Asidosis metabolik Proceeding Book BIDs-7 and BAMHOI-3.
dan infeksi toksoplasma ditemukan hanya pada beberapa pasien. Pada tahun 1978 oleh Olson et al, dilakukan Studi lain di Klaten, Jawa Tengah dan ditemukan alphavirus dan
flavivirus sebagai etiologi demam. Pada tahun 1995, Suharti dkk menemukan bahwa dengue terdiri hanya 49 dari total klinis dicurigai kasus DBD di Semarang, Jawa Tengah.
Etiologi lainnya termasuk rickettsia, hantavirus, leptospira, rubella, chikungunya, dan influenza.
Pada tahun 2002-2003, Vollaard et al ditemukan tingginya prevalensi SalmonelIa typhi dan infeksi parathyphi 9 dan 3 yang dikonfirmasi dengan kultur bakteri, pada
pasien demam rawat jalan dan rawat inap di Jakarta. Pada tahun 2005-2006, Gasem dkk. menekankan pentingnya mempertimbangkan leptospira dan rickettsia infeksi pada pasien
dengan demam akut di pusat-pusat kesehatan primer dan rumah sakit di Semarang. Selama periode yang sama Suwandono et al, menegaskan bahwa dengue harus
dipantau secara hati-hati, karena memberikan kontribusi 15 dari penyakit demam akut pada pasien yang melakukan perawatan di fasilitas kesehatan primer di Jakarta.
Chikungunya memiliki prevalensi yang sama, tetapi tidak ada bukti dari endemisitas. Pada tahun 2000-2008 oleh Alisjahbana et al, sebuah studi observasional yang dilakukan pada
pasien dewasa. Dalam studi tersebut didapatkan hasil etiologi demam yang berbeda- beda, masing-masing dengan proporsi: dengue 12, influenza 10, chikungunya 8,
dan tifus 2,4. Tidak seperti di Jakarta, kasus chikungunya di Bandung ditemukan sepanjang tahun. Studi-studi ini dan surveilans influenza nasional juga terdeteksi dan
muncul agen infeksi seperti virus zika di Klaten, hantavirus di Semarang dan Bandung, dan influenza subtipe H5N1 di banyak daerah. Meskipun sudah banyak studi yang telah
dilakukan, namun sebagian besar kasus masih belum ditemukan etiologinya dengan pasti. Menurut Ellis et al., Leelarasamee et al, Brown et al, etiologi yang paling sering ditemukan
pada studi ini juga merupakan etiologi atau agen penting yang ditemukan di Thailand, Myanmar, perbatasaThailand dan Malaysia.
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis,
bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain Graneto, 2010. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam
antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 Davis, 2011. Infeksi jamur yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain Davis, 2011. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria,
toksoplasmosis, dan helmintiasis Jenson Baltimore, 2007.
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh
gigi, dll, penyakit autoimun arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll,