PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Ringkasan
Penurunan tekanan darah sangat penting dalam menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi. Beberapa penelitian
mengindikasikan  bahwa  penyakit  komorbiditas  seperti  diabetes,  dan kerusakan  target  organ  seperti  LVH  dan  CKD  mengindikasikan  pemilihan
klas obat yang spesifik dalam terapi hipertensi.  Pemilihan obat awal terapi hipertensi  dan  kombinasi  obat  antihipertensi  memerlukan  pemahaman
yang  menyeluruh  baik  jenis-jenis  obat  antihipertensi,  mekanisme  kerja maupun  efek  samping  yang  bisa  timbul.    Long  acting  nifedipine  suatu
formulasi
baru dari
nifedipine yang
mempertahankan efek
antihipertensinya, menurunkan efek samping dan meningkatkan kepatuhan pasien  karena  pemberian  satu  kali  sehari.  Penelitian  klinis  menunjukkan
bahwa Long acting nifedipine dapat dipertimbangkan dalam pemilihan obat antihipertensi baik sebagai terapi tunggal maupun kombinasi.
Daftar Pustaka
1.  Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Vander Hoorn S, Murray CJ. Selected
major risk factors and global and regional burden disease. Lancet 2002; 3609343:1347-1360.
2.  James PA. Oparil S, Cushman WC, Dennison-Himmerlfarb C, Handler J,  dkk.  2014.  Evidence-based  guideline  for  the  management  of  high
blood  pressure  in  adults:  report  form  the  panel  members  appointed  to the Eight Joint National Committee JNC 8. JAMA 2014:3115:507-20.
3.  Mancia  G,  De  Backer  G,  Dominiczak  A;  Management  of  Arterial Hypertension  of  the  European  Society  of  Hypertension;  European
Society  of  Cardiology.  2007  Guidelines  for the  management  of  arterial hypertension:  The  Task  Force  for  the  Management  of  Arterial
Hypertension of the European Society of Hypertension ESH and of the European Society of Cardiology ESC.
 J Hypertens 2007;25:1105e87.
4.  Johnson  RJ,  Feehally  J,  Floege  J.  2015.  Comprehensive  Clinical Nephrology. 5
th
edition. Elseiver Saunders; Philadelpia 5.  JAMA. Special Communication 2014 Evidence
– Based Guideline  For the  Management  of  High  Blood  Pressure  in  Adults  Report  from  the
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Panel Members Appointed to the Eight Joint National Committee JNC 8. JAMA, 2014, 3115.507-520.
6.  Huan  Y  and  Townsend  RR.  Evaluation  and  Management  of Hypertension. In:  Gilbert SJ, Weiner DE, Gipson DS, Perazella MA and
Tonelli M. National Kidney Foundation‘s  Primer on Kidney Disease. 6
th
ed. China. Elzeiver Sanduers.2014. pp;590-600. 7.  InaSH,
2014. Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi
2014. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Jakarta.
8.  Chobanian  AV,  Bakris  GL,  Black  HR,  et  al.  Eventh  report  of  the  Joint National  Committee  on  Prevention,  Detection,  Evaluation,  and
Treatment  of  High  Blood  Pressure.  Hypertension  2008  2003;  42 6:1206-52.
9. Kaplan NM and Victor RG. β015. Kaplan‘s CLinical Hypertension. 11
th
Edition. Wolters Kluwer; Philadelphia:179-193. 10.
Shimamoto K, Kimoto M, Matsuda Y, Asano K and Kajikawa M. Long- term  safety  and  efficacy  of  high-dose  controlled-release  nifedipine  80
mg  per  day  in  Japanese  patients  with  essential  hypertension. Hypertension Research 2015 38, 695
–700. 11. Brown  MJ,  Palmer  CR,  Castaigne  A,  de  Leeuw  PW,  Mancia  G,
Rosenthal  T,  Ruilope  LM. Morbidity  and  mortality  in  patients
randomised  to  double-blind  treatment  with  a  long-acting  calcium- channel  blocker  or  diuretic  in  the  International  Nifedipine  GITS  study:
Intervention  as  a  Goal  in  Hypertension  Treatment  INSIGHT.  Lancet 2000; 356: 366
–72. 12. Hasebe  N,  Kikuchi  K;  NICE  Combi  Study  Group.  Controlled-release
nifedipine  and  candesartan  low-dose  combination  therapy  in  patients with  essential  hypertension:  the  NICE  Combi  Nifedipine  and
Candesartan Combination Study. J pertens. 2005 Feb;232:445-53.
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Imunobiologi dan Imunoterapi Hepatitis B Kronis
IDN Wibawa, Putu Prathiwi Primadharsini
Divisi Gastroenterohepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana -- RSUP Sanglah Denpasar
Abstract
Until  recently  there  are  only  two  options  available  to  manage chronic hepatitis B infection. Nucleoside and nucleotide analogues such as
entecavir  and  tenofovir  are  generally  safe  and  sufficiently  effective  to control hepatitis B virus infection. Interferon has both antiviral and immune
modulatory effects against HBV. Problems related to interferon therapy are low response rate, considerable side reactions, and the parenteral route of
administration
However,  while  the  drug  is  off,  the  virus  is  back  to  their  effective replication stage; relapses after drug cessation are common. Therefore, we
need  future  drugs  that  can  demonstrate  off-treatment  efficacy —in  other
words, eradication of latent hepatitis B virus DNA covalently closed circular [ccc]-DNA  in  the  hepatocytes.  One  of  the  choices  that  can  meet  these
criteria is immunotherapeutic strategy.
By  immunotherapeutic  approaches,  which  designed  to  either  boost the  HBV-specific  T-cell  component  of  the  immune  response  or  to  directly
stimulate the  intrahepatic  innate  response,  HBV-infected  hepatocytes may also be targeted.
Pendahuluan
Virus hepatitis B VHB telah menginfeksi 350 juta orang di seluruh dunia.
1
Pada  dasarnya  terdapat  lima  hambatan  untuk  penyembuhan fungsional  infeksi  VHB  kronis:  stabilitas  intrinsik  VHB  yaitu  adanya  ccc-
DNA,  supresi  tidak  lengkap  terhadap  replikasi  virus,  pergantian  sel  inang VHB,  adanya  reservoir  VHB  atau  infeksi  ekstrahepatik.  Untuk
penyembuhan  fungsional,  terdapat  empat  pendekatan  terapi  secara tunggal  atau  dalam  kombinasi  untuk  mencapai  tujuan  tersebut.  Pertama,
terapi kombinasi dengan anti-virus yang mentarget beberapa tahapan yang
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
berbeda dari replikasi VHB. Hal ini akan meningkatkan efikasi antivirus dan mencegah munculnya  virus yang resisten terhadap obat. Kedua, eliminasi
atau  penekanan  fungsional  terhadap  cccDNA  VHB.  Ketiga,  stimulasi respon imun bawaan innate intrahepatik. Dan keempat, pemulihan respon
imun adaptif spesifik VHB.
2
Meskipun terdapat
obat antivirus
poten seperti
analog nucleosidenukleotida  NAs  dan  pegylated  interferon-
α  terhadap  infeksi VHB  kronis,  respon  virologi  menetap  SVR=Sustained  Virological
Response  yaitu  hilangnya  HBsAg  dan  serokonversi  anti-HBs  jarang dicapai.  Kekurangan  NAs  disebabkan  oleh  tidak  jelasnya  durasi  optimum
serta  dibutuhkan  terapi  dalam  jangka  panjang.  Sedangkan  pegylated interferon-
α  memiliki  efek  samping  yang  signifikan  dan  tolerabilitasnya rendah.
3
Tabel 1. Obat Masa Depan untuk infeksi virus hepatitis B kronis.
4
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Pendekatan imunobiologi terapi terbaru untuk infeksi VHB kronis
Hampir setiap tahap dalam siklus hidup VHB dapat dijadikan target terapi untuk mengatasi infeksi VHB
4
Gambar 1. Beberapa golongan obat yang merupakan bakal calon obat di masa datang untuk mengatasi infeksi
VHB kronik telah dikembangkan Tabel 1. Termasuk dalam obat ini adalah obat  yang  masih  dalam  tahap  penelitian  preklinik  sampai  fase  III.  Obat
penghambat  entry  virus,  penghambat  capsid,  imuno-modulator,  vaksin terapeutik,  RNA  interference,  dan  lainnya  termasuk  sederetan  obat  yang
masih dalam tahap penelitian.
4
Gambar  1.  Siklus  hidup  virus  hepatitis  B  sebagai  target  dari  terapi antivirus.
4
NAs  menghambat  replikasi  VHB  dengan  kuat  dan  memiliki  lebih sedikit  efek  samping  dibandingkan  terapi  berbasis  interferon,  tetapi
biasanya  NAs  tidak  mencapai  penekanan  virus  berkelanjutan.  Kegagalan ini  tercerminkan  oleh  kegigihan  cccDNA  yang  tak  tersentuh  oleh  reverse
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
transcriptase  inhibitor .  Eliminasi  cccDNA  membutuhkan  pergantian
hepatosit  terinfeksi  sehingga  menginduksi  sel  CD8
+
spesifik-VHB fungsional yang secara khusus dapat membunuh hepatosit yang terinfeksi
virus.  Pendekatan  ini  merupakan  pendekatan  yang  paling  menjanjikan untuk menyembuhkan infeksi VHB kronis.
5
Berdasarkan  konsep  imunobiologi  infeksi  VHB  terdapat  beberapa cara pendekatan terapi infeksi VHB kronik seperti penghambatan langsung
DNARNAProtein,  meningkatkan  kekebalan  adaptif  spesifik-VHB, meningkatkan kekebalan bawaan Gambar 2.
1
Gambar 2. Skema representasi dari strategi baru terapi virus hepatitis B. a penghambatan langsung DNARNAProtein; b  meningkatkan kekebalan adaptif
spesifik-HBV;  c  meningkatkan  kekebalan  bawaan.  Ab,  antibodi;  APC,  antigen- presenting cell
; CAR, reseptor antigen chimeric; cccDNA, DNA melingkar kovalen tertutup; DC, sel dendritik; HBV, virus hepatitis B; IFN, interferon; LTb, limfotoksin-
b;  NTCP,  sodium  taurokolat  cotransporting  polipeptida;  TALEN,  transcription activator-like effector nucleases
; TLR, toll-like receptor.
1
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Untuk  meningkatkan  respon  sel  T  CD8
+
spesifik-HBV,  diperlukan imunisasi pada pasien dengan infeksi VHB kronis. Tiga pendekatan efektif
yang dapat menghidupkan kembali respon sel T CD8
+
spesifik-HBV adalah dengan  memblokir jalur sinyal  yang  secara  negatif mengatur respon  sel T
CD8
+
spesifik-HBV  misalnya  kematian  sel  terprogram [PD]-1,  cytotoxic T- lymphocyte  antigen
[CTLA]-4,  immunoglobulin  sel-T  [Tim]-3,  dengan merangsang  sel  penyaji  antigen  profesional  [pAPC]  misalnya  anti-CD40,
Toll-like receptor [TLR] dan cytokine signaling, dan dengan mengarahkan
kembali sel-T perifer dengan reseptor sel-T aviditas tinggi TCR.
5
Gambar  3.  Kemungkinan  target  untuk  modulasi  respon  imun  bawaan  pada infeksi VHB.
3
Penggunaan agonis TLR untuk stimulasi respon imun bawaan pada hepatosit yang terinfeksi VHB adalah pendekatan imunoterapi yang sangat
menjanjikan.  Efek  dari  obat  antivirus  seperti  interferon- α  mungkin
ditingkatkan dengan pengiriman langsung obat ke sel yang terinfeksi VHB melalui  TCR-like  antibodies  yang  berfungsi  sebagai  pengangkut.
Sebaliknya,  pendekatan  terapi  terhadap  target  ini  mungkin  membantu untuk  membatasi  efek  samping  obat.  Terlepas  dari  efek  langsung  pada
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
hepatosit  yang  terinfeksi,  pemulihan  fungsi  sel  NK  oleh  blokade  sitokin penghambat  seperti  IL-10  dapat  digunakan  untuk  modulasi  respon  imun
bawaan terhadap VHB
3
Gambar 3. Terdapat beberapa mekanisme yang terlibat dalam kelelahan sel T
selama  infeksi  VHB  kronis,  yaitu    jumlah  virus  atau  antigen  yang  tinggi, hilangnya  sel  T  helper  CD4
+
,  sitokin  penekansupresor  IL-10  dan  TGF- dan sel Dendrit DCs, serta sel T-reg, yang merupakan sumber utama dari
sitokin  imunosupresif  IL-10  dan  TGF- .  Semua  faktor  ini  mampu
mempromosikan kelelahan sel T selama infeksi VHB kronis
6
Gambar 4.
Gambar  4.  Mekanisme  berkontribusi  terhadap  kelelahan  dari  sel  T  CD8  + spesifik VHB.
6
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Gambar 5. Perkembangan hirarkis kelelahan sel-T selama persistensi infeksi virus.
6
Pada infeksi virus kronis, kelelahan sel-T adalah suatu kondisi yang sangat  jelas  ditandai  dengan  hilangnya  fungsi  sel-T  secara  bertahap  dan
progresif.  Sebagai  akibat  peningkatan  antigen  atau  viral  load,  ekspresi reseptor  coinhibitory  seperti  PD-1,  TIM-3,  CTLA-4  dan  CD244  2B4  akan
sangat meningkat pada permukaan sel T yang kelelahan, dan sangat erat kaitannya dengan berkurangnya respon sel T. Selanjutnya, secara hirarkis,
sel  T  yang  kelelahan  tersebut  kehilangan  kapasitas  proliferasi  dan  fungsi efektor,  termasuk  terganggunya  produksi  sitokin  seperti  IL-2,  TNF-
α  dan IFN-
.  Pada  akhirnya,  dalam  tahap  kelelahan  berat,  sel  T  spesifik-virus dapat  sepenuhnya  hilang,  menyebabkan  hilangnya  respon  sel-T  spesifik-
virus
6
Gambar 5.
Pendekatan imunoterapi infeksi VHB menahun
Sel  T  yang  kelelahan,  merupakan  target  sejumlah  jalur  sinyal dimana  melalui  sel  tersebut,  reseptor  inhibisipenghambat  dapat
mengirimkan  sinyal  penekan  untuk  menghambat  respons  fungsional  dan proliferasi  selama  infeksi  VHB  kronis.  Data  yang  ada  mendukung  bahwa
reseptor  penghambat  termasuk  PD-1,  CTLA-4,  TIM-3  dan  CD244
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
mengambil  bagian  dalam  mekanisme  imunoregulasi  kelelahan  sel-T. Oleh karena  itu,  pemulihan  fungsi  sel-T  yang  kelelahan  tampaknya  dapat
menjadi efektif dengan kesalahan dalam pemblokiran reseptor penghambat atau secara bersamaan memblokir beberapa molekul penghambatan.
Selain  itu,  memblok  sitokin  penghambat  seperti  IL-10  atau  TGF- juga dianggap sebagai pendekatan yang bermanfaat untuk modulasi fungsi
sel-sel  T.  Setelah  blokade  antibodi, kemampuan  sel  T  untuk  berproliferasi dan  mengeluarkan  sitokin  dapat  dipulihkan  pada  pasien  yang  terinfeksi
VHB  kronis.  Berdasarkan  temuan  ini,  pendekatan  immunoterapeutik  layak dieksplorasi lebih baik untuk pengobatan anti-virus pasien VHB.
6
Terdapat imunoterapi
berbasis adenovirus
baru sebagai
pendekatan  pengobatan  terkini  novel  untuk  hepatitis  kronis  B  HKB. Sampai  saat  ini,  imunoterapi  VHB  telah  dijelaskan  pada  tingkat  praklinis
dan klinis dengan keterbatasan atau tidak ada keberhasilan.  Terapi kelas baru  novel  VHB  sudah  termasuk  HBsAg  dalam  mayoritas,  antigen  core
dalam  beberapa  dan  hanya  satu  coding  untuk  polimerase  VHB. Imunoterapi  VHB  dapat  menginduksi  sel  T  fungsional  pada  VHB  tikus
transgenik,  biasanya  tikus  transgenik  untuk  antigen  VHB  tunggal,  tetapi efek  pada  parameter  virus  telah  jarang  dilaporkan  setelah  pemberiannya,
terutama pada kadar HBsAg di sirkulasi darah.
7
Gambar  6.  Imunoterapi  untuk  pengobatan  VHB  dicapai  dengan  pemulihan kelelahan sel T.
6
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
TG1050  adalah  salah  satu  imunoterapi  VHB  dalam  satu  entitas tunggal  yang  dapat  mengatasi  tiga  antigendomain  VHB,  termasuk
polymerase.  TG1050  menginduksi  persistensi  respon  sel  T  spesifik-VHB multifungsi  hingga  400  hari  setelah  suntikan  tunggal.  Setelah  injeksi
tunggal  maupun  beberapa  kali  suntikan,  TG1050  dapat  mendidik  sel  T fungsional  di  lingkungan  VHB  kronis  dan  menampilkan  aktivitas  antivirus
yang signifikan dan terus-menerus, khususnya dampak pada kadar HBsAg. TG1050  adalah  satu-satunya  imunoterapeutik  VHB  berbasis  adenovirus
yang  saat  ini  direncanakan  untuk  pengujian  di  klinik.  TG1050  selanjutnya akan diuji di klinik dikombinasikan dengan NAs untuk pengobatan HKB dan
bertujuan  untuk  meningkatkan  angka  kesembuhan.  Jika  berhasil,  TG1050 akan  membawa  paradigma  pengobatan  baru  untuk  pasien  dengan  HKB.
7
TG1050  menunjukkan  serokonversi  HBsAg  pada  model  tikus  terinfeksi VHB persisten.
8
Selain  TG  1050,  masih  terdapat  kandidat  obat  lain  yang  tergolong imunoterapi  yaitu  vaksin  terapeutik  GS-4774  yang  merupakan  suatu
rekombinan, heat-killed, vaksin rekayasa genetik yang berbasis ragi untuk mengekspresikan  antigen  spesifik  VHB  yaitu  HBs,  HBc,  dan  HBx.  Pada
percobaan  dengan  partisipan  individu  sehat  hasilnya  aman  dan  dapat ditoleransi.
9
Gambar  7.  Intervensi  terapeutik  yang  dapat  mencapai  pengendalian  virus pada infeksi VHB.
5
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Di  samping  aktivasi  imun  respon  humoral  untuk  membatasi penyebaran VHB, suatu paradigma baru berupa vaksinasi terapeutik telah
diperkenalkan yaitu induksi respon sel T multi-spesifik dan multi-fungsional terhadap antigen VHB utama.  Suatu vaksin ideal oleh karenanya, pertama
harus  menginduksi  antibodi  penetralisir  dan  pada  tahap  kedua  sel  T. Vaksin  berbasis  protein  dan  dikombinasi  dengan  adjuvant  poten,
tampaknya  sangat  cocok  untuk  priming  pada  vaksinasi  prime-boost  dan terutama  untuk  menginduksi  antibodi.  Adjuvan  berbasis  aluminium
hendaknya dihindari oleh karena menginduksi respon imun tipe Th2, yang akan  sangat  susah  dirubah.  Sesudah  pengurangan  viremia  dan
antigenemia, vaksin vector seperti MVA modified vaccinia  virus Ankara  - atau vaksin berbasis adenovirus yang menyandi antigen VHB adalah paling
efisien untuk menginduksi sitotoksik sel T limfosit spesifik-VHB.
10
Suatu  pemahaman  yang  lebih  komprehensif  terhadap  fase  respon pejamu  terhadap  invasi  VHB,  pemicu  potensial  terhadap  flare  hati,  dan
mekanisme  molekuler  yang  mendasari  persistensi  infeksi  serta imunopatologinya  akan  sangat  membantu  menata  strategi  terapeutik  di
masa  yang  akan  datang.  Pendekatan  sinergis  memacu  respon  imun pejamu  dengan  intervensi  imunoterapi  spesifik  dan  supresi  viral  load
secara  efektif  akan  sangat  dibutuhkan  untuk  pemberantasan  VHB berkelanjutan.
11
Idealnya,  baik  respon  imun  bawaan  dan  adaptif  harus  dipicu  oleh vaksinasi  terapeutik  spesifik-VHB  yang  menghasilkan  imunitas  kuat  dan
multi-spesifik  sel  T  dan  sel  B  terhadap  beberapa  antigen  HBV.  Vaksinasi terapeutik  untuk  infeksi  VHB  kronis  bertujuan  untuk  mengatasi  efek
imunosupresif  dimediasi  oleh  muatan  antigen  tinggi,  lingkungan  hati tolerogenik, tetapi juga disfungsi sel-T diinduksi, misalnya oleh peningkatan
aktivitas Treg.
12
Ringkasan
Interaksi  antara  pejamu,  terutama  sistem  imunnya,  dengan  virus hepatitis  B  serta  peran  beberapa  faktor  lingkungan  sangat  menentukan
kerusakan  patologis  pada  hati  seorang  individu  yang  terinfeksi  VHB. Peranan obat antivirus NAs dan interferon terpegilasi untuk eradikasi virus
masih jauh dari harapan kita.
PKB XXIII Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research
Denpasar, 05-07 November 2015
Upaya  untuk  menemukan  formula  obat  terbaru  dalam  rangka eradikasi  VHB  masih  terus  berlangsung.  Salah  satu  opsi  pendekatan
terapeutik  yang  menjanjikan  adalah  imunoterapi.  Sel  hepatosit  terinfeksi VHB  mungkin  juga  menjadi  target  terapi  dengan  pendekatan  imunoterapi
yaitu  baik  dengan  meningkatkan  respon  imun  komponen  sel  T  spesifik- VHB atau merangsang langsung respon imun innate bawaan intrahepatik.
Dengan  memahami  mekanisme  seluler  dan  molekuler  bagaimana VHB  menghindari  respon  imun  pejamu  maka  pada  akhirnya  akan
membantu  pengembangan  strategi  imunoterapi  terbaru  untuk  terminasi infeksi VHB menahun.
Daftar Bacaan 1.  Bertoletti  A,  Rivino  L.  Hepatitis  B: future  curative  strategies.  Curr Opin
Infect Dis 2014;27:528 –534.
2.  Chang  JH,  Guo  F,  Zhao  XS,  Guo  JT.  Therapeutic  strategies  for  a functional  cure  of  chronic  hepatitis  B  virus  infection.  Acta
Pharmaceutica Sinica B 2014;44:248 –257.
3.  Grimm D, Heeg M, Thimme R. Hepatitis B virus: from immunobiology to immunotherapy. Clin Sci 2013;124:77
–85.
4.  Minami  M.  Future  therapy  for  hepatitis  B  virus  infection.  Clin  J