19
3. Ablasi mata
Ablasi mata dilakukan setelah calon induk dipelihara 3-5 hari didalam bak, setelah induk-induk itu terlihat sehat , gesit dan nafsu makannya baik.
Calon induk betina yang hendak di ablasi dipilih yang berkulit keras dan sehat. Pelaksana ablasi kepiting harus dilakukan oleh tehnisi yang terampil memegang
kepiting agar tidak meronta. Pemotongan mata berikut tangkainya dilakukan dengan gunting yang tajam dan dipanaskan lebih dahulu , sehingga luka bekas terpotong
segera kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan.
Selesai ablasi uni-lateral sat mata, kepiting direndam di dalam ember berisi larutan PK 5 ppm selama 15 menit, untuk mencegah infeksi. Setelah itu kepiting
dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dimana kepiting betina pasca ablasi itu di pelihara bersama dengan kepiting jantan,
dengan perbandingan jantan : betina 2:3. 3-5 hari pasca ablasi biasanya sudah ada betina yang siap untuk perkawinan.
4.
Proses Perkawinan
Kepiting Bakau melakukan perkawinan di perairan estuaria Arriola,1940 dalam Mardjono dkk. 1994. Perkawinan terjadi biasanya saat suhu air naik. Menjelang
perkawinannya, kepiting betina mengeluarkan cairan kimiawi perangsang yaitu pheromone kedalam air yang akan menarik perhatian kepiting jantan. Selanjutnya
kepiting jantan yang berhasil menemui kepiting betina sumber pheromone itu, lalu naik ke atas karapas kepiting betina yang sedang dalam kondisi pra lepas cangkang
premolt. Kepiting jantan tsb. membantu proses ganti kulit kepiting betina tsb. Selama kepiting betina mengalami proses ganti kulit, kepiting jantan akan
melindungi nya selama kurang lebih 2-4 hari sampai cangkang terlepas dari tubuh
kepiting betina . Kondisi seperti itu disebut “doubler formation” atau “ premating embrace”.
Setelah cangkang terlepas dari tubuh kepiting betina, tubuh betina dibalikkan oleh yang jantan sehingga sekarang pada posisi berhadapan untuk terjadinya
kopulasi. Semetara itu cangkang betina masih dalam keadaan lunak. “Spermatofora” dari kepiting janta
n akan disimpan didalam “spermateka” kepiting betina. Menurut Fielder dan Heasman,1978 dalam Mardjono dkk., 1991. Perkawinan kepiting ini
dapat terjadi di waktu siang maupun malam hari. Fielder dan Heasman 1978 mengungkapkan bahwa spermatofora yang
tersimpan pada kepiting betina sekali kawin mencukupi untuk pembuahan dua kali peneluran sekor kepiting betina. Telur yang telah matang gonad dalam ovarium
betina akan turun ke oviduct dan dibuahi oleh sperma, selanjutnya telur yang telah dibuahi itu dikeluarkan lalu menmpel pada umbai- umbai rambut-rambut pada
pleopoda untuk dierami oleh induk betina itu. Sekali bertelur induk kepiting dapat
20 mengeluarkan 1-8 juta butir telur , tergantung dari berat badan induk betina. , namun
biasanya yang berhasil menempel pada umbai-umbai hanya 13 nya. 5.
Perkembangan Telur Dalam Ovarium
Pada kepiting bakau, telur berkembang menuju pematangan untuk siap dibuahi, setelah terjadi kopulasi perkawinan. Jantan dan betina melepaskan diri , dan
cangkang induk betina menjadi keras kembali. 6.
Pengamatan Kematangan Telur
Mulai sepuluh hari setelah di ablasi mata dan selanjutnya pengamatan dilakukan berselang 3 hari kemudian., dilakukan pengamatan tingkat perkembangan
gonad. Berbeda dengan udang, kepiting bercangkang sangat tebal sehingga pengamatan gonad hanya dapat dilakukan melalui bagian belakang karapas tempat
bersambungan dengan abdomen. B again ini tampak menggembung bila telur kepiting berkembang penuh. Dan berwarna kemerahan cerah. Fielder dan heasman
1978 dalam Mardjono 1994 membuat tingkat perkembangan telur kepiting bakau menjadi 4 tingkatan , sbb. :
Tingkat I: belum matang immature, yaitu belum ada tanda-tanda perkembangan telur pada induk betina .
Tingkat II: Sedang dalam proses pematangan maturing perkembangan telur sudah mulai terlihat penuh, berwarna kuning, namun belum tampak menonjol penuh.
Tingkat III: Matang ripe. Telur kepiting telah dibuah dan dikeluarkan serta menempel pada umbai-umbai dibawah abdomen. Saat baru ditempelkan ,telur
berwarna kuning muda. Selanjutnya embrio makin berkembang didalam telur dan warna telur berubah menjadi kelabu, coklat kehitaman , bila hamper menetas. Lama
pengeraman inkubasi telur 14-20 hari.
Tingkat IV: Salin spent. Seluruh telur telah menetas. Ruang dibawah abdomen terlihat kosong.
Pada tingkat kematangan II akhir, telur dikeluarkan dari ovarium lalu dibuahi. Selanjutnya telur yang sudah dibuahi itu keluar tidak membuyar kedalam air
melainkan melekat pada bulu-bulu di kaki renang pleopoda yang disebut umbai- umbai dibawah abdomen mengalami masa pengeraman. Pada panti pembenihan,
saat induk mulai terlihat mengerai telur, segera dipindahkan kedalam bak pengeraman penetasan. Masa pengeraman telur 14
– 20 hari.
21
7. Pengeraman dan Penetasan