melakukan gerakan itu peseta didik harus memperhatikan hal-hal lainnya selain gerakan yang dilakukan. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efisien dan efektif.

Untuk mencapai tahap ini, diperlukan praktik berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai tahap otomatisasi kelancaran dan kebenaran gerakan masih bisa ditingkatkan, namum peningkatannya tidak lagi secepat pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya diperlukan ketekunan.

1. Periode Perkembangan Gerak Dasar untuk Anak Usia SD

1. Fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun

Anak usia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Fase perkembangan gerak dasar ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Tingkat awal, merupakan awal dari munculnya kesadaran anak akan pola gerak dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih belum sempurna.


(28)

gerak dasar. Kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk, sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik daripada tahap sebelumnya.

c. Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang

ditandai dengan semakin efisiensinya koordinasi gerak yang dilakukan. Biasanya, anak yang berada pada fase ini, sudah layak untuk

mendapatkan bentuk-bentuk gerak yang lebih kompleks lagi. 2. Fase transisi usia 7-10 tahun

Pada masa ini, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan menerapkan keterampilan gerak dasar yang terkait dengan performanya dalam aktivitas jasmani. Pada fase ini, kemampuan gerak dasar

dikembangkan dan diperhalus dalam situasi bermain dan situasi olahraga kecabangan. Ketermapilan berolahraga pada masa transisi merupakan suatu penerapan sederhana dari gerak dasar, menuju bentuk-bentuk gerakan yang lebih komplek dan spesifik.

3. Fase spesifikasi usia 10-13 tahun

Pada usia 10-13 tahun anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang sangat disukainya. Secara umum, mereka sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Atas dasar pertimbangan pada faktor fisik, kognitif dan budaya, mereka memilih untuk lebih mengkhususkan pada salah satu cabang yang dianggap dapat dilakukan. Mereka sudah mulai bisa memahami

kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.


(29)

16

2. Hakikat Bermain

Huizinga mendefinisikan bermain sebagai aktivitas bebas yang dilakukan tidak sungguh-sungguh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta aturan-aturan tertentu. Siendentop, menyatakan bahwa bermain merupakan dunia bagi kehidupan anak-anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Sudono (2010:1)

Buitendyk menyebutkan prisip-prinsip yang terdapat dalam permainan yaitu:  Kita bermain dengan suatu barang atau seseorang;

 Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang menentukan yaitu aturan-aturan dan lapangan/tempat;

 Dalam permainan terdapat suatu klimaks, mula-mula dari lemah kemudian

semakin lama semakin kuat dan turun menjadi lemah kembali; dan

 Ada pertukaran antara ketegangan dan kekendoran.

Selain berguna sebagai media untuk pembentukan gerak, sebagian besar para ahli psikologi meyakini bahwa bermain merupakan dasar bagi pembentukan perilaku dimasa anak-anak , sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan perkembangan fisiknya.

E. Pengertian Bermain dalam Pendidikan Anak

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan


(30)

informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Menurut Mayke dalam Sudono (2010:3) menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

Dari pengertian tersebut kita dapat memahami bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak yang dapat memberikan dampak yang positif untuk seluruh aspek perkembangan anak. Dengan bermain kita dapat

memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk bereksplorasi sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu

pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah.

F. Sumber Belajar dan Alat Permainan

1. Pengertian Sumber Belajar dan Alat Permainan

Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar, narasumber, benda atau hasil-hasil budaya. Sudono (2010:7)

Sedangkan alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti mengelompokkan, menyempurnakan suatu desain, atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Sudono (2010:7)


(31)

18 Menurut Sudono (2010: 7-9) Sumber belajar berfungsi untuk

memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber atau tempat. Selain itu sumber belajar juga berfungsi untuk meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lainnya Sedangkan alat permainan berfungsi untuk mengenali lingkungan mengenal lingkungan dan

membimbing anak untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya. Sudono (2010:8)

G. Teori Bermain

a. Teori Kelebihan Tenaga dari Herbert Spencer

Berbunyi bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan.

b. Teori Rekreasi dari Lazarus

Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan dilakukan oleh orang-orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan kembali jiwa dan raganya.

c. Teori Persiapan atau latihan

Memandang bermain sebagai latihan manusia sebelum dewasa untuk mempersiapkan beberapa fungsi-fungsi keperluan hidup. Berdasarkan beberapa pendapat ahli ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa permainan


(32)

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sukarela untuk bersenang-senang atau rekreasi dan persiapan atau latihan di dalam mempersiapkan kehidupan bermasyarakat.

H. Manfaat Bermain Bagi Anak

1. Di pandang dari sudut kesehatan

Tiap manusia memiliki naluri untuk bergerak, terlebih untuk anak-anak yang memiliki naluri untuk bergerak sangat besar. Gerakan itu sangat berguna untuk fungsi-fungsi jasmani dan rohani. Bergerak sama pentingnya dengan mekan, minum, tidur. Melarang anak bergerak artinya menahan, merintangi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Bergerak dalam permainan yang dimainkan dalam suasana gembira mempunyai pengaruh yang baik bagi organ-organ dalam yang mendorong pertumbuhan. Oleh karena itu, suasana gembira dalam latihan-latihan dan permainan-permainan harus selalu diusahakan oleh guru.

Dalam permainan anak banyak sekali bergerak, ini mempunyai pengaruh yang baik terhadap peredaran darah dan pernafasan. Luas pernafasan diperbesar, ruang dada diperbesar kesemua jurusan sehingga paru-paru berfunngsi lebih baik. Semua alat-alat pernfasan menjadi terlatih , jantung pun menjadi lebih kuat memompa darah keseluruh tubuh. Karena

permainan dan latihan tesebut maka organ tubuh kita berfungsi lebih baik dan pada gilirannya akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.


(33)

20 Anak-anak itu senang bemain, permainan itu dilakukan dengan gembira. Oleh karena itu, segala sesuatu yang diajarkan pada waktu itu dapat ditangkap dengan baik. Ahli-ahli pendidikan menganjurkan supaya permainan menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani dan rohani.

I. Permainan Bola Kasti

1. Sejarah Singkat Bola Kasti

Kasti berasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Kasti adalah pemain beregu (tim) yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh anak-anak putra saja atau oleh anak-anak-anak-anak putrid saja. Permainan kasti dimainkan di atas lapangan rumput yang rata yang berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya kurang lebih berbanding 1 : 2. Di atas lapangan terdapat sebuah tiang hinggap untuk pertolongan pelari disebut tiang pertolongan, dan 2 buah tiang hingga bebas yang terdapat pada bagian akhir lapangan disebut tiang bebas.

Dalam permainan kasti ini dipergunakan alat pemukul bola dibuat dari kayu, disebut kayu pemukul, dan bola kecil. Bagi anak-anak pemula yang baru belajar dapat memakai bola tenis, sedang bagi anak-anak yang sudah mahir atau telah menguasai permainan kasti digunakan bola khusus untuk kasti. Permainan


(34)

dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha segera lari ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau langsung lari ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk mendapat nilai. Sebaliknya pemain regu lapangan berusaha menggagalkan usaha pemain pemukul untuk mendapat nilai dengan menangkap bola yang dipukul oleh pemain pemukul dan melempar atau menembak pelari dengan bola atau menghanguskan ruang bebas dengan bola pada waktu ruang bebas kosong (belum ada pelari yang masuk ruang bebas) untuk menggantikan menjadi pemain pemukul. Antara regu satu dengan regu lainnya saling berusaha untuk menjadi regu pemukul. Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kedua belasan adalah berusaha untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Permainan kasti ini dilakukan 2 babak, anatara babak pertama dan babak kedua dengan diberi waktu untuk istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan nilai.

2. Gerak Dasar Permainan Kasti

Sebelum melangkah ke dalam peraturan permainan terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam permainan bolakasti adalah sebagai berikut:

a. Melambungkan Bola

Melambungkan bola perlu dikuasai oleh pemain karena teknik dasar inisalah satu yang menentukan dalam permainan, agar dapat


(35)

22

Melambungkan Bola ke Atas

langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kaki kanan /kiri). 2. Pegang bola dengan tangan kanan, sejajar dengan dada 3. Bola berada pada pangkal jari-jari, tangan kanan membuat cekungan dan menghadap ke atas.

4. Tangan kanan di depan dada dengan siku sedikit ditekuk dan tangan kiri didepan dada.

5. Tarik tangan kanan ke bawah hingga di samping belakang lutut. 6. Condongkan badan agak kedepan dan tekuklah kedua lutut. 7. Ayunkan tangan keatas dengan siku lurus.

8. Lepaskan bola disertai dengan lecutan telapak tangan kearah atas.

b. Melambungkan Bola ke Depan

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Berdiri dengan kaki kiri di depan.

2. Tangan kanan memegang bola.

3. Tangan kanan yang memegang bola lurus berada di samping paha. 4. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari dan telapak tangan

membuat cekungan.

5. Selanjutnya tarik tangan kanan lurus kebelakang.

6. Tekuk kedua lutut dan badan condong kedepan (badan tidak membungkuk).

7. Ayunkan tangan yang memegang bola kearah depan,langkahkan kaki kanan dan luruskan lutut kiri.


(36)

c. Melempar Bola dari Atas Kepala

Lemparan bola dari arah atas biasanyadigunakan dari jarak yang jauh dari pemuykul atau pemain yang berlari, langkah-langkah melempar bola ke pada pemukul antara lain:

1. Berdiri dalam sikap siap melempar.

2. Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari, ketiga jari-jari berada pada belakang bola, ibu jari dan jari kelingking berada di samping bola.

3. Tariklah tangan kebelakang bersama dengan gerakan memutar kesamping dan langkahkan kaki kiri kedepan.4. Badan condong kebelakang lalu ayunkan tangan yang memegang bola dari belakang dan lemparkan dengan kaki kanan ikut maju.

d. Menangkap Bola

Ada beberapa teknik menangkap bola dalam permainan kasti, teknik ini digunakan oleh pemain penjaga.berbagai teknik tangkapan antara lain:

 Menangkap Bola Lambung langkah-langkahnya adalah:

1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.

2. julurkan tangan keatas depan kepala badan sedikit condong kedepan.

3. kedua telapak tangan membuka menyerupai bunga yang merekah dan siap menangkap bola, pandangan tetap kebola.


(37)

24 1. berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk

pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.

2. posisi kedua telapak tangan, kedua lengan lurus kedepan dan tangan kanan atau tangan kiri yang di atas seperti bentuk tepuk tangan dari atas.

 Menangkap Bola Dari Bawah tekniknya sebagai berikut:

1. kedua tangan siap menerima bola dengan berjongkok. 2. jari-jari tangan berada di bawah sejajar arah bola yang akan

datang

3. pandangan lurus kearah bola agar dapat melihat arah bola datang

e. Memukul Bola

Memukul bola, teknik ini merupakan teknik yang harus dikuasai setiap pemain karena sebuah pukulan yang dapat menentukan berhasil tidaknya permainan. Ada beberapa teknik memukul yang harus dikuasai pemain kasti antara lain:· memukul bola mendatar, memukul bola merendah atau menyusur tanah, memukul bola atas kepala.

f. Teknik Berlari

Berlari, teknik berlari merupakan teknik yang dapat dilakukan oleh setiap pemain. Alangkah baiknya bila teknik berlari bagi pemain kasti di perdalam lagi agar tidak kecapean bila sedang berlari. Ada beberapa teknik berlari antara lain:

· berlari lurus · berlari zig-zag


(38)

J. Gerak Dasar Memukul Bola

Dalam permainan kasti, gerak dasar memukul merupakan unsur yang sangat penting bagi regu pemukul, karena dengan pukulan yang benar dan terarah merupakan modal utama dalam memperoleh nilai. Sering kali kemenangan dalam suatu

pertandingan ditentukan oleh kemahiran anak dalam memukul bola. Agar anak-anak dapat memukul dengan baik, maka gerak dasar memukul ini harus diberikan secara mendasar dan dimulai dengan cara memegang kayu pemukul, kemudian dilanjutkan dengan gerakan memukul. Sedangkan posisi kaki pada waktu memukul adalah sangat menentukan terhadap arah pemukul bola. Kesalahan umum yang sering dilakukan pada saat memukul ialah pemukul yang kurang tenang, kurang memperhatikan posisi regu lapangan dan tergesa-gesa memukul bola yang dilambungkan kepadanya. Ia seharusnya benar-benar melihat bola yang dilambungkan dari pelambung dan berusaha memukul ke arah lapangan yang kosong artinya tempat yang tidak ada penjaganya, agar dapat member kesempatan kepada temannya yang ada di tiang pertolongan untuk dapat lari menuju salah satu tiang bebas. Juga kepada temannya yang berada di tiang bebas supaya dapat kembali ke ruang bebas.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam gerak dasar memukul, yaitu : a. Cara memegang kayu pemukul

Cara pemukul di pegang pada bagian yang telah disediakan yaitu di ujung yang kecil dan ada lekukan-lekukan tempat jari-jari.Adapun cara memegang kayu

pemukul yang lebar dan mudah dilakukan oleh anak-anak adalah seprti sikap tangan pada saat berjabatan tangan. Posisi ketiga jari yaitu jari tengah, jari manis, dan jari


(39)

26 kelingking saling berdekatan atau merapat, sedangkan jari telunjuk agak jauh dan ibu jari berada di atas secara wajar. Untuk mengarahkan bola perlu memperhatikan posisi kaki saat memukul bola.

b. Posisi kaki saat memukul bola.

1. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan. 2. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah bendera batas separuh lapangan yang

berada di sebelah kiri dan daerah sekitarnya.

3. Posisi kaki untuk memukul bola ke samping kiri ke arah tiang pertolongan. 4. Posisi kaki untuk memukul bola ke arah antara ruang bebas dan bendera batas

separuh lapangan yang berada di sebelah kanan.

Gambar 1. Lapangan Kasti Keterangan

A. Ruang bebas/ruang tunggu

B. Tempat pelambung

C. Tempat pemukul

D. Tempat penjaga belakang

E. Tempat pemberentian I

F. Tempat pemberentian II


(40)

Gambar 2. pemukul dan bola kasti

Gambar 3. Bola Kasti K.Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan

”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah ”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.


(41)

28 Rusli Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,

fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya. Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa keutamaan modifikasi alat bermain merupakan suatu upaya untuk merubah alat bermain yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Pada penelitian ini modifikasi yang digunakan adalah modifikasi pemukul yang diganti dengan piring plastik, bola plastik sebesar bola tenis, dan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, modifikasi digunakan agar para siswa mudah untuk melakukan gerak dasar memukul bola kasti, modifikasi ini juga bermanfaat untuk :

1. Agar anak berani melakukan gerak dasar memukul bola kasti. 2. Agar anak dapat melakukan gerak dasar memukul bola kasti.

3. Agar guru mudah untuk mengajarkan gerak dasar memukul bola kasti. 4. Agar proses pembelajaran lebih menari.


(42)

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bola plastik yang relatif lebih ringan dan tidak keras. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar mengoper bola seperti yang diharapkan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang ditimbulkan saat mengoper bola.

L. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: “Dengan alat modifikasi bola plastik dan piring plastik, pemukul yang diperbesar/ diperlebar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran gerak dasar memukul bola dalam bermain bola Kasti pada Siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar”.


(43)

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada Siswa SDN 2 Haduyang Natar.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82)

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.


(44)

Gambar 4. Daur ulang PTK

Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.


(45)

32 Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru

melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Subyek penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar berjumlah 30 orang. Yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa putri.

C. Tempat dan Waktu.

1. Tempat Penelitian : Di lapangan SDN 1 Negara Ratu Natar. 2. Pelaksanaan Penelitian : Januari dan Februari 2012

3. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

D. Variabel dan Data

1. Variabel : Menurut (Arikunto, 2006 : 99) variabel penelitian adalah

gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. yang terdiri dari variabel bebas dan terikat.

variabel Bebas (X) : Modifikasi Alat


(46)

Variabel Terikat (Y) : Gerak Dasar Memukul Bola Kasti.

2. Data : Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan data primer yang diolah secara kuantitatif dengan bentuk data diskrip. Hasil penelitian ini dijabarkan secara kualitatif

E. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran dan kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan modifikasi bola plastik sebesar bola tenis sebanyak 30 buah/sebanyak siswa dan piring plastik yang berdea meter 30 cm sebanyak 30 buah untuk pelaksanaan proses pembelajaran. 3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/penilaian dan dokumentasi.


(47)

34

Guru

4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama, dengan jumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa putra dan 12 siswa putri.

Gambar 5. Piring plastik dan bola plastik

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 bersyaf. 2. Jarak guru dengan murid 6 meter.

Gambar 6. Formasi proses pembelajaran siklus 1

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir.

4. Guru memperagakan cara memukul bola dengan piring plastik.

5. Siswa di berikan contoh rangkaian gerak dasar memukul bola kasti yang benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan menggunakan modifikasi bola plasti sebesar bola tenis dan piring plastik.


(48)

Pelaksanaan Pada siklus 1

a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kakki salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk, berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong

kedepan, tangan kanan memegang pemukul yang telah diganti dengan piring plastik, tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan

permintaan.

b. Pelaksanaan : piring plastik diayunkan serong keatas usahakan kena pada pertengahan piring plastik, bola setelah kena piring plastik membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan piring plastik di dalam kotak tempat pemukul.

c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan. 6. Diberikan pengulangan gerak dasar memukul bola plastik sebesar bola

tenis dengan menggunakan piring plastik yang berdeameter 30 cm. secara berurutan.

7. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan, setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan observasi atau penilaian.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 15 orang mencapai ketuntasan belajar atau prosentase sebesar 50%. Karena hasil dari siklus perta belum mencapai


(49)

36 80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dilanjutkan pada siklus

berikutnya atau siklus kedua.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan untuk perencanaan siklius berikutnya.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus Kedua

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP gerak dasar memukul bola kasti.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti.

3. Menyiapkan alat modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (kamera)

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

Gambar 7. Pemukul yang dimodifikasi dan bola

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3syaf. 2. Jarak antara guru dan murid 6 meter.


(50)

Guru

Gambar 5. Formasi proses pembelajaran siklus 2

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak dasar memukul bola kasti terbuat dari karet.

4. Sebelumnya siswa di berikan contoh cara melakukan pembelajaran gerak dasar memukul bola yang benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaannya, akhir dalam memukul bola kasti.

Pelaksanaan Pada siklus 1

a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kaki salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk, berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong kedepan, tangan kanan memegang pemukul pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan permintaan.

b. Pelaksanaan : pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, diayunkan serong keatas usahakan kena pada pertengahan pemukul, bola setelah kena pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm


(51)

38 membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan pemukul dalam kotak tempat pemukul.

c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan

5. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar berulang sampai benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan memukul bola kasti. 6. Dalam proses pembelajaran jika ada siswa yang salah melakukan gerak

dasar memukul bola kasti dilakukan perbaikan berulang-ulang sampai bisa melakukan cara memukul bola yang baik dan benar.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 27 orang mencapai ketuntasan belajar atau prosentase sebesar 90%. Karena hasil dari siklus kedua telah mencapai lebih dari 80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dihentikan pada siklus kedua.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil penelitian memukul bola pada gerak dasar memukul bola kasti oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai ketuntasan 90 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus ke-2.


(52)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu di uji cobakan dan di hitung validitas dan

reliabelitasnya. Instrument bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 45.

O. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.


(53)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dengan penggunaan modifikasi pemukul yang diganti dengan piring pada

siklus pertama dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain bola kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Dengan penggunaan modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm pada siklus kedua dapat

memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran

2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat

dijadikan sebagai acuan ke depan dalam proses pembelajaran gerak dasar memukul bola dalam kasti.


(54)

2. Untuk siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar agar selalu berupaya meningkatkan gerak dasar memukul bola dalam kasti.

3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola dalam kasti.


(55)

52 DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta. Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa

Pratama. Erlangga.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1

Universitas Terbuka Tahun 2002.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sukintaka. 2004. Permainan dan Metodik I. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung. , 2010. Permainan Bola Kecil . Universitas lampung.

. 2005. Efektivitas Modifikasi Gerak Dasar atletik Melalui Modikasi Gerak Dasar pada Mahasiswa Penjaskes. Unila Tahun 2005.


(1)

Guru

Gambar 5. Formasi proses pembelajaran siklus 2

3. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak dasar memukul bola kasti terbuat dari karet.

4. Sebelumnya siswa di berikan contoh cara melakukan pembelajaran gerak dasar memukul bola yang benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaannya, akhir dalam memukul bola kasti.

Pelaksanaan Pada siklus 1

a. Sikap awal : berdiri menghadap kearah pelambung,posisi kaki salah satunya menghadap kedepan, lutut kaki kanan agak ditekuk, berat badan berada dikaki kanan dengan badan agak condong kedepan, tangan kanan memegang pemukul pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, tangan kiri dijulurkan kedepan sesuai dengan permintaan.

b. Pelaksanaan : pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, diayunkan serong keatas usahakan kena pada pertengahan pemukul, bola setelah kena pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm


(2)

membentuk sudut ± 450, bola dipukul setinggi bahu, letakkan pemukul dalam kotak tempat pemukul.

c. Sikap akhir : Lari masuk ke dalam lapangan permainan

5. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar berulang sampai benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan memukul bola kasti. 6. Dalam proses pembelajaran jika ada siswa yang salah melakukan gerak

dasar memukul bola kasti dilakukan perbaikan berulang-ulang sampai bisa melakukan cara memukul bola yang baik dan benar.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan didapatkan hasil sebesar 27 orang mencapai ketuntasan belajar atau prosentase sebesar 90%. Karena hasil dari siklus kedua telah mencapai lebih dari 80% tingkat ketuntasan belajar maka siklus dihentikan pada siklus kedua.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil penelitian memukul bola pada gerak dasar memukul bola kasti oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai ketuntasan 90 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus ke-2.


(3)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi dalam proses pembelajaran. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu di uji cobakan dan di hitung validitas dan

reliabelitasnya. Instrument bisa dilihat pada lampiran 1 halaman 45.

O. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dengan penggunaan modifikasi pemukul yang diganti dengan piring pada

siklus pertama dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain bola kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Dengan penggunaan modifikasi pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm pada siklus kedua dapat

memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar memukul boladalam bermain kasti pada siswa kelas IV SDN 2 Haduyang Natar Tahun Pelajaran

2012/2013. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat

dijadikan sebagai acuan ke depan dalam proses pembelajaran gerak dasar memukul bola dalam kasti.


(5)

2. Untuk siswa Kelas IV SDN 2 Haduyang Natar agar selalu berupaya meningkatkan gerak dasar memukul bola dalam kasti.

3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar gerak dasar memukul bola dalam kasti.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta. Bahagia

Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes.

Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Roji. (2004). Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa

Pratama. Erlangga.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1

Universitas Terbuka Tahun 2002.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sukintaka. 2004. Permainan dan Metodik I. PT Rineka Cipta.

Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen

Dikti, Depdikbud.

Surisman, 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas lampung. , 2010. Permainan Bola Kecil . Universitas lampung.

. 2005. Efektivitas Modifikasi Gerak Dasar atletik Melalui Modikasi Gerak Dasar pada Mahasiswa Penjaskes. Unila Tahun 2005.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI BOTOL PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN 4 REJOSARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 5 37

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MODIFIKASI BOTOL PLASTIK PADA SISWA KELAS IV SDN 4 REJOSARI NATAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 47

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 1 NEGARA RATU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 56

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 HADUYANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 55

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA DALAM BERMAIN KASTI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUKARAJA GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 12 99

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII SMP MUHADIYAH TALANG PADANG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 15

PAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MEMUKUL BOLA MELAMBUNG DALAM BERMAIN KASTI DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 43

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 PRINGSEWU TIMUR

0 5 39

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 PRINGSEWU TIMUR

0 16 36

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERVIS BAWAH DALAM BERMAIN BOLAVOLI DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 FAJAR BARU TAHUN AJARAN 2011/2012

1 5 55