15 atau perairan hutan bakau di sepanjang pantai. Dapat juga calon induk di dapat dari
penangkapan nelayan di laut. Kepiting yang dijadikan calon induk untuk pembenihan harus diseleksi yang telah dewasa yaitu yang ukuran karapasnya lebar tidak kurang
dari 10 cm dan berat tak kurang dari 100 gram untuk yang betina; yang jantan berat minimum 120 gram dan panjang karapas 12 cm atau lebih. Ini disebabkan karena
kepiting jantan tumbuh lebih cepat walaupun umurnya sama dengan yang betina.
Kepiting betina, abdomennya berbentuk segitiga yang lebar melipat dibawah ventral dari dadanya. Yang jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit, juga
melipat di bagian ventral dada. Gambar: 2. Betina yang tertangkap di laut kebanyakan yang sudah dewasa dan menjelang
perkawinan. Kesehatan calon induk harus diperhatikan yaitu dipilih yang kulitnya bersih tidak ada organisme penempel fouling . Anggota tubuh kaki jalan, kaki
renang, dll lengkap dan tidak cacat. Kelengkapan anggota tubuh ini penting dan berperan dalam keberhasilan pemijahan dan penetasan telurnya.
Agar produksi benihnya bagus dan telurnya banyak, kepiting betina dipilih yang berat badannya 200 gram atau lebih , panjang karapas 8 cm dan lebar karapas 11-
12 cm. Ca;on induk jantan berat 300 gram , panjang dan lebar karapas 8 dan 11 cm. Perbedaan ukuran jantan dan betina ini disebabkan kepiting jantan lebih cepat
tumbuh disbanding yang betina.
Dalam proses pematangan gonad , calon induk kepiting dipelihara didalam bak dengan kepadatan 5 ekorM2 , dengan perbandingan jantan : betina 2 : 3.
Calon induk sebelum dimasukkan kedalam bak pemeliharaan induk perlu di adabtasi lebih dahulu didalam bak penampungan selama 3 hari. Adaptasi ini perlu
untuk penyegaran kondisi calon induk karena pengangkutan. Kepiting yang pada umumnya dilakukan dengan system kering lembab . metoda penagangkutan
kepiting hidup dengan system kering ini dimungkinkan bila jarak angkut cukup dekat : 1-3 jam perjalanan.
2. Pematangan gonad
Kepiting betina agak sukar mencapai kematangan gonad terutama diluar musim pemijahan alami. Untuk mempercepat kematangan gonad, dilakukan tehnik ablasi
tangkai mata seperti dilakukan terhadap induk udang. Mardjono dkk., 1992 . Prinsip ablasi mata ialah dengan memanfaatkan system hormonal yang terjadi
pada binatang kelas Krustasea pada umumnya, yang diungkapkan oleh Adiyodi dan Adiyodi, 1970 dalam Nurjana dkk. 1985; Mardjono dkk.1992 .
Teori ini menjelaskan bahwa pada tangkai mata Dekapoda kelas Crustacea, terdapat kelenjar yang menghambat pematangan gonad yang disebut organ X. .
Adanya rangsangan dari luar yang diterima oleh susunan syaraf pusat , memerintahkan organ X untuk mengeluarkan hormone yang disebut “Gonade
16 Inhibiting Hormone “ GIH . GIH sebelum dilepas kedalam sirkulasi tubuh , di
tampung lebih dahulu didalam Sinus Gland yang juga terletak pada tangkai mata . Fungsi dari GIH secara langsung menghambat perkembangan kelenjar hormone
sex jantan androgenic hormone atau Ovarium pada binatang betina ; sehingga sperma pada jantan dan atau sel telur pada betina terhambat perkembangannya.
Dapat pula GIH mempengaruhi perkembangan gonada secara tidak langsung yakni dengan menghambat aktifitas Y-organ. Y-organ ialah kelenjar yang terletak pada
pusat syaraf pada kepala dan juga pada thorax ; Y
–organ menghasilkan hormone GSH Gonade Stimulating Hormone yang fungsinya mendorong perkembangan
gonad yaitu merangsang pembentukan sperma pada individu jantan dan pembentukan sel telur pada individu betina.
Dengan demikian jika X Organ dihilangkan dengan cara pemotongan tangkai mata maka GIH tidak terbentuk, berarti tidak ada yang menghambat perkembangan
telur dan sperma, berarti telur dan sperma akan cepat terbentuk . Akibat lain yang terjadi ialah Y organ bebas menghasilkan GSH sehingga ada
rangsangan untuk pematangan gonad menjadi kuat atau dipercepat. . Fungsi lain dari Y organ ialah berperan pada tingkah laku birahi ,
mengendalikan proses penyerapan air, proses ganti kulit dan pembentukan zat warna.
Ablasi pembuangan tangkai mata tentu termasuk juga menghilangkan bola mata hanya pada individu betina , karena individu jantan organ sex-nya mudah
dapat berkembang cepat dan sempurna secara alamiah , walaupun dipelihara didalam bak.
Uji coba telah dilakukan di Balai Budidaya Air Payau Jepara Mardjono dkk.1992 mengungkapkan bahwa walaupun kepiting betina dapat matang gonad di
tambak namun laju perkembangan gonadnya lambat bila dipelihara di dalam bak. Apabila dilakukan ablasi mata, maka individu betina tersebut lebih cepat mengalami
pematangan gonad disusul dengan proses perkawinan dan kehamilan pengeraman telur , walaupun diluar musim kawin yang alamiah.
Musim pematangan gonad dan perkawinan kepiting bakau terjadi pada musim hujan ialah pada bulan November sampai Februari . selain bulan-bulan tsb. kepiting
dapat matang gonad apabila di ablasi mata. Namun demikian diketahui juga bahwa kepiting dapat bertelur di berbagai bulan sepanjang tahun dibeberapa daerah,
bilamana kondisi alam cukup menimbulkan perangsang.
Metoda ablasi mata pada kepiting sama dengan yang diterapkan pada udang windu yaitu memotong salah satu tangkai mata unilateral ablation pada betina saja.
Ablasi baik dilaksanakan siang maupun malam hari , namun dengan syarat ketika kepiting betina tidak sedang ganti kulit , melainkan harus sedang berkulit
keras; juga agar dipilih kepiting betina yang sehat, dan tida bercacat pada anggota tubuhnya. Apabila berkulit lunak , luka karena ablasi akan menyebabkan keluarnya
17 banyak cairan tubuh sehingga kepiting dapat mati ; sedangkan kecacatan dan tidak
lengkapnya anggota badan akan berakibat terganggunya proses perkawinan, kehamilan dan penetasan telur, sehingga jumlah larva akan sedikit yang menetas.
Gambar:5 – Diagram system hormon dalam proses reproduksi Kepiting Dekapoda ,
menurut Adiyodi Adiyodi, 1970. C.
Bak Pemeliharaan
Agar memperoleh hasil yang baik dalam prose pematangan gonad induk kepiting diperlukan bak konstruksi semen ukuran 3 x 4 x 1 m 12 m3. Bentuk bak
dapat dibuat persegi ataupun oval, dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pembuangan air berbentuk pipa goyang yang mudah dioperasikan untuk mengatur
ketinggian air maupun untuk pengeringan.
Sebaiknya disediakan minimal 2 buah bak untuk pematangan gonad , bak2 itu terletak berdekatan agar memudahkan dalam pengoperasian , karena kepiting yang
telah matang gonad perlu segera diseleksi dan dipindahkan kedalam bak terpisah. Intensitas cahaya yang mengenai bak-bak itu harus diperlemah dengan cara
memberikan tutup dari bahan yang masih dapat ditembus sinar matahari tetapi intensitasnya kurang. Juga atap berfungsi agar bak tidak kena curahan air hujan
secara langsung.
Bak pemetangan induk itu harus diberi dasar lapisan lumpur campur pasir setebal 15
– 20 cm, dengan ketinggian air 30-80 cm. dasar bak juga diberi tempat berlindung shelter dari potongan-potongan pipa paralon berdiameter 3-4 inci
karena kepiting dihabitat aslinya suka bersembunyi didalam lubang-lubang.
18 Bak perlu dilengkapi dengan aerasi , 1 batu aerasi setiap 2 m2. Aerasi dipasang
setinggi 5 cm diatas lapisan lumpur dasar, agar lumpur tidak teraduk oleh proses airasi itu. Kadar oksigen dalam air diupayakan 6-7 ppm. Batu-batu airasi perlu
dibersihkan secara periodic untuk menjaga kestabilan gelembung udara. D.
Pemeliharaan Induk 1.
Media pemeliharaan
Air media pemeliharaan dengan kadar garam 30-32 ppt yang sebelumnya disaring lebih dahulu dengan saringan pasir sand filter sebagaimana lazimnya
pada hatchery untuk udang. pH air berkisar 7,5 -8,5 . DO 5-7 ppt. Dasar bak pemeliharaan induk kepiting perlu diberikan lapisan lumpur yang
sebelumnya sudah di bersihkan dan disterilkan dengan cara di rebus sampai mendidih , lalu didinginkan. Percobaan yang telah dilakukan membuktikan bahwa,
induk kepiting yang dipelihara di bak yang tanpa substrat berupa dasar lumpur, hasil perkembangan telurnya kurang baik, sedikit dan daya tetas kurang. Rusdi
dkk.,1998. 2.
Pakan
Pakan untuk calon induk dan induk kepiting ialah cacahan daging ikan, cumi- cumi yang masih segar. Pengalaman di BBAP Jepara menunjukkan bahwa cumi-
cumi harus diutamakan, karena baik untuk merangsang perkembangan gonad bagi binatang krustasea : udang ,kepiting. Mardjono dkk,1992. Banyaknya pakan 5-10
berat biomassa perhari. Pakan sejumlah itu diberikan dua kali per-hari , jam 8.00 pagi dan jam 17. 00 sore. Sebelum pakan diberikan, dasar bak dibersihkan dengan
cara menyipon untuk menyedot pakan yang ang masih tersisa. Bila pakan yang tersisa banyak, maka pemberian pakan berikutnya harus dikurangi. Sebaliknya bila
pakan tidak bersisa , pakan yang diberikan harus ditambah.
Pembersihan bak hanya dilakukan pada pagi hari saja, kecuali bila terjadi hal yang buruk, misalnya ada gejala pembusukan dengan terlihatnya banyak busa
dipermukaan air, atau air berbau busuk. Selain pakan alami berupa daging ikan dan cumi-cumi mentah segar, juga
diberi pakan buatan berupa pelet kering yang biasa diberikan untuk induk udang windu. Pakan pellet khusus untuk induk udang itu mengandung nutrisi jang baik
sebagai pelengkap ,dengan kandungan protein dan lemak esensial, vitamin dan mineral . Diberikannya cukup 2-3 kali per-minggu, dengan dosis 2 berat biomassa.
19
3. Ablasi mata