41
24. Evaluasi adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap proses 25.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
26. Wajib belajar adalah program pendidikan dasar 9 tahun dan
pendidikan menengah 3 tahun yang harus diikuti oleh warga masyarakat atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah. 27.
Manajemen berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan potensi masyarakat.
28. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri
dan diangkat
untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. 29.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
5. Bab Materi Pokok Yang Diatur a. Tujuan, Ruang Lingkup dan Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Tujuan Penyelenggaraan pendidikan adalah pemerataan kesempatan pendidikan,
meningkatkan mutu
kegiatan belajar
mengajar danmengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada partisipasi
masyarakat, transparansi
anggaran pendidikan
dan akuntabilitas
penyelengaraan pendidikan secara keseluruhan. Ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan meliputi:
a. peserta didik;
b. penyelenggaraan pendidikan formal;
c. penyelenggaraan pendidikan non formal;
d. pendidikan anak usia dini;
e. pendidikan khusus;
f. pendidikan keagamaan;
g. pendidikan bertaraf internasional dan pendidikan berbasis
42
keunggulan lokal; h.
penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga asing; i.
pendidik dan tenaga kependidikan; j.
sarana dan prasarana pendidikan; k.
evaluasi; l.
akreditasi; m.
pengawasan; n.
wajib belajar; o.
partisipasi masyarakat; dan p.
pendanaan pendidikan yang menjadi batas kewenangan Pemerintah Kabupaten.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah : a.
pendidikan diselenggarakan sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang;
b. pendidikan diselenggarakan sebagai kesatuan yang sistematik,
terbuka, demokratis dan adil melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan
masyarakat meliputi
penyelenggaraan dan
pengendalian layanan mutu pendidikan; c.
pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai budaya, lingkungan dan kemajemukan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat;
d. pendidikan diselengarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat; e.
pengelolaan pendidikan harus berdasarkan penerapan prinsip- prinsip manajemen pendidikan yang aktual;
f. Pemerintah Kabupaten bertanggung jawab atas penyelenggaraan
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah; g.
Pemerintah Kabupaten memfasilitasi terselenggaranya satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan pendidikan luar
biasa; h.
Pemerintah Kabupaten wajib menyusun dan melaksanakan Standar
Penyelenggaraan Pelayanan
Publik dan
Standar
43
Pelayanan Minimal SPM; i.
Satuan Pendidikan wajib menyusun dan melaksanakan Standar Penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan
j. Satuan Pendidikan wajib melaksanakan Standar Pelayanan
Minimal SPM.
b.Hak dan kewajiban Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Pemerintah Kabupaten
berhak mengelola,
memantau dan
mengendalikan penyelenggaraan
pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban
kepada masyarakat.
Pemerintah Kabupaten
berkewajiban: a.
menyelenggarakan pendidikan,
mendayagunakan dan
mengembangkan pendidik, tenaga kependidikan, kurikulum, buku ajar, peralatan pendidikan, tanah dan bangunan atau
gedung serta
pemeliharaannya untuk
sekolah yang
diselenggarakan Pemerintah Kabupaten; b.
membantu penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
c. menjamin terlaksananya sistem pendidikan yang berkualitas
melalui layanan dan kemudahan pendidikan; d.
menyediakan anggaran pendidikan; dan e.
menyelenggarakan wajib belajar. Masyarakat mempunyai hak dan kedudukan yang sama untuk
memperoleh pendidikan
sesuai prinsip-prinsip
penyelenggaraan pendidikan.Masyarakat wajib berpartisipasi demi kemajuan pendidikan
guna mendukung terlaksananya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
c. Satuan Pendidikan
Setiap satuan pendidikan berhak untuk : a.
memperoleh dana operasional dan pemeliharaan pendidikan bagi Satuan Pendidikan Negeri;
b. memperoleh bantuan dana operasional dan pemeliharaan
44
pendidikan bagi Satuan Pendidikan Swasta; dan c.
merencanakan dan menyusun kurikulum. Setiap Satuan Pendidikan berkewajiban untuk :
a. menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh
pendidikan tanpa membedakan status sosial peserta didik; b.
memfasilitasi dan bekerja sama dengan Komite Sekolah untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis sekolah;
c. menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah APBS, dan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah kepada Komite Sekolah dan seluruh
orang tuawali peserta didik; d.
menyusun dan melaksanakan Standar Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
e. melaksanakan Standar Pelayanan Minimal SPM;
f. melaksanakan kurikulum.
d. Peserta Didik
Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak untuk: a.
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama serta
memperoleh jaminan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dipeluknya;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya; c.
mendapatkan beasiswa atau penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik;
d. mendapatkan bantuan fasilitas belajar, bantuan biaya
pendidikan, kesehatan dan santunan kecelakaan, kematian serta peningkatan gizi yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan
Bupati; e.
mendapat pembebasan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tergolong keluarga miskin; dan
f. menyelesaikan batas waktu program pendidikan sesuai dengan
45
kecepatan belajar masing-masing dengan tidak menyimpang dari persyaratan yang ditetapkan.
Setiap peserta didik berkewajiban untuk : a.
mematuhi semua peraturan yang berlaku; b.
menghormati tenaga kependidikan dan pendidik; c.
menjaga norma-norma
pendidikan untuk
menjamin berlangsungnya proses dan keberhasilan pendidikan;
d. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut; dan e.
ikut memelihara kebersihan, ketertiban dan keamanan sarana dan prasarana pendidikan.
Penerimaan dan Daftar Ulang 1Penerimaan peserta didik dilaksanakan oleh Pengelola Satuan
Pendidikan sesuai dengan daya tampung pada satuan pendidikan. 2Apabila jumlah pendaftar melebihi kapasitas daya tampung, maka
sistem dan mekanisme penerimaan peserta didik dilaksanakan melalui seleksi dengan berdasarkan pada asas keadilan dan
keterbukaan. 3Warga Negara Asing dapat menjadi peserta didik dalam satuan
pendidikan yang diselenggarakan di Kota. 4Pada Taman Kanak-kanak TK atau bentuk lain yang sederajat
jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajarkelas paling sedikit 10 sepuluh peserta didik dan paling banyak 25 duapuluh
lima peserta didik. 5Pada Sekolah Dasar SD, Madrasah Ibtidaiyah MI, Sekolah
Menengah Pertama SMP, Madrasah Tsanawiyah MTs dan Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA jumlah peserta didik
dalam satu rombongan belajarkelas paling sedikit 20 duapuluh peserta didik dan paling banyak 40 empat puluh peserta didik.
6Pada Sekolah Menengah Kejuruan jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajarkelas berkisar antara 20 duapuluh peserta didik
sampai dengan 40 empat puluh peserta didik untuk kelompok
46
regular, dan 20 duapuluh peserta didik sampai dengan 36 tigapuluh enam peserta didik untuk kelompok RSBI.
7Daftar ulang hanya diberlakukan terhadap peserta didik yang tidak naik kelas dan tidak lulus dengan tanpa dipungut biaya.
8Sistem dan tata cara penerimaan peserta didik ditetapkan dengan Peraturan bupati.
Mutasi 1Mutasi peserta didik dapat dilakukan dalam, jenjang pendidikan yang
sejenis dan setara oleh Pengelola Satuan Pendidikan di bawah koordinasi Dinas.
2Peserta didik yang berasal dari luar daerah, mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mengikuti pendidikan pada Satuan
Pendidikan dan jalur pendidikan lain yang setara.
e. Pendidikan Formal
Pemerintah Kabupaten bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan dasar yang meliputi:
a. pengadaan, pendayagunaan tenaga kependidikan dan pendidik,
buku pelajaran, sarana dan prasarana pendidikan serta pemeliharaannya; dan
b. pengembangan tenaga kependidikan dan pendidik serta sarana
dan prasarana pendidikan. Tanggung Jawab Masyarakat, Organisasi dan Yayasan Masyarakat,
organisasi atau yayasan yang berbadan hukum yang mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan, bertanggung jawab atas:
a. pengadaan sarana dan prasarana pendidikan;
b. tenaga kependidikan dan pendidik; dan
c. keberlangsungan serta mutu satuan pendidikan yang didirikan.
Pendirian dan Pengintegrasian Satuan Pendidikan 1
Pemerintah Kabupaten, masyarakat, organisasi atau yayasan yang berbadan hukum dapat mendirikan satuan pendidikan formal.
2 Walikota menetapkan pendirian dan pengintegrasian Satuan Pendidikan
Negeri.
47
3 Kepala Dinas menetapkan pendirian dan pengintegrasian Satuan
Pendidikan Swasta. 4
Pendirian satuan pendidikan formal, didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan perencanaan pengembangan pendidikan secara lokal,
regional, nasional maupun internasional. 1Pendirian satuan pendidikan formal harus memenuhi syarat studi
kelayakan yang meliputi: a.
sumber peserta didik; b.
tenaga kependidikan dan pendidik; c.
kurikulum dan program kegiatan belajar; d.
sumber pembiayaan; e.
sarana dan prasarana; dan f.
manajemen penyelenggaraan sekolah. 2Pendirian satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK juga
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
adanya potensi lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan tamatan SMK yang akan didirikan dengan mempertimbangkan
pemetaan satuan pendidikan sejenis sesuai dengan kebutuhan masyarakat; dan
b. adanya dukungan masyarakat termasuk dunia usaha, dunia
industri dan unit produksi yang dikembangkan di satuan pendidikan.
3Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan syarat teknis pendirian satuan pendidikan formal diatur dengan Peraturan bupati.
Satuan Pendidikan Formal 1Satuan pendidikan formal yang dintegrasikan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut: a.
Penyelenggara satuan pendidikan formal tidak mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran;
b. Tidak dipenuhinya jumlah minimal peserta didik; dan
c. Satuan pendidikan yang diintegrasikan harus sesuai dengan
jenjang dan jenisnya.
48
2Satuan pendidikan formal yang diintegrasikan mengalihkan tanggung jawab edukatif dan administratif peserta didik, tenaga kependidikan
dan pendidik kepada satuan hasil integrasi. 3Tata cara dan syarat teknis pengintegrasian satuan pendidikan formal
diatur dengan Peraturan bupati. Penutupan Satuan Pendidikan
1Penutupan satuan pendidikan formal dapat berupa penghentian kegiatan belajar mengajar atau penghapusan satuan pendidikan.
2Penutupan satuan pendidikan formal dilakukan apabila satuan pendidikan tidak lagi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum Pendidikan Formal 1Pelaksanaan kurikulum pendidikan formal berpedoman pada standar
nasional dan
dimungkinkan untuk
menerapkan standar
internasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2Diversifikasi kurikulum pada setiap satuan pendidikan formal disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan potensi satuan
pendidikan sesuai dengan kewenangannya. 3Satuan pendidikan menyusun kurikulum muatan lokal berbasis
kompetensi dengan memperhatikan: a.
agama; b.
peningkatan iman dan taqwa; c.
peningkatan akhlak mulia; d.
peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik; e.
keragaman potensi daerah dan lingkungan; f.
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; g.
tuntutan dunia kerja; h.
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni budaya; i.
dinamika perkembangan global; j.
persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan. 4Pengembangan mata pelajaran muatan lokal diserahkan pada satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan
49
kemampuan peserta didik serta sumber daya yang dimiliki oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
5Penjabaran kurikulum harus sesuai dengan target waktu yang sudah ditentukan dan hal tersebut menjadi tanggung jawab tenaga
pendidik. Bahasa Pengantar
1Bahasa pengantar dalam pendidikan formal adalah Bahasa Indonesia. 2Bahasa Bali dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap
awal pendidikan. 3Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran Bahasa
Bali wajib diajarkan. 4Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada
satuan pendidikan
tertentu untuk
mendukung kemampuan
berbahasa asing peserta didik.
f. Pendidikan Non Formal
Manajemen dan Kelembagaan 1Pendidikan non formal dapat diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten atau masyarakat atau organisasi non yayasan yang berbadan hukum.
2Penyelenggaraan pendidikan non formal yang dilakukan Pemerintah Kabupaten dilaksanakan oleh Dinas danatau instansi terkait serta
Sanggar Kegiatan Belajar SKB. 3Penyelenggaraan pendidikan non formal yang dilakukan masyarakat
dan organisasi non yayasan yang berbadan hukum dilaksanakan oleh Lembaga Kursus, Lembaga Pelatihan, Kelompok Belajar, Pusat
Kegiatan Masyarakat serta satuan pendidikan sejenis. 4Manajemen pendidikan non formal melibatkan unsur:
a. pembina;
b. penyelenggara;
c. pendidik;
d. tenaga kependidikan;
e. penilik; dan
f. warga belajar.
50
5Lembaga penyetaraan yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah melakukan proses penilaian terhadap satuan pendidikan dengan
mengacu kepada Standar Nasional.
Pendidikan Non Formal 1Pendidikan non formal diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah danatau pendukung pendidikan formal dalam rangka
pendidikan sepanjang hayat. 2Penyelenggaraan kursus dan program yang berhubungan dengan
pendidikan non formal bertujuan untuk mengembangkan potensi warga belajar dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3Penyelenggaraan pendidikan non formal harus dikoordinasikan dengan Dinas.
4Penyelenggaraan pendidikan non formal untuk tujuan khusus harus mendapat ijin dari Dinas.
5Ketentuan mengenai persyaratan, penilaian, kelayakan dan tata cara memperoleh ijin danatau rekomendasi diatur dengan Peraturan
bupati. Jenis Pendidikan Non Formal
1Pendidikan non formal meliputi: a.
pendidikan kecakapan hidup; b.
pendidikan anak usia dini; c.
pendidikan kepemudaan; d.
pendidikan pemberdayaan perempuan; e.
pendidikan keaksaraan; f.
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; g.
pendidikan kesetaraan; dan h.
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar.
51
2Pelaksanaan pendidikan non formal diprioritaskan pada kebutuhan masyarakat dan dunia usaha serta dunia industri.
3Pemerintah memberikan
peluang dan
dukungan untuk
mengembangkan jenis dan program pendidikan non formal unggulan.
4Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara danatau pengelolaan pendidikan non formal diatur dengan Peraturan bupati.
Kurikulum Pendidikan Non Formal 1Kurikulum pendidikan non formal merupakan kegiatan bimbingan,
pengajaran danatau pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai standar sesuai dengan peraturan perundang-0undangan yang
berlaku. 2Ketentuan mengenai penyusunan dan pengembangan isi kurikulum
pendidikan non formal diatur dengan Peraturan bupati.
F.Pendidikan Anak Usia Dini
1Pendidikan anak usia dini diberikan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur: a.
pendidikan formal; b.
pendidikan non formal; danatau c.
pendidikan informal. 3Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:
a. Taman Kanak-kanak TK; atau
b. bentuk lain yang sederajat
4Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk:
a. Kelompok Bermain KB;
b. Taman Penitipan Anak TPA; atau
c. Satuan Paud Sejenis SPS
5Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk: a.
pendidikan keluarga; atau b.
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. d.
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
1 Pendidikan khusus merupakan layanan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki kebutuhan khusus karena kelaian fisik,
52
emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2 Pendidikan khusus dapat berbentuk:
a. pendidikan inklusif;
b. akselerasi;
c. eskalasi.
3 Pendidikan layanan khusus merupakan program pendidikan bagi
peserta didik di daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi.
e.
Pendidikan Keagamaan
1 Pendidikan keagamaan difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten
danatau dapat diselenggarakan oleh kelompok masyarakat dan pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 2
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama. 3
Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan: a.
formal; b.
non formal; atau c.
informal. 4
Pendidikan keagamaan berbentuk diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja, samanera, dan bentuk lain yang sejenisnya.
5 Bentuk pendidikan keagamaan diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. f.
Pendidikan Bertaraf Internasional dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
1Pendidikan bertaraf
internasional adalah
pendidikan yang
diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan yang diperkaya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu bersaing serta berkolaborasi secara global.
53
2Tujuan penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional adalah untuk mengakomodasi peserta didik yang ingin bekerjamelanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. 3Penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional dilaksanakan oleh
satuan pendidikan yang telah mencapai kategori formal mandiri. 4Peserta didik pendidikan bertaraf internasional adalah lulusan pada
jenjang di bawah satuan pendidikan yang memenuhi persyaratn- persyaratan yang diatur secara khusus dengan Peraturan bupati.
5Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyelenggarakan pendidikan dengan
acuan kurikulum yang menunjang upaya pengembangan potensi, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat daerah setempat.
6Tujuan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah
untuk mengakomodasi
peserta didik
dalam upaya
mengembangkan potensi, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat daerah setempat.
7Penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal dilakukan oleh satuan pendidikan yang telah mencapai kategori formal mandiri.
8Peserta didik pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah lulusan pada jenjang di bawah satuan pendidikan yang memenuhi
persyaratan-persyaratan yang
diatur secara
khusus dengan
Peraturan bupati. Kurikulum dan Ujian Akhir
1Kurikulum pendidikan bertaraf internasional dikembangan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan yang diperkaya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.
2Kurikulum pendidikan berbasis keunggulan lokal dikembangan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan yang diperkaya dan kembangkan sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
54
3Ujian akhir pada satuan pendidikan bertaraf internasional wajib mengikuti ujian nasional dan uji kompetensi sesuai tuntutan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global. 4Ujian akhir pada satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal
mengacu pada ujian nasional dan uji kompetensi sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
Bahasa Pengantar, Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Sarana Prasarana
1 Bahasa pengantar pada satuan pendidikan bertaraf internasional
adalah: a.
Bahasa Indonesia; b.
Bahasa Inggris; danatau c.
bahasa asing lainnya sesuai kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.
2 Satuan pendidikan bertaraf internasional harus memiliki pendidik
dan tenaga kependidikan, dan saranaprasarana sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan serta tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi global. 3
Satuan pendidikan bertaraf internasional dapat mempekerjakan pendidik dan tenaga kependidikan asing untuk mendukung proses
pembelajaran dengan
memperhatikan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
Pembiayaan 1Pembiayaan untuk pendidikan dan pengembangan tahap awal satuan
pendidikan bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten disediakan
oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi Bali danatau Pemerintah Kabupaten.
2Pembiayaan untuk pendidikan dan pengembangan tahap awal satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten
menjadi tanggung
jawab Pemerintah
Kabupaten dan dapat dibantu oleh Pemerintah Provinsi Bali danatau Pemerintah Pusat.
55
3Pembiayaan untuk pendirian tahap awal satuan pendidikan bertaraf internasional danatau yang berbasis keunggulan lokal, yang
diselenggarakan oleh masyarakat disediakan oleh yayasan atau lembaga yang berbadan hukum.
4Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Bali danatau Pemerintah Kabupaten memfasilitasi satuan pendidikan bertaraf internasional
danatau yang berbasis keunggulan lokal untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan untuk pengembangan program pendidikan.
Peran Pemerintah Kabupaten 1Pemerintah Kabupaten menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan bertaraf internasional dan yang berbasis keunggulan lokal pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
2Satuan pendidikan bertaraf internasional dan yang berbasis keunggulan lokal dapat diselenggarakan sebagai satuan pendidikan
terpadu. 3Perguruan Tinggi dan lembaga lain yang kompeten dapat berperan
memberikan pembinaan terhadap tenaga kependidikan berkaitan dengan bahasa pengantar khususnya Bahasa Inggris dan bahasa
asing lainnya. Pengawasan
Pemerintah Daerah dan Dewan Pendidikan melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional
dan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
g. Penyelenggaraan Pendidikan Oleh Pihak Asing
1Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya
dapat menyelenggarakan
Pendidikan Dasar
dan Menengah di Kabupaten sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 2Tujuan pendidikan pada lembaga pendidikan asing tidak boleh
bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. 3Penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga pendidikan asing wajib
bekerja sama dengan lembaga pendidikan nasional dan mengikutkan
56
Warga Negara Indonesia sebagai pendidik dan pengelola masing- masing minimal 25 duapuluh lima persen dari keseluruhan
pendidik dan 25 duapuluh lima persen dari keseluruhan pengelola pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang
didirikan secara bersama tersebut. 4Peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing mencakup Warga Negara Indonesia dan warga negara asing.
Sarana Pendidikan Satuan pendidikan dasar dan menengah yang didirikan oleh lembaga
pendidikan asing harus memiliki sarana pendidikan, buku pelajaran, sumber belajar, pendidik dan tenaga kependidikan sesuai tuntutan
kemajuan teknologi secara global. Kurikulum, Bahasa Pengantar dan Ujian Akhir
1Struktur kurikulum pendidikan dan sistem ujian pada lembaga pendidikan asing mengikuti kurikulum pendidikan di negara asalnya
sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. 2Selain mengikuti kurikulum dan sistem ujian sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, lembaga pendidikan asing wajib memberikan pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik Warga
Negara Indonesia. 3Bahasa pengantar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan asing adalah bahasa yang digunakan di negara asal dan bahasa Indonesia.
4Ujian akhir pada lembaga pendidikan asing terdiri atas ujian akhir yang berlaku di negara asal dan bagi peserta didik Warga Negara
Indonesia wajib mengikuti ujian nasional. Akreditasi dan Pengawasan
1Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing wajib mengikuti proses akreditasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
57
2Pemerintah Kabupaten berwenang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga pendidikan asing di
Kabupaten. 3Prosedur pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan oleh
lembaga pendidikan asing sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan bupati.
h. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga Pendidik 1Calon tenaga pendidik yang akan diangkat pada satuan pendidikan
formal baik negeri maupun swasta harus memiliki kualifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2Guru mata pelajaran agama yang akan diangkat sebagai tenaga pendidik selain harus memenuhi persyaratan sebagai tenaga
pendidik, juga harus menganut agama sesuai dengan agama yang diajarkan.
3Pemerintah Kabupaten memberikan bantuan tenaga pendidik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dengan
mengangkat danatau menempatkan tenaga pendidik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS untuk kurun waktu tertentu berdasarkan
permintaan penyelenggara pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada.
4Pengangkatan dan penempatan Tenaga Pendidik yang tidak berstatus Pegawai Negeri Sipil pada satuan pendidikan swasta dilakukan oleh
penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan. Kepala Sekolah
1Pendidik yang memenuhi persyaratan tertentu dapat diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah.
2Pengangkatan Kepala Sekolah harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 3Tata cara pengangkatan Kepala Sekolah ditetapkan sebagai berikut:
58
a. Pengawas Sekolah bersama-sama Kepala Sekolah dan Komite
Sekolah setempat mengusulkan calon Kepala Sekolah yang memenuhi persyaratan berdasarkan aspirasi pendidik;
b. Usulan calon Kepala Sekolah sebagai dimaksud pada huruf a
disampaikan kepada Kepala Dinas oleh Kepala Sekolah; c.
Kepala Dinas membentuk tim seleksi Calon Kepala Sekolah TPPKS;
d. Seleksi Calon Kepala Sekolah dilakukan secara objektif dan
transparan; e.
Berdasarkan hasil seleksi, Kepala Dinas mengusulkan calon Kepala Sekolah yang memenuhi persyaratan dan kompetensi,
kepada Bupati; f.
Penetapan calon Kepala Sekolah yang lulus seleksi ditetapkan dengan Keputusan Bupati; dan
g. Bupati
mengeluarkan Keputusan
Pengangkatan dan
Penempatan Kepala Sekolah. 4Pendidik yang berstatus PNS yang diangkat menjadi Kepala Sekolah
oleh satuan pendidikan swasta harus mendapat ijin dari Bupati. 5Tata cara pengangkatan dan penempatan Kepala Sekolah pada
satuan pendidikan swasta, dilakukan oleh penyelenggara pendidikan yang bersangkutan.
Tugas Kepala Sekolah Tugas Kepala Sekolah adalah sebagai brikut:
a. pemimpin;
b. manajer;
c. pendidik;
d. administrator;
e. wirausahawan;
f. pencipta iklim kerja; dan
g. penyelia
Tanggung Jawab dan Wewenang Kepala Sekolah 1Tanggung jawab Kepala Sekolah adalah:
59
a. melaksanakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan
melibatkan secara aktif warga sekolah dan komite sekolah; dan b.
melakukan koordinasi dengan warga sekolah dan komite sekolah dalam setiap pengambilan keputusan sekolah.
2Kepala Sekolah mempunyai wewenang memilih dan menentukan metode
kerja untuk
mencapai hasil
yang optimal
dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik
profesi. Masa Tugas Kepala Sekolah
1Masa tugas Kepala Sekolah pada satuan pendidikan negeri adalah 4 empat tahun.
2Masa tugas Kepala Sekolah pada satuan pendidikan swasta ditentukan oleh penyelenggara pendidikan yang bersangkutan.
3Kepala Sekolah pada satuan pendidikan negeri dapat diangkat kembali untuk 1 satu kali masa tugas apabila berprestasi baik
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Sekolah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
4Kepala Sekolah pada satuan pendidikan swasta dapat diangkat kembali untuk masa tugas berikutnya berdasarkan mekanisme yang
berlaku pada satuan pendidikan yang bersangkutan. 5Kepala Sekolah pada satuan pendidikan negeri, yang sudah
melaksanakan 2 dua kali masa tugas berturut-turut, dapat diangkat kembali menjadi Kepala Sekolah apabila:
a. telah melewati tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 satu
kali masa tugas; atau b.
memiliki prestasi yang istimewa, dengan tanpa tenggang waktu dan ditugaskan di sekolah lain.
6Kepala Sekolah yang masa tugasnya berakhir danatau tidak lagi diberikan tugas sebagai Kepala Sekolah, tetap melaksanakan tugas
sebagai pendidik sesuai dengan jenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses belajar mengajar atau bimbingan dan
konseling sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
60
7Kepala Sekolah yang masa tugasnya berakhir danatau tidak lagi diberikan tugas sebagai Kepala Sekolah sebagaimana yang dimaksud
pada ayat 1 dan memiliki prestasi yang sangat baik, dapat dipromosikan ke dalam jabatan fungsional maupun struktural sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberhentian Kepala Sekolah
1Kepala Sekolah dapat diberhentikan karena: a.
permohonan sendiri; b.
masa ugas berakhir; atau c.
dinilai tidak berhasil melaksanakan tugas. 2Kepala Sekolah diberhentikan dari penugasan karena:
a. telah mencapai batas usia pensiun jabatan fungsional guru;
b. diangkat pada jabatan lain;
c. dikenakan hukuman disiplin sesdang dan berat;
d. diberhentikan dari jabatan guru; atau
e. meninggal dunia.
3Pemberhentian Kepala Sekolah pada satuan pendidikan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 dilaksanakan oleh
Bupati. 4Pemberhentian Kepala Sekolah pada satuan pendidikan swasta
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan.
Pemindahan dan Penempatan 1Tenaga kependidikan yang berstatus PNS dapat dipindahkan dari
satuan pendidikan satu ke satuan pendidikan lainnya atas dasar permohonan yang bersangkutan danatau untuk kepentingan Dinas.
2Pemindahan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berkedudukan sebagai tenaga pendidik dari jenjang
pendidikan satu ke jenjang pendidikan lainnya, dapat dilaksanakan sepanjang tenaga pendidik yang bersangkutan memiliki potensi dan
kemampuan yang sangat dibutuhkan serta memenuhi ketentuan yang berlaku.
61
3Pemindahan juga dapat dilakukan pada tenaga pendidik yang masih berstatus sebagai Guru BantuGuru Tenaga Pekerja Harian Lepas
dari satuan pendidikan formal ke satuan pendidikan formal lainnya. 4Untuk
memenuhi kekurangan
tenaga pendidik,
Pemerintah Kabupaten dapat mengangkat tenaga pendidik yang baru atau
menempatkan PNS lainnya yang memiliki akta pendidikan dan sertifikasi profesi.
5Pemeindahan dan penempatan tenaga kependidikan didasarkan pada asas pemerataan, domisili dan formasi.
6Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 dilaksanakan oleh Bupati.
Pengembangan Karir Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1Pengembangan karir tenaga kependidikan berdasarkan kinerjanya.
2Dalam rangka pengembangan karir, tenaga kependidikan yang berprestasi mendapatkan penghargaan dalam jenjang jabatan atau
bentuk lain. 3Pendidik dapat diberi tugas tambahan dalam kedudukan sebagai
Kepala Sekolah, Wakil Kepala SekolahPembantu Kepala Sekolah, Ketua
Bidang KeahlianKepala
Instalasi, Ketua
Program StudiKetua Jurusan, Wali Kelas, Instruktur, Guru Inti Pemandu
Mata Pelajaran, dan tugas tambahan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4Ketentuan pangkat dan jabatan tenaga kependidikan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5Pendidik yang mendapat tugas tambahan mendapatkan tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 6Jabatan tenaga kependidikan yang tidak berkedudukan sebagai PNS
pada satuan pendidikan swasta ditentukan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.
7Tenaga kependidikan
wajib mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan standar kompetensi profesi, ilmu
62
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan nasional dan daerah.
8Pengelola satuan pendidikan berkewajiban memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk mengembangkan kempuan
professional masing-masing. 9Pemerintah
Kabupaten bertanggung
jawab meningkatkan
kemampuan profesi tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan tenaga kependidikan dalam mencapai standar profesi.
10 Dalam memenuhi tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
yata 3, Bupati memberdayakan peran Dinas, lembaga penjamin mutu, organisasi profesi serta lembaga pendidikan dan pelatihan
lainnya secara optimal. 11
Pengembangan kemampuan profesi tenaga kependidikan akan diatur dengan Peraturan bupati.
Hak, TunjanganBantuan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1Pemerintah
Kabupaten memberikan
bantuantunjangan kesejahteraan pegawai kepada pendidik atau tenaga kependidikan
yang memenuhi persyaratan baik yang berstatus PNS maupun yang tidak berstatus PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan kemampuan keuangan Kabupaten. 2Masyarakat, organisasi atau yayasan yang berbadan hukum
penyelenggara pendidikan, berkewajiban memberikan gaji dan tunjangan kepada tenaga kependidikan yang berstatus pegawai tetap
yayasan atau tenaga honorer secara berkala. 3Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus PNS dan tidak
berstatus PNS berhak memperoleh perlindungan hukum, pelayanan pendidikan,
pelayanan kesehatan
sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebutuhan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pada Satuan Pendidikan
1Pada satuan pendidikan prasekolah sekurang-kurangnya terdapat tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
a. Kepala Taman Kanak-kanak TK atau sederajat; dan
63
b. Pendidik dan Pegawai Tata Usaha.
2Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar sekurang-kurangnya terdapat tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
a. Kepala Sekolah;
b. guru kelas;
c. guru mata pelajaran pendidikan agama;
d. guru mata pelajaran pendidikan jasmani;
e. pegawai tata usaha; dan
f. dapat diadakan guru bimbingan dan penyuluhankonselor,
pustakawan, laboran serta teknisi sumber belajar. 3Pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP sekurang-
kurangnya terdapat tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
a. Kepala Sekolah;
b. Wakil Kepala Sekolah;
c. walikelas;
d. guru mata pelajaranrumpun mata pelajaran;
e. guru bimbingan dan konselingkonselor;
f. guru khusus;
g. kepala tata usaha;
h. pegawai tata usaha;
i. pustakawan;
j. laboran; dan
k. dapat diadakan koordinator mata pelajaran dan teknisi sumber
belajar. 4Pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA sekurang-
kurangnya terdapat tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
a. Kepala Sekolah;
b. Wakil Kepala Sekolah;
c. walikelas;
d. guru mata pelajaranrumpun mata pelajaran;
e. guru bimbingan dan konselingkonselor;
64
f. guru khusus;
g. kepala tata usaha;
h. pegawai tata usaha;
i. pustakawan;
j. laboran; dan
k. dapat diadakan koordinator mata pelajaran dan teknisi sumber
belajar. 5Pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK
sekurang-kurangnya terdapat
tenaga pendidik
dan tenaga
kependidikan meliputi: a.
Kepala Sekolah; b.
Wakil Kepala Sekolah; c.
ketua bidang keahliankepala instalasiketua jurusan; d.
ketua program keahliankepala bengkelkepala laboratorium; e.
guru program diklat; f.
guru bimbingandan konselingbimbingan karirkonselor; g.
guru khusus; h.
kepala tata usaha; i.
pegawai tata usaha; j.
teknisi; k.
pustakawan; l.
laboran; dan m.
dapat diadakan koordinator mata pelajaran dan Kepala Asrama. Organisasi Profesi Pendidikan
1Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan dapat membentuk dan ikut bergabung ke dalam organisasi profesi pendidikan yang diakui
dan berbadan hukum sebagai wahana pembinaan professional, pengabdian dan perjuangan.
2Organisasi profesi
pendidikan merupakan
mitra Pemerintah
Kabupaten dalam mencapai tujuan pendidikan. 3Ketentuan mengenai tujuan, peran, fungsi, tata kerja organisasi
profesi, diatur dalam anggaran dasaranggaran rumah tangga masing-masing organisasi.
65
i. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Buku Ajar 1Setiap peserta didik berhak menerima buku ajar sebagai buku wajib
dalam proses belajar mengajar tanpa dipungut biaya. 2Pengadaan buku ajar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten. 3Selain bukun ajar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekolah dapat
menggunakan buku ajar lain sebagai buku pendamping. 4Tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan komite sekolah dilarang
melakukan penjualan buku ajar kepada peserta didik. Ruangan
1 Setiap satuan pendidikan sekurang-kurangnya memiliki:
a. ruang pendidikan;
b. ruang administrasi; dan
c. ruang penunjang.
2 Spesifikasi dan ukurannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 3
Pemerintah Kabupaten menyediakan dana pemeliharaan dan perawatan ruang dan bangunan satuan pendidikan sesuai dengan
kemampuan. j.Evaluasi
Tujuan dan Sasaran Evaluasi 1Evaluasi dilakukan dalam rangka:
a. pengendalian mutu pendidikan serta memperoleh masukan
guna pengembangan pendidikan selanjutnya; dan b.
sebagai bentuk akuntabilitas publik. 2Evaluasi dilakukan terhadap:
a. peserta didik;
b. tenaga pendidik dan tenaga kependidikan;
c. lembaga dan program pendidikan pada semua jenjang satuan
dan jenis pendidikan.
Evaluasi Belajar
66
1Evaluasi belajar peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan satuan pendidikan yang bersangkutan, yang meliputi proses dan
hasil belajar dengan menerapkan prinsip ketuntasan belajar secara berkesinambungan.
2Jenis evaluasi belajar pada satuan pendidikan meliputi: a.
penilaian kelas; b.
ujian akhir; c.
tes kemampuan dasar; dan d.
penilaian mutu. 3Evaluasi peserta didik dilakukan secara berkala, menyeluruh,
transparan dan sistemik untuk mencapai standar kompetensi tertentu.
4Peserta didik berhak mendapatkan sertifikasi atas dasar evaluasi yang dilakukan.
5Sertifikasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 berbentuk ijazah dan sertifikasi kompetensi.
6Lembaga pendidikan yang terakreditasi berhak member ijazah kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajat danatau
penyelesaian suatu satuan pendidikan setelah lulus dalam ujian. 7Penyelenggara pendidikan dan pelatihan berhak memberikan
sertifikat kompetensi kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap
kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi.
Evaluasi Kinerja 1Evaluasi kinerja tenaga pendidik menjadi tanggung jawab atasan
langsung yang meliputi: a.
perencanaan; b.
pelaksanaan; c.
penilaian hasil belajar; d.
analisis hasil belajar; dan e.
perbaikan dan pengayaan. 2Evaluasi kinerja tenaga pendidik dilakukan secara berkala,
menyeluruh, transparan dan sistemik.
67
3Tes kompetensi dan sertifikasi tenaga pendidik merupakan salah satu bentuk evaluasi kinerja tenaga pendidik dalam rangka peningkatan
dan pengembangan tenaga kependidikan. 4Evaluasi kinerja yang dilakukan masyarakat atas penyelenggaraan
pelayanan yang diterima dari satuan pendidkan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal.
5Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara evaluasi kinerja diatur dengan Peraturan bupati.
k. Akreditasi
1Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pada jalur pendidikan formal dan non formal di setiap jenjang
dan jenis pendidikan. 2Akreditasi terhadap satuan pendidikan dilakukan oleh Badan
Akreditasi Sekolah BAS. 3Akreditasi dilakukan atas dasar criteria yang bersifat transparan,
objektif dan akuntabel yang meliputi aspek: a.
kurikulum dan proses belajar mengajar; b.
administrasimanajemen sekolah; c.
organisasikelembagaan sekolah; d.
sarana dan prasarana; e.
ketenagaan; f.
pembiayaan; g.
peserta didiksiswa; h.
peran serta masyarakat; dan i.
lingkungankultur sekolah. 4Satuan pendidikan yang telah diakreditasi berhak mendapatkan
sertifikat dari BAS sesuai dengan tingkat kelayakannya. 5Keanggotaan BAS terdiri dari unsur-unsur:
a. Dinas Pendidikan;
b. Dewan Pendidikan;
c. organisasi profesi;
d. Badan Musyawarah Perguruan Swasta BMPS;
e. pengawas; dan
68
f. masyarakat.
6Susunan keanggotaan BAS sebagaimana dimaksud pada ayat 5 ditetapkan dengan Keputusan Bupati untuk jenjang SD dan SMP,
serta Keputusan Gubernur untuk tingkat SMA dan SMK. 7Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara akreditasi diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
l. Pengawasan
1Pemerintah Kabupaten melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan luar sekolah.
2Pengawasan bidang teknis edukatif dilakukan oleh tenaga fungsional Pengawas Profesional yang terdiri dari pengawas TKSD, Pengawas
Rumpun Mata Pelajaran, Pengawas Bimbingan Konseling serta dilaporkan secara berkala tri wulan kepada Kepala Dinas.
3Pengawas pendidikan non formal dilakukan oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
4Pengawasan di bidang administratif manajerial dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten.
5Pada setiap satuan pendidikan terdapat fungsi pengawasan melekat. 6Dewan Pendidikan melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. 7Komite Sekolah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan satuan pendidikan.
Kedudukan dan Tugas Pengawas Sekolah dan Penilik Sekolah 1Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan
sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditunjukditetapkan.
2Penilik sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis.
3Pengawas sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik
negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.
69
4Penilik sekolah
mempunyai tugas
pokok merencanakan,
melaksanakan, membimbing dan melaporkan kegiatan penilikan pendidikan non formal.
Tanggung Jawab dan Wewenang Pengawas Sekolah dan Penilik 1Tanggung jawab Pengawas Sekolah adalah:
a. melaksanakan pengawasan pada penyelenggaraan pendidikan
di sekolah sesuai dengan penugasannya pada Taman Kanak- kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, rumpun mata pelajaranmata pelajaran dan bimbingan konseling; dan
b. meningkatkan proses belajar mengajarbimbingan dan hasil
prestasi belajarbimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
2Wewenang Pengawas Sekolah adalah: a.
memilih dan menentukan metode kerja untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kode etik profesi; dan b.
menentukan dan mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan.
3Tanggung jawab Penilik: a.
melaksanakan pengawasan terhadap lembaga penyelenggara pendidikan non formal;
b. meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan; c.
melaksanakan pemantauan dan bimbingan pada lembaga penyelenggara program pendidikan non formal yang meliputi:
1 program pengembangan anak usia dini;
2 program keaksaraan fungsional;
3 program paket A setara SD;
4 program paket B setara SMP;
5 program paket C setara SMA;
6 program kelompok belajar usaha;
70
7 pembinaan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh
masyarakat; 8
program pembinaan generasi muda; 9
program keolahragaan; dan 10
program taman bacaan masyarakat. d.
meningkatkan kualitas pembelajaran dan bimbingan dalam rangka meningkatkan mutu keluaran
4Wewenang Penilik: a.
memberi penilaian; dan b.
menentukan dan mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan.
Pengangkatan Pengawas Sekolah dan Penilik Pengangkatan Pengawas Sekolah dan Penilik dilakukan secara terbuka,
objektif dan transparan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
m. Wajib Belajar
1Pemerintah Daerah berkewajiban : a.
Menetapkan wajib belajar 12 duabelas tahun meliputi pendidikan dasar 9 sembilan tahun dan pendidikan menengah
3 tiga tahun; b.
Menjamin setiap anak mendapatkan kesempatan belajar mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah;
dan c.
Membebaskan biaya pendidikan dasar bagi wajib belajar pendidikan dasar 9 Sembilan tahun.
2Pelayanan program wajib belajar mengikutsertakan semua lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun
lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
n. Partisipasi Masyarakat
71
1Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi:
a. Perencanaan;
b. Pelaksanaan;
c. Pengawasan dan evaluasi program pendidikan; danatau
d. Pengembangan sarana prasarana melalui:
1 Dewan Pendidikan;
2 Komite Sekolah; danatau
3 yayasan penyelenggara pendidikan.
2Dunia usaha dan dunia industri wajib membantu penyelenggaraan pendidikan untuk pencapaian standar kemampuan sesuai dengan
tuntutan jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapangan kerja dan member kemudahan dalam proses pembelajaran
yang terkait dengan industri, pelaksanaan praktik kerja industri, pendidikan sistem ganda serta membantu penyaluran tenaga.
3Dunia usaha dan dunia industri wajib membina perkembangan unit produksi satuan pendidikan.
4Dunia usaha, dunia industri, Dinas Tenaga Kerja, Kamar Dagang dan Industri Daerah, Asosiasi dan Organisasi Profesi, berkewajiban
membantu satuan pendidikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan member pengakuan sertifikasi profesi sesuai program keahlian yang
ada pada satuan pendidikan. 5Pemerintah Kabupaten memberikan penghargaan atas peran
masyarakat, dunia usaha dan dunia industri dalam membantu penyelenggaraan pendidikan dan ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
o. Dewan Pendidikan
1Dewan pendidikan mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan
mutu, pemerataan
dan efisiensi
pengelolaan pendidikan.
2Dewan Pendidikan bertujuan:
72
a. mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan; b.
meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; dan
c. menciptakan suasana dan kondisi tramsparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.
3Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Dewan Pendidikan berfungsi sebagai:
a. pemberi pertimbangan;
b. pendukung;
c. pengontrol; dan
d. mediator.
4Keanggotaan Dewan Pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
5Dewan Pendidikan bertanggung jawab kepada Bupati.
p. Komite Sekolah
1Komite Sekolah mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka : a.
peningkatan mutu; b.
pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan pada satuan pendidikan.
2Komite Sekolah bertujuan : a.
mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan
operasional dan
program pendidikan di satuan pendidikan;
b. meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif dari seluruh
lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan
c. menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
73
3Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Komite Sekolah berfungsi sebagai:
a. pemberi pertimbangan;
b. pendukung;
c. pengontrol; dan
d. mediator.
4Keanggotaan Komite Sekolah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
5Komite Sekolah bertanggung jawab kepada masyarakat.
q. Pendanaan Pendidikan
Sumber dan Penggunaan 1Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara: a.
Pemerintah Pusat; b.
Pemerintah Provinsi; dan c.
Pemerintah Daerah. 2Pemerintah Daerah menetapkan biaya pendidikan selain gaji tenaga
kependidikan dan biaya pendidikan kedinasan minimal 20 dari anggaran Pendapatan dan Belanja daerah.
3Pembiayaan pendidikan terdiri atas: a.
biaya investasi; b.
biaya operasional; dan c.
biaya personal. 4Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
3 huruf a meliputi: a.
Biaya penyediaan sarana dan prasarana; b.
Pengembangan sumber daya manusia; dan c.
Modal kerja tetap. 5Biaya operasional satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat 3 huruf b meliputi: a.
gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji;
74
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
c. biaya operasi pendidikan yang tidak langsung berupa:
1 daya;
2 air;
3 jasa telekomunikasi;
4 pemeliharaan sarana dan prasarana;
5 uang lembur;
6 transportasi;
7 konsumsi;
8 pajak; dan
9 asuransi.
6Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf c, adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti
proses pembelajaran
secara teratur
dan berkelanjutan.
Sumbangan Pendidikan 1Biaya penyelenggaraan yang bersumber dari masyarakat dipungut
bagi orang tuawali peserta didik secara sukarela meliputi: a.
Sumbangan Pengembangan Institusi; b.
iuran dana operasional sekolah; c.
lain-lain. 2Penentuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan:
a. berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak satuan
pendidikan dengan orang tuawali peserta didik dengan berpedoman pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah RAPBS dan kemampuan orang tuawali peserta didik melalui rapat pleno;
b. bagi orang tuawali peserta didik yang berasal dari keluarga
miskin dibebaskan dari sumbangan; c.
mendapatkan pengawasan dari Pemerintah Kabupaten. 3Sumbangan Pengembangan Institusi sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf a, dilakukan setelah peserta didik dinyatakan diterima dan selesai daftar ulang di sekolah tersebut.
75
4Sumbangan Pengembangan Institusi dikenakan hanya pada peserta didik baru disetiap jenjang satuan pendidikan.
5Dana dan Sumbangan Pengembangan Institusi yang berasal dari orangtuawali peserta didik, penggunaannya diprioritaskan untuk
biaya investasi sesuai Daftar Skala Prioritas DSP. Dan tidak boleh digunakan untuk membiayan gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. 6Dana sumbangan yang diterima dari tokohanggota masyarakat,
pengusaha, organisasi
sosialkemasyarakatan yang
diterima langsung penggunaannya diprioritaskan untuk pengembangan
institusi. 7Pengelolaan biaya pendidikan harus berprinsip pada:
a. keadilan;
b. efisiensi;
c. transparansi; dan
d. akuntabilitas.
8Setiap satuan pendidikan wajib menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah RAPBS dengan melibatkan Komite
Sekolah danatau
penyelenggara satuan
pendidikan untuk
memperoleh pengesahan dari Dinas pendidikan. 9RAPBS yang telah disahkan menjadi Anggaran Belanja dan
Pendapatan Sekolah APBS dan laporan pertanggung jawaban APBS dipublikasikan di papan pengumuman sekolah.
10 Satuan pendidikan dapat mengembangkan unit produksi yang
menghasilkan sumber dana pendidikan dalam bentuk kerjasama dengan
masyarakat sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11 Dana bantuan pengembangan satuan pendidikan block grant dan
pemerintah, danatau
pemerintah Daerah,
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
76
12 Tenaga
Kependidikan pada
satuan pendidikan,
tidak diperkenankan menarik dana di luar ketentuan yang sudah
ditetapkan.
r. Penyidikan
1Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 2Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah
sebagai berikut: a.
menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian; c.
menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi; g.
mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan
i.
mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungj
awabkan.
3Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan.
s. Sanksi Administrasi
77
1Bupati berwenang memberikan sanksi administratif terhadap penyelenggara pendidikan pada semua tingkatan, yang melakukan
pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini. 2Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
berupa: a.
teguranperingatan; b.
pencabutan ijin; c.
pembubaran. 3Pelanggaran terhadap peraturan daerah ini bagi Pegawai Negeri Sipil
dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
t. Ketentuan Pidana
1Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan tanpa ijin Bupati atau Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2
dan ayat 3 diancam pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- limapuluh juta rupiah.
2Barang siapa melanggar ketentuan dalam Pasal 13 ayat 4, ayat 5 dan ayat 6, Pasal 18 ayat 2, Pasal 32 ayat 2, Pasal 36 ayat 2
dan ayat 3, Pasal 37, Pasal 38 ayat 4, Pasal 39 ayat 1, pasal 52 ayat 4 dan Pasal 67 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5,
ayat 7, ayat 8 dan ayat 9 diancam pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- limapuluh juta
rupiah. 3Selain tindak pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 dapat dikenakan pidana lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
u.
Ketentuan Penutup
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknik pelaksanaan, akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan bupati danatau Keputusan Bupati.
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
78
Agar supaya
setiap orang
dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana.
BAB VI PENUTUP
A. Rangkuman