Dasar Teori Penyesuaian rasio arus jalan minor ditentukan dari grafik 2.4

commit to user 5

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Dasar Teori

Simpang adalah sutu daerah yang di dalamnya terdapat dua atau lebih cabang jalan yang bertemubersilangan, termasuk di dalamnya fasilitas yang diperlukan untuk pergerakan lalu lintas Morlok 1978 . Persimpangan merupakan bagian penting dari suatu jaringan jalan, oleh karena itu efisien dari penggunaan jaringan jalan tergantung dari pelayanan yang diberikan oleh persimpangan baik dari segi keamanan maupun kenyamanan kendaraan. Untuk mengukur suatu kapasitas j alandiperlukan arus lalu-lintas yang satuannya dinyatakan dalam satuan mobil penumpang smp. Setiap jenis kendaraan memiliki angka penyetara yang berbeda-beda dengan mobil penumpang yang biasa disebut Ekivalensi Mobil Penumpang emp. Ekivalensi mobil penumpang menyatakan tingkat gangguan yang ditimbulkan oleh mobil penumpang dalam kondisi lalu-lintas yang sama. Angka emp untuk setiap jenis kendaraan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu angka emp pada Simpang dan pada ruas jalan DLLAJR, 1990. Pada persimpangan jalan sering terjadi alih gerak Manuver . Dari sifat dan tujuan gerakan didaerah persimpangan dikenal beberapa bentuk alih gerak,yaitu : 1. Diverging memisah 2. Merging menggabung 3. Crossing memotong 4. Weaving menyilang commit to user 6 2.2. Simpang tak bersinyal 2.2.1. Definisi dan Istilah di Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada beberapa istilah yang digunakan. notasi, istilah dan defenisi dibagi menjadi 3, yaitu : kondisi geometrik, kondisi lingkungan dan kondisi lalu lintas. Tabel 2.1. Notasi, Istilah dan Definisi pada simpang tak bersinyal Notasi Istilah Definisi Kondisi geometrik Lengan Bagian simpang jalan dengan pendekat masuk atau keluar Jalan Utama Adalah jalan yang paling penting pada simpang jalan, misalnya dalam hal klasifikasi jalan. Pada suatu simpang 3 jalan yang menerus selalu ditentukan sebagai jalan utama A, B, C, D Pendekat Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan simpang jalan. Pendekat jalan utama notasi B dan D dan jalan simpang A dan C. Dalam penulisan notasi sesuai dengan perputaran arah jarum jam. Wx Lebar Masuk Pendekat X m Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian tersempit, yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. X adalah nama pendekat. Wi Lebar Pendekat Simpang Rata-Rata Lebar efektif rata-rata dari seluruh pendekat pada simpang W AC W BC Lebar Pendekat Jalan Rata-Rata m Lebar rata-rata pendekat ke simpang dari jalan Jumlah Lajur Jumlah lajur ditentukan dari lebar masuk jalan dari jalan tersebut Kondisi Lingkungan CS Ukuran Kota Jumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan SF Hambatan Samping Dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat kegiatan sisi jalan Kondisi Lalu Lintas P LT Rasio Belok Kiri Rasio kendaraan belok kiri PLT = QLTQ Q TOT Arus Total Arus kendaraan bermotor total di simpang dengan menggunakan satuan veh, pcu dan AADT P UM Rasio Kendaraan Tak Bermotor Rasio antara kendaraan tak bermotor dan kendaraan bermotor di simpang Q MI Arus Total Jalan Simpangminor Jumlah arus total yang masuk dari jalan simpangminor vehh atau pcuh Q MA Arus Total Jalan Utamamajor Jumlah arus total yang masuk dari jalan utamamajor vehh atau pcuh Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 commit to user 7 2.2.

2. Lebar Pendekat jalan rata-rata, Jumlah Lajur dan Tipe Simpang

Lebar pendekat rata-rata untuk jalan simpang dan jalan utama dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut : W AC = W A + W C 2 dan ………………………...……………………………1 W BD = W B + W D 2 ……………………………………...…………………....2 Lebar pendekat rata-rata untuk seluruh simpang adalah : W I = W A + W C + W B + W D Jumlah lengan simpang ………………….…3 Jika a = 0, maka W I = W C + W B + W D Jumlah lengan simpang Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan dari lebar rata-rata pendekat jalan untuk jalan simpang dan jalan utama sebagai berikut : Tabel 2.2. Lebar Pendekat dan Jumlah Lajur Lebar pendekat jalan rata-rata, W AC , W BD m Jumlah lajur total untuk kedua arah W BD = b + d22 5,5 ≥ 5,5 2 4 W AC = a2 + c2 2 5,5 ≥ 5,5 2 4 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Gambar 2.1. Jumlah lajur dan lebar pendekat jalan rata-rata Tipe simpangIntersection Type IT ditentukan banyaknya lengan simpang dan banyaknya lajur pada jalan major dan jalan minor di simpang tersebut dengan commit to user 8 kode tiga angka seperti terlihat di tabel 2.3 di bawah ini. Jumlah lengan adalah banyaknya lengan dengan lalu lintas masuk atau keluar atau keduanya. Tabel 2.3. Kode Tipe Simpang IT Kode IT Jumlah Lengan Simpang Jumlah Lajur Jalan Minor Jumlah Lajur Jalan Major 322 324 342 422 424 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

2.2.3. Peralatan Pengendali Lalu Lintas

Peralatan pengendali lalu lintas meliputi ; rambu, marka, penghalang yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh peralatan pengendali lalu lintas pada simpang dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan bila perlu. Semua merupakan sarana utama pengaturan, peringatan, atau pemandu lalu lintas. Fungsi peralatan pengendali lalu lintas adalah untuk menjamin keamanan dan efisien simpang dengan cara memisahkan aliran lalu lintas kendaraan yang saling bersinggungan. Dengan kata lain, hak prioritas untuk memasuki dan melalui suatu simpang selama periode waktu tertentu diberikan satu atau beberapa aliran lalu lintas. Untuk pengandalian lalu lintas di simpang, terdapat beberapa cara utama yaitu :  Rambu STOP berhenti  Rambu Pengendalian Kecepatan,  Kanalisasi di simpan Channelization,  Bundaran Roundabout,  Lampu Pengatur Lalu Lintas.  Simpang tak brsinyal commit to user 9

2.2.4 Faktor Penyesuaian

a. Penyesuaian lebar pendekat,f w dapat dilihat dari grafik 2.1 Grafik 2.1 Faktor Penyesuaian lebar pendekat f w b. Penyesuain median jalan utama diperoleh dengan menggunakan tabel 2.4 penyesuaian hanya digunakan untuk jalan utama dengan 4 lajur variabel masukan adalah tipe median jalan utama. Tabel 2.4. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama f M Uraian Tipe M Faktor Penyesuaian Median, Fm Tidak ada median jalan utama Ada median jalan utama,lebar 3m Ada median jalan utama,lebar ≥ 3m Tidak ada Sempit Lebar 1,00 1,05 1,20 commit to user 10 c. Penyesuaian ukuran kota ditentukan dari tabel 2.5 Tabel 2.5. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota f cs Ukuran Kota CS Penduduk Juta Faktor Penyesuaian ukuran kota F cs Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat Besar 0,1 0,1 - 0,5 05 – 1,0 1,0 – 3,0 3,0 0,82 0,88 0,94 1,00 1,05 d. Penyesuain tipe lingkungan jalan,hambatan samping dan kendaraan tak bermotor, F RSU dihitung menggunakan tabel 2.6 di bawah. Tabel 2.6. Faktor Penyesuain tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan Kendaraan tak bermotorF RSU commit to user 11 e. Penyesuaian belok kiri ditentukan dari grafik 2.2 Grafik 2.2 Faktor Penyesuaian Belok Kiri Simpang tak Bersinyal f LT f. Penyesuaian belok kanan ditebtukan dari grafik 2.3 Grafik 2.3 Faktor Penyesuaian Belok Kanan Simpang tak Bersinyal P RT commit to user 12

g. Penyesuaian rasio arus jalan minor ditentukan dari grafik 2.4

Grafik 2.4 Faktor Penyesuaian Arus Jalan Minor P RT

2.2.5. Kapasitas Simpang Tak Bersinyal

MKJI 1997 mendefenisikan bahwa kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan tetap pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu dinyatakan dalam kendjam atau smpjam. Kapasitas total suatu persimpangan dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian antara kapasitas dasar C o dan faktor- faktor penyesuaian F. Rumusan kapasitas simpang menurut MKJI 1997 dituliskan sebagai berikut : C = C o x F W x F M x F CS x F RSU x F LT x F RT x F MI …………….………………4 keterangan ; C = Kapasitas aktual sesuai kondisi yang ada C o = Kapasitas Dasar F W = Faktor penyesuaian lebar masuk commit to user 13 F M = Faktor penyesuaian median jalan utama F CS = Faktor penyesuaian ukuran kota F LT = Faktor penyesuaian rasio belok kiri F RT = Faktor penyesuaian rasio belok kanan F MI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor 2.2. 6. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan DS merupakan rasio arus lalu lintas smpjam terhadap kapasitas smpjam, dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : DS = Qsmp C….. ……………………………………………………..………5 keterangan ; DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas smpjam Q smp = Arus total sesungguhnyasmpjam, dihitung sebagai berikut : Q smp = Q kend X F smp F smp = merupakan faktor ekivalen mobil penumpang emp.

2.2.7. Tundaan D

Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu. Hambatan tersebut muncul jika kendaraan berhenti karena terjadinya antrian di simpang sampai kendaraan itu keluar dari simpang karena adanya pengaruh kapasitas simpang yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan mempengaruhi nilai waktu tempuh kendaraan. Semakin tinggi nilai tundaan, semakin tinggi pula waktu tempuh. a. Tundaan lalu lintas rata-rata untuk seluruh simpang D TI Tundaan lalu lintas rata-rata D TI detiksmp adalah tundaan rata-rata untuk seluruh kendaraan yang masuk simpang. Tundaan D TI ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan D TI dan derajat kejenuhan DS. commit to user 14 - Untuk DS ≤ 0,6 : DT I = 2+ 8.2078xDS - [1 – DSx2] …………………….………………………..6 - Untuk DS 0,6 : DT I =1,0504 0,2742 – 0,2042 DS - 1 - DS 2………………………….7 b. Tundaan lalu lintas rata-rata untuk jalan major DT MA Tundaan lalu lintas rata-rata untuk jalan major merupakan tundaan lalu lintas rata-ratauntuk seluruh kendaraan yang masuk di simpang melalui jalan major. - Untuk DS ≤ 0,6 : DT MA =1,8 + 5,8234 DS - 1 – DS 1,8…………………………………….8 - Untuk DS ≤ 0,6 : DT MA =1,05034 0,346-0,24DS - 1 - DS 1,8 ……………………………..9 c. Tundaan lalu lintas rata-rata jalan minor DT MI Tundaan lalu lintas rata-rata jalan minor ditentukan berdasarkan tundaan lalu lintas rata-rata DTi dan tundaan lalu lintas rata-rata jalan major DT MA . DT MI = Q TOT x DT 1 - Q MA x DT MA Q MI ………………………………….10 commit to user 15 keterangan ; Q smp = Arus total sesungguhnyasmpjam, Q MA = Jumlah kendaraan yang masuk di simpang memalui jalan major smpjam Q MI = Jumlah kendaraan yang masuk di simpang memalui jalan minor smpjam d. Tundaan geometrik simpang DG Tundaan geometrik simpang adalah tundaan geometrik rata-rata seluruh kendaraan bermotor yang masuk di simpang. DG dihitung menggunakan persamaan : - Untuk DS 1,0 : DG = 1 – DS x P T x 6 + 1 - P T x 3 + DS x 4 …..……………………………..11 - Untuk DS ≥ 1,0 : DG = 4 detiksmp ……………………………………….……………………….. 12 5. Tundaan simpang D Tundaan simpang dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : D = DG + DTi ……………………………………………………..………….13

2.3. Simpang Bersinyal traffic signal