KREATIVITAS GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat

(1)

Pusat

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

Asep

NIM 809011000237

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Tarbiyah dan Keguaruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 Desernber 2013

di

depan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Maret 2014 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program

Studi) Tanggal

Bahsrissalim. M.Ag NIP. 196803071 99803 1002

Sekretaris (S ekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shidiq. M.Ae NrP. 1 9760328200003 I 001

Penguji I

Drs. Sapiuddin Shidiq. M.As NIP. 19760328200003 I 001

Penguji II

Dr. H. A. Basuni. M.Ae. NIP: 19491 1261979011001

lT/2,

b,fi

I

wJt:y"/

JTJT.-"1

'%.

-

20/'/

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(3)

MENINGKATKAN KUALITAS

PENDIDIKAN

AGAMA

ISLAM

Di

sekolah Dasar

Islam

Terpadu

Meranti

disusun

oleh

Asep,

NIM 809011000237,.Iurusan pendidikan Agama Islam, Fakultas Itmu Tarbiyah dan Keguruan {Jniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak unhrk diujikan pada sidang munaqasarh sesuai ketentuan yang clitetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Juli2012

Drs. Rusdi.Iamil. M.Ag NIP: 1962123 I I 99503 1005

Yang mengesahkan, Pernbimbing

0--\


(4)

Nomor : Un.Ol/Ft./KM.0 t.3ltV l'2013 Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Observasi

Nama NIM

Jakarta, 29 April2013

Kepada Yth.

Kepala SDIT Meranti Di

Tempat

Ass alanzu' alai kum wr.ytb.

Dengan hormat kami sarnpaikan bahwa:

: ASEP

: 80901 1000237

Jurusan.iProdi : Pendidikan Agarna Islam (pAI)

Semester : VIII (Delapan)

adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian "Skripsi", mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena ifu, hami mohon kesediaan

saudara untuk nrenerima mahasiswa tersebut dan mernberikan bantuannya

Demikianlah, atas perhatian dan trantuan saudara karni ucapkan terima kasih. Was s alamu' alaikum wr.w b.

Dekan

ndidikan Agama Islam

, M.Ag

307 t998C3

t

002

Tembusan:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

ffi

,{

*tr

clf


(5)

Kata kunci : Kreativitas Guru

Kreativitas guru agama adalah kemampuan untuk menemukan pemikiran tentang ide-ide baru dalam pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang pendidikan agama Islam.

Oleh karena itu guru yang kreatif harus mempunyai rasa tertarik untuk mencari tentang perkembangan pendidikan Islam pada saat ini dan harapan untuk yang akan datang. Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam harus dibarengi dengan : guru yang berkualitas, peningkatan materi, peningkatan pemakaian metode, dan peningkatan sarana dan prasarana.

Tujuan penelitian ini untuk menjawab masalah pokok penelitian yaitu : untuk mendiskripsikan kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam, upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam serta faktor pendukung serta penghambat guru agama untuk berkreativitas di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk penelitian yang bersifat Deskriptif Kualitatif. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, komunikasi dan dokumenter. Sedangkan untuk analisis datanya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, serta prosentase untuk penghitungan angket.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa kreativitas guru yang diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat tersebut menggunakan berbagai cara, diantaranya pada kegiatan pembelajaran, yang menyangkut perbaikan sistem mengajar, guru dituntut untuk menciptakan sistem pembelajaran dikelas lebih menarik, nyaman dan menyenangkan. Agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan materi yang disampaikan oleh guru, dan dengan demikian peserta didik akan tertarik untuk giat belajar dan kualitas pendidikan agama islam akan lebih meningkat menjadi lebih baik. Faktor pendukung : a) Kegiatan sekolah yang sangat mendukung baik kurikuler maupun ekstrakurikuler, b) Guru-Guru yang berkualitas, c) Lingkungan sekolah yang kondusif, d) Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung. Sedangkan factor penghambat : a) Latar belakang siswa, b) Minat serta semangat siswa yang terkadang kurang, c) kemampuan penangkapan pemahaman siswa yang heterogen, d) kesadaran siswa yang kurang berdisiplin. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah bahwa kreativitas setiap guru bervariasi dan penerapan kreativitas guru agama tersebut disesuaikan dengan materi, keadaan siswa dan lingkungan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, serta atas iradah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para pengikut setianya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis mendapatkan pengalaman berharga pertama kalinya dalam penulisan karya ilmiah,yang secara jujur, penulis akui bahwa pekerjaan ini tidak akan dapat selesai sesuai aturan yang ada tanpa bantuan pihak-pihak terkait.Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan untaian kalimat syukur dan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A. Ph. D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag.

3. Pembimbing Skripsi yaitu Bapak Drs. Rusdi Jamil, M. Ag. dengan kesabaran dan ketelitiannya.

4. Segenap dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ide dan pemahamannya, serta berbagai pelayanan selama melaksanakan studi.

5. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam merekomendasikan dan menyediakan sumber-sumber bacaan. 6. Kedua orang tua, yang dengan keridhoannya menghantarkan kami hingga


(7)

7. Isteri tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis untuk terus belajar.

8. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala jenis bantuannya yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Atas segala kontribusinya yang telah diberikan kepada penulis, semoga semua itu akan bernilai ibadah yang Allah swt. akan lipatgandakan ganjaran kebaikannya, amin.

Jakarta, Agustus 2013 Penulis,

ASEP

NIM: 809011000237


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Keguanaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Pengertian Kreativitas ... 7

B. Pengertian Guru Agama ... 9

C. Meningkatkan Kreativitas Guru Agama ... 15

D. Ciri-ciri Guru Kreatif ... 19

E. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam ... 21

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sempel Penelitian ... 34

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

A. Gambaran Umum ... 41


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69 A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

3.1 Populasi Sempel ... 34

3.2 Sempel Penelitian ... 35

3.3 Instrumen kisi-kisi Kuisioner ... 35

4.1 Senang belajar Pendidikan Agama Islam ... 48

4.2 Tidak putus asa walupun tidak memahami salah satu teori atau pengertian ... 49

4.3 Cepat lelah apabila belajar agama Islam ... 49

4.4 Senang mengerjakan soal-soal Pendidikan Agama Islam ... 50

4.5 Rajin membaca dan memahami Pelajaran Agama Islam supaya nilai ulangan lebih baik ... 50

4.6 Mengadakan lomba PAI pada peringatan hari besar Islam ... 51

4.7 Guru menerapkan berbagai metode pada proses belajar Pendidikan Agama Islam ... 51

4.8 Menyampaikan materi dengan menggunakan teknologi dan informasi ... 52

4.9 Memutar film sejarah para nabi ... 52

4.10 Memberikan reword kepada siswa yang mendapat nilai bagus . 53 4.11 Guru agama Islam sangat menguasi materi pelajaran yang akan di ajarkan ... 55

4.12 Guru-guru berusaha melengkapi buku-buku PendidikanAgama Islam ... 55

4.13 Mengadakan Ulangan harian setiap sebulan sekali ... 56

4.14 Guru mengunakan berbagai sumber media yang sesuai dengan materi yang disampaikan ... 56

4.15 Menggunakan media audio visual ... 57

4.16 Mengajak siswa membuat media gambar atau tulisan indah dari bahan yang murah ... 58

4.17 Mengadakan bimbingan untuk guru agama Islam untuk meningkatkan kreativitas ... 58

4.18 Menyediakan kurikulum untuk pendidikan agama Islam ... 59

4.19 Menyediakan buku-buku penunjang bagi pendidikan agama Islam ... 59

4.20 Mengadakan evaluasi pendidikan gama islam dengan tes lisan saja ... 60


(11)

4.21 Menambah jam pelajaran untuk pendidikan agama Islam ... 61

4.22 Menambah sumber media pembelajaran sebagai daya tarik siswa ... 61

4.23 Saya suka memutar kaset/CD yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam ... 62

4.24 Mengadakan latihan tulisan indah/kaligrafi di sekolah ... 62

4.25 Mengajarkan pendidikan agama Islam di luar jam sekolah ... 63

4.26 Membiasakan tadarus bersama sebelum belajar dimulai ... 63

4.27 Saya selalu hadir dalam mengikuti pelajaran Agama Islam ... 64

4.28 Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islamdengan sungguh-sungguh ... 64

4.29 Senang membiasakan mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru ... 65


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang dengan sedemikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat indonesia sedikit banyak telah menikmati buah karya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi seperti : mobil, pesawat, kereta api, listrik, komputer, televisi dan masih banyak lagi sarana yang memudahkan kerja manusia.1

Melihat kondisi sekarang ini disertai dengan kemajuan IPTEK menjadi tantangan bagi guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Banyak masalah yang menghambat guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam diantaranya tayangan televisi yang kurang mendidik dan semaraknya game online yang menimbulkan para siswa akan meniru prilaku yang kurang baik.

Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulya mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabat sebagai makhluk tuhan.

1

Yeni Racmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, hal. 3


(13)

Pendidikan Agama merupakan mata pelajaran yang paling mendasar bagi setiap manusia dan dengan di masukkanya pelajaran Pendidikan Agama ini ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai SD sampai dengan Perguruan Tinggi. sebagai mana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poteni peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan banga.2

Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Melihat kondisi sekarang ini disertai dengan kemajuan IPTEK menjadi tantangan bagi guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Banyak masalah yang menghambat guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam diantaranya tayangan televisi yang kurang mendidikn dan semaraknya game online yang menimbulkan para siswa akan meniru prilaku yang kurang baik.

Kejadian seperti ini menuntut para keluarga, guru agama Islam, serta pemerintah ikut bertanggung jawab atas masa depan generasi muda tersebut.

2

Abd. Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet. 1 h. 6


(14)

Dengan mengatasi adanya kejadian diatas sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan IPTEK dan yang perlu diperhatikan secara serius saat ini adalah semaraknya game online dan acara televisi pada jam dimana anak seharusnya untuk belajar. Hal ini sebagai salah satu penyebab merosotnya gairah belajar yang akan berakibat pada menurunnya kualitas pendidikan terutama pendidikan agama Islam.

Dalam hal ini kreatifitas dan suri tauladan seorang guru sebagai pendidik sangat diharapkan, terutama guru pendidikan agama islam yang notabene mengajarkan akhlak serta keimanan. Guru bukan hanya sekedar transper ilmu pengetahuan saja kepada peserta didiknya, akan tetapi penanaman nilai serta karakter pun perlu diperhatikan.

Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karyanyata, karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Menjadi guru kreatif tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, melainkan lahir dari proses belajar dari pengalaman yang dilaluinya. Guru yang kreatif artinya guru yang memiliki daya cipta dalam menyiapkan metode, perangkat, media dan muatan materi pembelajaran. Dari kreativitas guru tersebut, akan menular pada siswa secara jangka pendek maupun panjang. Karena siswa disadari atau tidak cenderung belajar dari kreativitas gurunya dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang variatif, dapat merangsang semangat dan rasa penasaran siswa untuk belajar pendidikan agama islam.

Membangun kreativitas guru membutuhkan proses yang mengawalinya seperti: pertama, belajar dari pengalaman mengajar, baik diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman guru lain. Guru dapat belajar dan merefleksikan perjalanan proses belajar mengajarnya ke dalam praktik pembelajaran bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap murid-muridnya agar mereka menjadi manusia ideal di masa yang akan datang. Cinta adalah energi kehidupan.


(15)

Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada cinta dan kasih sayang, maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan pendidikannya sehingga totalitas kinerja guru lahir. Perasaan siswa dapat menangkap cinta kasih gurunya sehingga terjalin hubungan psikologis antara siswa dan guru. Ketiga, adanya tanggung jawab yang mendalam terhadap tugasnya. Keempat, guru giat belajar untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian dan keterampilannya yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

Keberhasilan siswa untuk belajar secara efektif tidak lepas dari peran guru dalam melakukan pendekatan dan pengontrolan terhadap siswa dalam kelas, melakukan interaksi yang baik dan harus kreatif dalam menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan sehingga anak lebih efektif dalam belajar dan lebih maksimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan agama islam, antara lain :

1. Kreativitas guru berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan agama Islam.

2. Kreativitas guru sangat dibutuhkan dalam memenuhi 8 standar pendidikan.

3. Kreativitas sangat berperan dalam mengembangkan metode pengajaran agama Islam.

C. Pembatasan Masalah

Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, namun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada masalah Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan


(16)

Kualitas Pendidikan Agama Islam. Yang dimaksud kreativitas guru disini yaitu upaya guru dalam mengembangkan materi pelajaran, menggunakan metode serta mememanfaatkan media/sumber belajar dengan tepat. Kualitas yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh oleh siswa baik itu pemahaman maupun nilai. Guru Agama disini di khusususkan guru agama yang yang berugas/mengajar di SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan dalam pembahasan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui hakekat kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan agama Islam.


(17)

2. Bagi kepala Sekolah diharapkan sebagai masukan yang akan diimplementasikan kepada guru-guru lainnya.

3. Bagi penulis sebagai tambahan wawasan mengenai seputar kreativitas guru

4. Bagi peserta didik kiranya dapat mengembangkan kreatifitas sesuai kemampuan.


(18)

A. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu istilah yang terkait dengan upaya meningkatkan daya fikir atau gagasan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan kreativitas diharapkan pelaksanaan suatu aktivitas lebih bersifat aktif, dinamis, menggairahkan dan pada akhirnya megarah pada pencapaian kualitas hasil yang diharafkan.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa : kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta / daya cipta.2 Kreativitas bagi seorang guru khususnya guru agama sangat dibutuhkan guna menemukan cara-cara baru, terutama didalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama pada peserta didik. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problem-problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya yang mengandung suatu hasil pendekatan yang sama sekali baru bagi yang berkesempatan, meskipun untuk orang lain merupakan hal yang tidak begitu asing lagi.3

Dari makna diatas dapat diketahui bahwa kreativitas mencakup pengertian yang luas dan komplek, mulai dari peringkat proses pemecahan masalah sampai ke aktualisasi diri manusia itu sendiri, mulai dari potensi sampai dengan produk. Kreativitas bukan hanya binaan teoritis tapi terkait juga dengan masalah penilaian. Menurut psikologi kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problem-problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya yang mengandung suatu hasil pendekatan yang sama sekali

1

Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010), Cet. 1, h. iii

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoneia, ed. 3, (Jakarta: Balai Putaka, 2007), cet. 4, h. 599

3


(19)

bersangkutan, meskipun untuk orang lain merupakan hal yang tidak baru lagi.

Dengan melihat batasan-batasan diatas, mengandung inti yang sama, walaupun berlainan dengan perumusannya tiga unsur yang paling penting yaitu: pertama, kreativitas merupakan suatu proses dari pada perubahan.

Kedua, perubahan lebih menyangkut perorangan daripada kelompok dan

ketiga, perubahan itu sama sekali baru bagi yang bersangkutan.

Kreativitas bukanlah merupakan sifat dan prilaku yang bersifat bawaan atau bakat lahiriah seseorang, melainkan dapat dipelajari. Oleh karenanya sikap pesimistis dalam upaya meningkatkan kreativitas pembelajaran guru bukan merupakan hal yang mustahil, sebaliknya optimistis bahwa sikap dan prilaku sedemikian rupa dapat dibina dan dikembangkan.4

Dalam mengembangkan kreatifitas perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut, yaitu :

a. Kreatifitas bukan merupakan sifat atau bakat bawaan melainkan dapat dipelajari dan diolah oleh setiap orang;

b. Kreativitas merupakan hasil kemampuan nalar yang mendorong seseorang untuk berupaya dan mencari sesuatu yang baru;

c. Kegagalan merupakan jalan keberhasilan;

d. Kehidupan menyimpan berbagai misteri yang pelik dan tersembunyi; e. Karya yang kreatif menuntut sikap penerimaan terhadap subjektivitas,

toleransi terhadap perbedaan, pemanfaatan pendapat orang lain dan penghormatan terhadap pengalaman serta pendapat orang lain;

f. Pemikiran kreatif merupakan pemecahan harapan untuk meraih hasil dan tujuan yang lebih baik; dan

g. Dalam diri setiap orang telah tercipta kekuatan yang akan mendorong pengembangan kreativitasnya.5

4

Agung, op. Cit.., h. 4

5


(20)

B. Pengertian Guru Agama

Sebelum kita mengetahui definisi guru agama terlebih dahulu kita bahas pengertian guru. Guru berasal dari baha Inonesia yang berarti orang yang mengajar.6 Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, memberi les tambahan pelajaran,

educator, pendidik, ahli didik, lecture, pemberi kuliah, penceramah.7

Dalam bahasa Arab istilah yang megacu kepada pengertian guru lebih banyak, seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mualim, yang berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan istilah al-Mudarris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.8

Istilah al-Mu’allim terdapat dalam al-Quran surat al-Baqoroh ayat 151 yaitu :

                              

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul

(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kam, menyucikan kam, dan mengajarkan kepadamu Kitab(Al-Quran) dan

Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”9

Selain itu terdapat pula istilah ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar bidang pengetahuan agama Islam. Istilah ini banyak digunakan oleh masyarakat Islam Indonesia dan di Malaysia. Sedangkan kata-kata ustadz dalam buku-buku pendidikan Islam yang di tulis para ahli pendidikan jarang digunakan. Ada pula istilah syaikh yang

6

Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 377. 7

Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2001) Cet. 1, h. 41.

8

Ibid, hal 41-42. 9

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang di Sempurnakan), Jilid I,


(21)

digunakan untuk merujuk kepada guru dalam bidang tasawuf. Dan ada pula sebutan Kyai, Ajengan dan Buya. Dan ada pula istilah tuanku yang menunjukkan kepada guru atau ahli agama untuk masyarakat Minangkabau Sumatera Barat, seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Cikditiro dan sebagainya.10

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Adapun dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.11

Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Guru Agama adalah orang dewasa yang mengajar dan mendidik ilmu agama kepada peserta didiknya dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Dari luasnya definisi tersebut diatas dalam hal ini saya hanya membahas guru agama yang ada di lembaga pendidikan formal yang mempunyai syarat dan fungsi serta perannya sebagai tenaga pendidik.

Syarat-syarat tersebut yang harus dipenuhi oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik yang profesional terdapat didalam pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah berfungsi untuk meningkatkan martabat, dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

10

Nata, op. Cit., h. 42. 11


(22)

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang dan tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesional; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 12

Selanjutnya menurut pemikir Islam, pembicaraan tentang pendidik yang profesional sudah lama berlangsung, seperti menurut Imam al-Ghozali misalnya melihat konsep etika pendidik sebagai berikut :

1) Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah;

2) Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran, 3 : 15)

                                            

Katakanlah: "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya

12

Departemen Pendidikan RI, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006) h. 6-8


(23)

sungai, mereka kekal didalamnya. dan pasangan-pasangan yang suci,

serta ridha Allah. dan Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya.13

3) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak;

4) Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama (QS. Al-Najm, 53 : 32)

                                                                

(yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui

tentang orang yang bertakwa.14

5) Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan kelompok masyarakat (QS. al-Hijr 15 : 88).

                           

Janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir), dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap

orang-orang yang beriman.15

6) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia;

13

Kementrian Agama Ri, op. cit, jilid I., h. 458-459 14

Ibid., Jilid IX., h. 542 15


(24)

7) Berikap lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tinngkat kecerdasannya rendah, serta membinanya sampai pada tarap maksimal; 8) Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problema peserta didik; 9) Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lembut terhadap

peserta didik yang kurang lancar bicaranya;

10) Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik, terutama peserta didik yang belum mengerti dan tidak sesuai dengan masalah yang dipertanyakan itu, tidak bermutu dan tidak sesuia dengan masalah yang diajarkan;

11) Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya;

12) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik;

13) Mencegah dan mengontrol peserta didik yang mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. al-Baqoroh, 2 : 195)

                            

Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengantangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang

berbuat baik.16

14) Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus-menerus mencari informasi guna disampaikan kepada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub (kedekatan) dengan Allah SWT (QS. al-Bayyinah, 98 : 5)

                                  16


(25)

Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaatinya semata-mata karena (menjalankannya) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian

Itulah agama yang luru (benar).17

15) Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif), seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan sebagainya, sebelum mempelajari ilmu fardu ‘ain (kewajiban individual), seperti akidah, syariah dan akhlak; dan

16) Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik (QS. al-Baqoroh 2 : 44 dan QS. al-Shaaf, 61 : 2-3)18

                     

Mengapa kamu menyuuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, Padahal kamu membaca Al

kitab (Taurat)? tidakkah kamu mengerti?.19

                              

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

(itu) sangat di benci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang

kamu tidak kerjakan.20

Mengenai peranan guru, ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Pray Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dan pengembangan sikap dan

17

Ibid., Jilid X., h. 737 18

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. Ke-1, hlm. 94-95.

19

Kementrian Agama RI, op. cit., Jilid I, h. 91-92 20


(26)

tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

2. Havinghurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah bagipegawai

(employee) dalam hubungan kedianasan, sebagai bawahan

(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya

dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

4. Federasi dan Organisai Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.21

C. Meningkatkan Kreativitas Guru Agama

Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadi pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. perilaku pembelajaran yang di cerminkan oleh guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi degan gagasan/ide dan prilaku pembelajaran yang kreatif. Kraetivitas baru akan muncul apabila dalam pembelajaran oleh guru didukung dengan pemahaman tentang makna mengajar dan belajar. Mengajar bukan hanya sekedar memberikan materi atau pun melaksanakan hal-hal tertentu, apalagi jika dikaitkan dengan pencapaian target program pengajaran. Belajar juga tidak melulu hanya mengingat apa yang di jejalkan guru/buku pelajaran kepada siswa selama kegiatan belajar mengajar. Guru bukan sekedar menitik bratkan sebagai

21

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Ed 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 19, h. 143-144


(27)

penyampai pengetahuan dan pengalih keterampilan serta merupakan satu-satunya sumber belajar, tetapi perlu dirubah menjadi pembimbing, Pembina, pengajar dan pelatih yang berarti membelajarkan anak didik.22

Seorang guru haruslah meninggalkan rutinitas dalam proses pembelajaran, sebaliknya lebih mengarah kepada prilaku professional yang kreatif. Skinner menitik beratkan perlunya pengembangan krativitas guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya melalui pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan penguatan.23

Menurut Rogers bahwa dalam mengembangkan kreativitasnya seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan, yakni : a. Guru perlu memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih

belajar secara terstuktur;

b. Guru dan siswa membuat kontrak kerja;

c. Guru perlu menggunakan metode inkuiri atau belajar menemukan

(discovery larning);

d. Guru pelu meggunakan metode simulasi;

e. Guru perlu mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain;

f. Guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar; dan

g. Guru perlu menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.24

Secara garis besar yang dapat menunjang peningkatan kualitas guru ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada guru meliputi yaitu : 1. Latar Belakang Pendidikan Guru

Salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi guru sebelum mengajar adalah memiliki ijazah keguruan. Dengan memiliki ijazah tersebut, guru akan memiliki pengalaman mengajar dan bekal

22

Agung, op. cit. h. 23-24.

23

Ibid. h. 24

24


(28)

pengetahuan baik pedagogis maupun didaktis, yang sangat besar peranannya dalam membantu pelaksanaan tugas guru. Sebaliknya tanpa pengetahuan dibidang profesional kependidikan tersebut, maka guru akan sulit sekali mengadakan peningkatan kemampuan dirinya. Karena profesi guru juga ditentukan oleh pengalaman maupun pendidikan kerja sebelumnya, sebagaiman yang dikemukakan oleh

Ali Saifullah HA. bahwasannya: “Professional guru dalam banyak

hal ditentukan oleh pendidikan persiapan, pengalaman kerja dan kepribadian guru, terutama bila ditinjau dari sudut dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan sekolah”. Dengan demikian ijazah guru akan menunjang pelaksanaan tugas mengajar sendiri

2. Pengalaman Mengajar

Bagi guru yang mengajarnya baru setahun, maka akan berbeda dengan guru yang mengajar bertahun-tahun. Sehingga kian lama menuju kesempurnaan dalam menjalankan tugasnya.

3. Perbedaan Motivasi Kualitas Guru

Mengingat beratnya tanggung jawab guru sebagai pelaksana pendidikan ini, maka tidak semua orang berhak dan bersedia jadi guru. Namun dalam kenyataan kadang–kadang membuktikan bahwa seorang guru bukan karena terpaksa atau karena sempitnya lapangan pekerjaan, sedang seorang guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya maupun keluarganya. Bagi seorang guru yang memiliki motivasi profesional karena tanggung jawab dan tugas akan senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki demi menjaga kualitas pendidikan agar menjadi lebih baik. Demikian juga sebaliknya tugas guru yang mencari imbalan tanpa adanya kesadaran diri, tentu akan menghambat usaha dalam peningkatan tersebut.

b. Faktor Eksternal

Sedangkan yang termasuk faktor eksternal (diluar diri ) guru yaitu : 1. Adanya Sarana Pendidikan


(29)

Dalam dunia pendidikan atau pelaksaan tugas belajar mengajar, sarana merupakan faktor yang ikut menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tersdianya sarana yang memadai akan mempengaruhi pencapaian tujuan, sedangkan terbatasnya sarana juga akan menghambat tujuan yang akan dicapainya. Karena kurangnya sarana pendidikan dan kesiapan alat peraga dalam pengajaran secara tidak langsung akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan dan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidik. Sehingga masalah kekurangan gedung, text book, alat-alat praktikum, ruang laboratium dan terutama biaya, semua merupakan problem pendidikan yang sangat sulit.

2. Pengawasan dari Kepala Sekolah

Pengawasan kepala sekolah terhadap tugas pendidik dalam melaksakan tugasnya. Tanpa adanya pengawasan dari kepala sekolah akan seenaknya dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tujuan yang akan diharapkan tidak dapat dicapai. Karena pelaksanaan pengawasan kepala sekolah ditujukan untuk pembinaan dan peningkatan proses belajar mengajar.

Dalam pengawasan ini hendaknya kepala sekolah bersifat fleksibel dengan memberi kesempatan kepada pendidik untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya serta diberi kesempatan untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan peningkatan hasil pendidikan. Sifat untuk menonjolkan kedudukan sebagai atasan dan menganggap pendidik sebagai bawahan semata-mata akan melahirkan hubungan yang kaku. Sebagai akibatnya pendidik akan tertekan dan tidak mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pendidikan.

3. Kedisiplinan Kerja

Kedisiplinan sekolah tidak hanya diterapkan pada peserta didik, akan tetapi kedisiplinan kerja seluruh personal sekolah juga harus dilaksanakan. Bahkan untuk membina kedisiplinan kerja ini


(30)

merupakan pekerjaan yang mudah karena maing-masing pendidik mempunyai sifat dan latar belakang kemampuan yang heterogen. Kedisiplinan yang ditanamkan kepada pendidik dan seluruh staf sekolah akan menciptakan kondisi kerja yang baik, dan sebagai realisasinya tentu akan mempengaruhi upaya peningkatan kualitas guru agama maupun guru umum.

D. Ciri-ciri guru kreatif

Untuk mengetahui kreatif dan tidaknya seorang guru. Di bawah ini akan di jelaskan beberapa ciri-ciri guru kreatif yaitu :

1. Mampu menciptakan ide baru

Kreatif identik dengan sebuah penemuan ide baru, jadi guru kreatif adalah guru yang bisa menemukan sebuah ide baru yang bermanfaat. Ide bisa muncul dengan sendirinya atau pun melalui perencanaan. Namun para guru perlu mengetahui untuk bisa menciptakan ide, para guru harus banyak belajar. Kalau hanya statis yang penting ngajar, saya rasa akan sulit buat guru untuk bisa menciptakan ide-ide yang segar.

2. Tampil beda

Guru yang kreatif akan kelihatan tampil beda, di bandingkan dengan guru-guru yang lain. Mereka cenderung punya ciri khas tersendiri karena memang merek penuh dengan sesuatu yang baru, yang terkadang tidak pernah di pikirkan oleh guru-guru yang lain. Biasanya juga mereka lebih di sukai para siswa.

3. Fleksibel

Guru yang kreatif adalah fleksibel , tidak kaku tapi tetap punya prinsip. Mereka memiliki kemampuan memahami para siswa dengan lebih baik, memahami karakter siswa, memahami gaya belajar siswa dan tentunya


(31)

memahami apa yang diharapkan oleh siswa. Tapi mereka tidak lembek, mereka tetap tegas dalam mengambil keputusan dan menjalankannya.

4. Mudah bergaul

Guru yang kreatif adalah guru yang mudah bergaul dengan para siswa. hal ini harus ditunjukkan dengan sikap profesional guru saat berada di kelas dan pada saat di rumah atau di luar kelas. Guru tidak boleh terlalu jaga gengsi, karena hal ini akan membuat siswa enggan mendekati kita. Bersikaplah biasa-biasa saja, tidak terlalu jaga gengsi dan tidak terlalu bebas. Sebisa mungkin tempatkanlah siswa di hati kita sebagai teman dan sahabat dengan begitu, siswa akan merasa bahwa kita itu lebih bersahabat.

5. Menyenangkan

Siapapun orang pasti suka dengan orang yang menyenangkan, termasuk siswa pasif akan lebih suka dengan guru yang menyenangkan dari pada guru yang menyeramkan. Ciri ini selalu di tunjukkan dengan sikap dan selara humor yang di miliki oleh seorang guru. Guru kreatif adalah guru yang menyenangkan dan memiliki selera humor yang baik. Biasanya juga mereka menggunakan humornya secara proposi tidak berlebihan dan tidak kurang. Pembelajaran yang terlalu tegang juga tidak akan menyenangkan, tapi terlalu banyak humornya juga tidak akan efektif.

6. Suka melakukan eksperimen

Guru kreatif pasti suka melakukan eksperimen atau uji coba. Entah itu uji coba metode pembelajaran atau uji coba hal yang lain. Intinya uji coba ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya menjadi seorang guru. Dia tidak akan pernah jenuh untuk mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah di lakukan, kalau berhasil akan di teruskan kalau tidak akan di evaluasi, dan di jadikan bahan pembelajaran untuk mencapai sesuatu yang lebih baik


(32)

7. Cekatan

Guru kreatif bekerja dengan cekatan agar dapat menangani berbagai masalah dengan cepat dan baik. Ia tidak suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Setiap masalah yang di hadapi akan di selesaikan secepatnya dengan baik. Guru cekatan biasanya juga ringan tangan, Ia akan membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.

E. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas peningkatan kualitas Pendidkan Agama Islam, terlebih dahulu akan diuraikan devinisi dari kualitas itu sendiri. Menurut Poerwadarminto berpendapat: “Secara etimologi ‘Kualitasmempunyai pengertian sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat, taraf, dan

mutu sesuatu. Jika digabungkan dengan kata Pendidikan Agama Islam

maka akan menjadi Kualitas Pendidikan Agama Islam’ yang mengandung

pengertian bahwa baik buruknya kadar, derajat atau taraf pendidikan

agama Islam yang telah dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan.”

Secara teknik, efisiensi akan tercipta jika peningkatan yang diinginkan dapat menghasilkan secara optimal dengan harga masukkan yang relative tetap atau dengan masukan sekecil mungkin setelah diproses dapat menghasilkan peningkatan sebagaimana yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa efesiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas optimal yang diperoleh dengan harga masukkan yang seminimal mungkin.

Pandangan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang efisien dan efektif. Jika berpegang pada paham bahwa pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari masukan-proses dan lulusan (hasil), maka dikatakan bahwa pendidikan yang berkaulitas apabila masukkan, proses dan lulusan (hasil) dengan secara efesien dan efektif. Dan peningkatan hasil yang berkualitas adalah dimana lulusan atau hasil tersebut telah mampu telah mencapai efesiensi dan efektivitas proses pendidikan yang telah diselenggarakan.


(33)

Misalnya, pada setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai tujuan, sebab tidak mungkin manusia itu berbuat sesuatu terutama mendirikan sebuah organiasi atau lembaga tanpa adanya tujuan, kecuali manusia tersebut belum memahami kemanusiannya. Oleh karena setiap lembaga atau organisasi mempunyai tujuan, maka lembaga atau organisasi terebut merupakan penghasil output atau lulusan (hasil). dan dikatakan menghasilkan output atau lulusan yang bermutu jika telah dapat mewujudkan tujuan tau sasaran ideal yang telah ditetapkannya. dengan kata lain, output bermutu adalah output yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga atau organisasi yang mengelolanya. inilah yang disebut dengan efesiensi internal.

Selain pandangan diatas ada yang mengatakan baha output atau hasil yang berkaulitas adalah output yang mempunyai kemampuan atau keahlian yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Artinya, tidak dapat dikatakan berkualitas jika ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya tidak ada gunanya.

Bagaimanapun istilah kualitas ini mengandung dua hal. dari kedua pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa output atau hasil yang berkualitas adalah hasil yang secara internal telah mencapai tujuan atau setidak-tidaknya mencapai target yang minimal. Pendidikan yang telah ditetapkan dan secara eksternal telah dicapai dalam proes pendidikan yang telah dilakukan baik berupa pengalaman, ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya itu dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Jika berpijak pada pengertian di atas, maka pengertian kualitas pendidikan adalah apabila output atau hasil itu mampu mencapai tujuan yang telah diselenggarakannya dalam program pendidikan, setelah apa yang diperoleh baik berupa ilmu pengetahuan, pengalaman, nilai-nilai, dan sebagainya dapat berguna dan bermanfaat bagi semua manusia termasuk pada dirinya

Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek; kepribadian manusia (jasmani dan rohani)


(34)

agar dapat menjadi manusia yang berkepribadian, yaitu harus berlangung secara bertahap atau dengan kata lain bahwa terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individu sosial dan sebagai manusia yang ber- Tuhan.

Dalam kehudupan masyarakat yang dinamis, dimana Negara kita memasuki era globalisasi yang banyak dipacu oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Sehingga ciri era tersebut berkaitan erat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, dan tidak ada satu pun Negara yang menutup diri hubungan dunia luar. Oleh karena itu pendidikan memiliki peranan yang menentukan eksitensi dan perkembangan masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dan aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus pendidikan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung dapat mempergaruhi anak dengan gaya hidupnya, yang dapat kita lihat pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutama pembentukan mental spiritual dan nilai-nilai luhur yang sekarang ini akibat perkembangan teknologi dan informasi yang memerlukan sekali adanya filter untuk mengantisipasi dan mengatasinya perlu upaya peningkatan keagamaan pada peserta didik.

Pendidikan agama Islam, dari segi kehidupan kultur umat manusia tidak lain juga adalah salah satu alat pembudayaan masyarakat manuia itu sendiri. Sebagai suatu alat pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup dunia maupun kehidupan akherat. Untuk itu, maka pendidikan Islam harus benar-benar memiliki kualitas bagi manusia dalam menghadapi segala perkembangan zaman dalam kehidupan.

Usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam antara lain:


(35)

Guru yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategi dalam pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Pada diri gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin, yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh karena itu harus mampu mendidik diberbagai hal, agar ia menjadi seorang pendidik yang profesional. Sehingga mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan sehari-harinya.

Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pendidikan agama, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut: 1. Mengikuti Penataran

Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang masing-masing. 25

Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan untuk :

a) Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.

b) Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal.

c) Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan

kesejahteraan.26

Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globalisasi. adapun penataran itu diselenggarakan

25

Jumhur dan surya, bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (Jakarta ; Rajawali Press, 2001), h. 115

26


(36)

oleh Depertemen Agama dan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan antara lain:

1. Mengikuti Kursus-Kursus Pendidikan

Hal ini akan menambah wawasan terutama guru agama, adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan arab dan inggris serta komputer.

2. Memperbanyak Membaca

Menjadi guru profesional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang profesional haruslah banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan-pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam mayarakat.

3. Mengadakan Kunjungan Kesekolah Lain (studi banding) Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya serta mengatasi permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat.

4. Mengadakan Hubungan Dengan Orang Tua/Wali Siswa

Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga.


(37)

b. Peningkatan Materi

Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya meteri yang diberikan tentu akan menambah lebih luas pengetahuan. Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan benar.

Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan sesuai yang tercantum dalam kurikulum, begitu pula pelaksanaan pendidikan agama Islam tidak boleh kurang dari kurikulum yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaanya benar-benar terarah. Pendidik harus menguasai materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi mempelajari pendidikan terutama pendidikan agama. adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah:

1. Menambah Jam Pelajaran

Alokasi waktu pelajaran pendidikan agama Islam merupakan suatu kendala, sebab materi yang akan disampaikan sangat banyak berdasarkan rumusan kurikulum yang ada. Oleh karena itu perlu menambah waktu atau jam pelajaran.

Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi padatnya isi kurikulum, dan salah satunya adanya kegiatan di luar kelas seperti, ekstra kurikuler, sebab kebijakananya yang selama ini diberikan semakin terbatas. Penambahan jam pelajaran ini dimaksudkan, pertama: agar materi agama yang disampaikan dapat terpenuhi, kedua: pendidik memiliki waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas dan rinci sesuai yang diinginkan.


(38)

2. Perorganisasian Materi.

Ini dikarenakan banyaknya materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, maka diperlukan perorganisaian materi, sehingga meteri akan tersampaikan seluruhnya secara baik dan sistematis sehingga akan mempermudah pendidik dalam penyampaian, sesuai pernyataan Dra Roestiyah N. K. bahwa materi pendidikan tidak mungkin dapat asala saja, tetapi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik dengan baik. Tujuan perorganisasian pelajaran adalah agar pendidik lebih memperhatikan urutan (equence) dari materi yang akan diberikan sesuai dengan tujuan intruksional yang telah dituangkan.27

3. Menyesuaikan tingkat materi dengan kemampuan peserta didik dan alokasi waktu yang tersedia.

Penyesuaian tersebut harus dilakukan oleh pendidik, sebab pemberitahuan sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikan, maka akan tercapailah tujuan pendidikan dan dapat mempermudah peserta didik untuk dapat memahami dan menerima antara lain: a. Guru agama dalam pengajaran harus disesuaikan dengan

kemampuan dan tingkat keadaan peserta didik. Karena hal tersebut dapat meningkatkan minat, motivasi peserta didik, kreativitas dan responnya terhadap materi yang disampaikan. b. Dalam menyampaikan materi hendaknya menggunakan

literatur lain yang berkaitan dengan materi terebut. Sehingga cakrawala dan wawasan peserta didik akan bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan 4. Memperbanyak Pelajaran Praktek Ibadah

Praktek ibadah ini sangat penting, dan menggunakan metode pembiasaan, artinya segala yang berkaitan dengan materi yang membutuhkan praktek seperti; sholat, baca al-Qur’an, doa, beramal dan sebagainya. Praktek ini dimaksudkan agar peserta didik lebih

27


(39)

menghayati dan memimpin serta merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari

c. Peningkatan Dalam Pemakaian Metode

Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode.

Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya atau penggunaanya yang sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar.

Metode pendidikan agama Islam dan metode untuk menyampaikan materi pendidikan agama merupakan segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk menyampaikan tujuan pendidikan agama melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dan lingkungan sekolah.28

Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk itulah dalam penyampaian metode pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Selalu berorientasi pada tujuan

2. Tidak hanya terikat pada suatu alternatif saja

3. Mempergunakan berbagai metode sebagai suatu kombinasi, misalnya: metode ceramah dengan tanya jawab.

Jadi usaha tersebut merupakan upaya meningkatkan kualita pendidikan agama islam pada peserta didik diera yang emakin modern.

28


(40)

d. Peningkatan Sarana

“Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan

dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan dan

pengajaran di sekolah”.29

Untuk meningkatkan sarana pendidikan agama, maka pihak pendidik hendaknya mempersiapkan arena yang memadai sehingga pelaksanaan pendidikan Islam akan tercapai secara optimal.

Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan adanya usaha meningkatkan sebagai berikut:

1. Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan

2. Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi belajar mengajar

3. Pembuatan media harus sederhana dan mudah

4. Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang akan diajarkan.

Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan tentang sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi

Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang

menjelaskan:

Sarana sekolah meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja, kursi, alat peraga, dan lain-lainnya.

Sedangkan prasarana merupakan semua komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya proses belajar mngajar atau

29


(41)

pendidikan di sekolah, sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan semuanya yang berkenaan dengan sekolah.

e. Peningkatan Kualitas Belajar

Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi dengan berbagai usaha sebagai berikut:

1. Memberi Rangsangan

Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang. Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi bahasa maupun mimic dari wajah dengan memvariasikan setiap metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang disajikan benar-benar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan selanjutnya setelah peserta didik terangsang terhadap pendidikan Islam maka pendidik tinggal memberikan motivasi secara kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga tinggal memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja, sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman keagamaan yang dapat menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta didik belajar semangat.

2. Memberikan Motivasi Belajar

Motivasi adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai


(42)

hidup peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Sebab motivasi merupakan daya pengerak yang besar dalam proses belajar mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa:

a. Memberikan penghargaan.

Usaha-usaha meyenangkan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang bagus, baik berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa angka (nilai). Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya secara sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan kualita pendidikan.

b. Memberikan hukuman.

Pemberian hukuman ini bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan dengan pelajaran Islam. Hal ini bermaksud untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakuan oleh peserta didik.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Setelah penulis mencari dan meneliti beberapa studi terdahulu,

ternyata judul skripsi “ Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan Agama Islam” sudah ada yang membahas yaitu :

1. Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu Kota Batu,

ditulis oleh Sahdan Mulia Tahun 2010 Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan


(43)

Negara Kabupaten Jembrana-Bali, ditulis Tina Tri Layanthi Tahun 2007 Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Analisis Tingkat Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Proses Pembelajaran (Studi Kasus Tentang Penggunaan Media

Audio Visual Di SMA Muhammadiyah Kota Jayapura-Papua) ditulis

oleh Saif Zulfikar Ali.

Dari ketiga judul skripsi tersebut, setelah penulis menelitinya walaupun ada kesamaan dalam judul tetapi objek yang dan kajiannya berbeda-beda hal ini dapat di lihat dari rumusan masalah serta latar belakangnya.

Sahdan Mulia dia meneliti di MTs Negeri Batu, beliau pokus

penelitiannya terhadap upaya guru Agama dalam meningkatkan Kreativitasnya, serta faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kreativitas guru tersebut.

Tina Tri Layanthi dia meneliti di Sekolah Menengah Pertama

sekecamatan Nagara, Jembrana Bali, yang terdiri dari 3 sekolah. Kalau melihat dari objeknya ini lebih kompleks permasalahannya di tambah lagi letaknya yang berada di Bali dituntut seorang guru kreatif dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam yang notabene mayoritas peserta didiknya beragama Hindu. Penelitian ini sama mempokuskan bagaimana kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam.

Saif Zulfikar Ali studi kasus di SMA Muhammadiyah di daerah

Papua. Dia menghususkan penenelitiannya terhadap kreativitas guru agama Islam dalam menggunakan media audio Visual, serta faktor penghambat guru agama dalam menggunkan media audio visual.


(44)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti yang beralamat di Jl. Kali Baru Timur V No. 13-15 Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Dengan pertimbangan bahwa Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti ini merupaka salah satu sekolah Islam Swasta yang ada di kelurahan bungur dengan tingkat kepercayaan dari masyarakat yang begitu tinggi dalam menitipkan pendidikan putra putrinya mempelajari dan memahami agama Islam. Selain itu sekolah ini juga mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, seperti masjid, proyektor di setiap kelas, perpustakaan dan wifi. Oleh karena itu seorang pendidik harus kreatif dalam memanfatkan sarana dan prasarana yang ada serta menggunakan berbagai macam metode untuk menarik simpatik peserta didik agar peserta didik dapat menyenangi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penulis melakukan penelitian pada 6 Mei s.d 8 Juni 2013.

B.

Metode Penelitian

Metode penelitian yaitu cara mengumpulkan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal atau terpercaya.1

Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriftip. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat fopulasi tertentu.2 Penelitian deskriptif adalah penelitian

1

Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Quantum Teaching, 2006), Cet. 1, h. 2 2

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 6, h. 8


(45)

yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti.3

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yang di maksud penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tylor dalam moleong adalah prosedur penelitian yang mengahsilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perrilkau, yang dapat di amati. Sementara Kirk dan miller dalam moleong adalah bahwa:”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawaannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasnya dan dalam peristilahannya”.4

Jadi penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan atau memaparkan data yang di peroleh peneliti yang berkaitan dengan Kreatifitas guru agama dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.

C.

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian daitarik kesimpulannya. 5

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek, benda-benda serta alam. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

3

Ruseffendi, Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 33

4

Margono, op.cit., H. 36 5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 11, h. 117


(46)

obkjek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sipat yang dimiliki oleh subjek atau objek.6 Sedangkan

Dalam hal ini peneliti menentukan populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V A, B dan C pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Merati Jakarta Pusat yang berjumlah 54 siswa. Berikut rincian populasi penelitian:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. Kelas V A 23 siswa

2. Kelas V B 22 siswa

3. Kelas V C 20 siswa

Jumlah 65 siswa

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 bisa dikatakan sampel merupakan bagian dari populasi. Berdasarkan tujuan penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 30 siswa dengan teknik Purposive Sample. Teknik pengambilan sampel ini dikarenakan adanya pertimbangan tertentu, seperti keterbatasan waktu dan dana penelitian. Hal ini

senada dengan pendapat Arikunto bahwa “teknik purposive sample

dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang besar dan jauh.”8

Berdasarkan hal tersebut, sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

6

Ibid.

7

Ibid, h. 118 8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet. 13, h. 140


(47)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. Kelas V A 10 siswa

2. Kelas V B 10 siswa

3. Kelas V C 10 siswa

Jumlah 30 siswa

D.

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1.

Instrumen Penelitian

Intstrumen Penelitian merupakan alat aatau fasilitas yang digunakan untuk memperoleh/mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sitematis sehingga lebih mudah untuk diolah. Berikut ini tabel instrumen kisi-kisi penelitian kreativitas guru.

Tabel 3.3

Instrumen kisi-kisi Kuisioner

Pokok pertanyaan : Kreativitas Guru Agama Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam

Sub Pokok

Pernyataan Indikator

Butir Soal

Jumlah Soal

Kreativitas Guru

Memberikan rasa percaya diri 1, 2, 3 3 Membimbing untuk

mengerjakan tugas 4 , 5 2

Perlombaan 6 1


(48)

Sub Pokok

Pernyataan Indikator

Butir Soal

Jumlah Soal metode

Mengadakan Pengamatan 9 1

Pemberian reword 10 1

Upaya Pengingkatan

Kreativitas

Penguasaan materi 11 1

Melengkapi buku-buku dan mengadakan tes

12, 13,

14 3

Penggunaan Media Modrn (IT)

15, 16 2

Memberikan bimbingan 17 1

Pengadaan kurikulum dan

buku-buku 18, 19 2

Pemberian evaluasi 20 1

Faktor yang mempengaruhi

kreatifitas

Penambahan waktu dan

sumber media 21, 22 2

Menyediakan fasilitas belajar 23, 24 2

Penambahan jam belajar 25, 26 2

Menyediakan waktu senggang 27, 28,


(49)

2.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, sealin perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan datayang relevan. Pengumpulan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat diperolehnya data yang objektif. Dibawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data.9

a. Metode Obervasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.10 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data tentang kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualita pendidikan agama islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat, sejarah sekolah serta sarana dan prasarana yang menunjang.

b. Metode Komunikasi

Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi anatara pengumpul data dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Teknik komunikasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan interviu sebagai alatnya;

2. Teknik komunikasi tidak langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunkan angket atau kuesioner sebagai alatnya. 11

Wawancara/interviu yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara yang tidak berstruktur. Artinya pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada responden dalam menjawab pertanyaan. Sebab ada tiga bentuk pertanyann dalam interviu, yaitu : 1) Pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan yang memberi struktur

9

Margono, op.cit., h 158 10

Ibid.

11


(50)

kepada responden dalam menjawabnya. Seperti pertanyaan : “Bentuk tes apakah yang sering anda gunakan dalam melakukan evaluasi ?”. pertanyan ini menuntut jawaban yang sudah mempunyai struktur, karena jawabanyan hanya dua kemungkinan yaitu bentuk tes esay atau objektif/PG. 2) Pertanyaan tak berstruktur yaitu pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Dan 3) Campuran antara pertanyaan berstruktur dengan dengan tak berstruktur.12

Berdasarkan tujuan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara kepada dua pihak yang berkepentingan dengan objek penelitian ini, yaitu Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Meranti Jakarta Pusat dan Guru Agama SD Islam Terpadu Meranti Jakarat Pusat.

c. Metode Dokumenter

Teknik dokumenter atau studi dokumenter adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.13

Dalam melaskanakan metode dokumenter, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan lain-lain.

Metode pengumpulan data ini peneliti gunakan untuk memperoleh data keadaan Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti sebagai obyek penelitian yang meliputi jumlah guru dan karyawan, latar belakang pendidikan, termasuk juga data mengenai sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, serta sarana dan prasarana

12

Hadeli, op. cit. h. 84 13


(51)

yang menunjang dalam pelaksanaan kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam.

E.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teknik analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, bukan angka-angka. Hal ini karena adanya penerapan metode

kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif berisi kutipan-kutipan data, baik

berasal dari naskah wawancara, catatan laporan dokumen pribadi maupun resmi lainnya.

Dalam menganalisi data ini, peneliti mendeskripsikan dan menguraikan tentang kreativitas guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti.

Sedangkan untuk penghitungan angket sebagai pelengkap data akan dianalisis dengan menggunakan rumus berupa prosentase atau

frekuensi relatif. Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah Responden


(1)

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1 1 1

21 1 1 1 1 1 1 1

22 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1

24 1 1 1 1 1 1 1

25 1 1 1 1 1 1 1

26 1 1 1 1 1 1 1

27 1 1 1 1 1 1 1

28 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 1 1 1

30 1 1 1 1 1 1 1

19 7 1 3 20 6 3 1 28 1 1 0 18 8 2 2 18 5 4 3 20 6 2 2 21 5 1 2

13

14

Responden

Nomor Item

15


(2)

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1 1 1

21 1 1 1 1 1 1 1

22 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1

24 1 1 1 1 1 1 1

25 1 1 1 1 1 1 1

26 1 1 1 1 1 1 1

27 1 1 1 1 1 1 1

28 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 1 1 1

30 1 1 1 1 1 1 1

25 5 0 0 30 0 0 0 27 2 0 1 30 0 0 0 3 6 3 18 0 1 2 27 25 4 1 0

19

20

21

22

Responden

Nomor Item


(3)

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

A

B

C

D

1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 1 1 1 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1 1 1 1

21 1 1 1 1 1 1 1 1

22 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 1 1 1 1

24 1 1 1 1 1 1 1 1

25 1 1 1 1 1 1 1 1

26 1 1 1 1 1 1 1 1

27 1 1 1 1 1 1 1 1

28 1 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 1 1 1 1 1 1 1

12 9 5 4 13 6 8 3 3 6 3 18 6 18 3 3 16 10 4 0 18 5 4 3 10 16 4 0 12 10 4 4

Nomor Item

25

26

27

28

29

30

23

24


(4)

PROFIL SEKOLAH DASAR ISLAM

TERPADU MERANTI


(5)

FOTO KEGIATAN

SEKOLAH DASAR ISLAM

TERPADU MERAN


(6)

Dokumen yang terkait

Peran guru pendidikan agama islam di sekolah multikultural

5 42 98

USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PACITAN Usaha guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di sma negeri 1 pacitan tahun 2013/2014.

0 0 19

USAHA GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI I PACITAN Usaha guru agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di sma negeri 1 pacitan tahun 2013/2014.

0 0 28

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 1 Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Wonogiri Tahun Ajaran 2009 - 2010.

0 1 16

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS III SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AR-RISALAH Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Risalah Surakarta Tahun 2012/2013.

0 1 13

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Risalah Surakarta Tahun 2012/2013.

0 4 15

PENDIDIKaN KaraKtEr MELaLUI PENDIDIKaN aGaMa IsLaM DI sEKOLaH Dasar IsLaM tErPaDU DI KOta YOGYaKarta

0 0 12

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN

0 0 7

Peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama islam di Smpn 1 Penengahan Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam - Peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama islam di Smpn 1 Penengahan Lampung Selatan - Raden Int

0 0 42