PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

Mulya Sari

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh MULYA SARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah kelas VIII A dan VIII B yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 3 x 2. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar matematika siswa, dan data dianalisis dengan Analisis Variansi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.

Kata kunci: pengaruh, pembelajaran kontekstual, kemampuan awal siswa, hasil belajar matematika


(2)

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh MULYA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2 0 1 2


(3)

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Mulya Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Mulya Sari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021038

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd.

Dra. Rini Asnawati, M.Pd.

NIP 19690914 199403 1 002 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8

1. Belajar dan Hasil Belajar ... .. . 8

2. Pembelajaran Kontekstual ... ... 10

3. Pembelajaran Konvensional ... 16

4. Kemampuan Awal ... 17

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 23


(7)

B. Desain Penelitian ... ... 23

C. Data Penelitian ... ... 24

D. Prosedur Penelitian... .. 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... .. 25

F. Instrumen Penelitian... 26

G. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 48

B. Saran ... ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 28

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 28

3.4 Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 29

3.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa ... 30

3.6 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 32

3.7 Persiapan Anava Satu Jalur ... 34

3.8 Persiapan Anava Dua Julur ... 35

4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 36

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 37

4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 38

4.4 Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 39

4.5 Hasil Uji Anava Satu Jalur Kemampuan Awal Tinggi ... 40

4.6 Hasil Uji Anava Satu Jalur Kemampuan Awal Sedang ... 41


(9)

MOTTO

Bila anda bermimpi tentang kesuksesan berarti

anda sudah memegang kunci kesuksesan, hanya

tinggal berusaha mencari lubangnya kunci untuk


(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mulya Sari

NPM : 0743021038

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang menyatakan

Mulya Sari


(11)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirrohim

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas nikmat dan karunia

yang tak terhingga

Shalawat serta salam kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada,

Papa dan Mama ku tersayang (Arip Ali dan Hartatita)

yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan nasehat, serta

memberikan segalanya demi keberhasilanku.

Adik-adikku tersayang (M. Fikri dan Agung R.P.)

yang telah mendoakan dan memberikan dukungan

kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku dengan penuh kesabaran

Teman-temanku yang selalu membantu dan memberikan semangat

dengan tulus


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 Januari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arip Ali dan Ibu Hartatita.

Pendidikan yang telah ditempuh dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Amarta Tani HKTI dan selesai pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Labuhan Dalam Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung dan selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 20 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung dan lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Tunas Harapan Bandar Lampung pada tahun 2011.


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa.”

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(14)

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi.

8. Ibu Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Muryati, S.Pd., sebagai guru matematika kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 10. Ibu Winarti, S.Pd., sebagai guru pamong yang telah membimbing dalam

pelaksanaan PPL.

11. Siswa/siswi kelas VIII A, VIII B, dan VIII C SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, atas kerjasama yang telah terjalin. 12. Papa dan mama tersayang, atas perhatian dan kasih sayang yang telah

diberikan selama ini, yang selalu mendoakan dan memberikan segalanya yang terbaik buat anak-anaknya.

13. Adik-adikku dan keluarga besarku tersayang, yang telah mendoakan, memberikan semangat, dan motivasi kepadaku.

14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika atas kebersamaannya dan semua bantuan yang selama ini


(15)

diberikan. Semoga kebersamaan kita selama menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan.

15. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Tunas Harapan Bandar Lampung, atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

16. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

17. Almamater yang telah mendewasakanku.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.

Bandarlampung, Oktober 2012 Penulis


(16)

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Slameto (2003) belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang memperoleh suatu perubahan dan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hamalik (2004) yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahantingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Belajar juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan.Hal ini dipertegas oleh Abdurrahman (2003) yang mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut dengan hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Sedangkan Sardiman (2007)mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha perubahan tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.

Hasil belajar merupakan hasil yang menggambarkan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman(2003) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.


(18)

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Selain itu, hasil belajar juga merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakanBloom (dalam Dimyati, 2006) yang mengategorikan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut dan berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pen- dapat Abdurrahman (2003) yang mengemukakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Menurut Sardiman (2007) hasil belajar dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut a. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan “asli” atau “autentik”.

c. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang kemudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami oleh akal.


(19)

d. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh skor yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar.

2. Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. US Department of Education Office of Vocational and Adult Education and The National School to Work Office (dalam Muslich, 2008) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan menurut Johnson (2008) merumuskan pengertianpembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya pada konteks kehidupan sehari-hari.

Center of Occupational Research and Development (CORD) (dalam Nurhadi, 2004) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam pengajaran kontekstual, yakni :


(20)

b. experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).

c. applying: Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya. d. cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan

sebagainya.

e. transferring: Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru. Muslich (2007) mengemukakan bahwa pendekatan kontesktual memiliki tujuh komponen utama, yakni konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).Penjelasan dari tujuh komponen di atas adalah sebagai berikut:

a. Konstruktivisme(Constructivism)

Merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna dan melalui pengalaman nyata. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.


(21)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)

merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk men- dorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain.Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling mem- belajarkan ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan.Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbedayang perlu dipelajari.


(22)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, men-demonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian konsep contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga menda- tangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang harus dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran kon- tekstual, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus peni- laian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya seperti yang dijelaskan oleh Depdiknas (dalam Trianto, 2009).

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual (Nurhadi, 2004) adalah :


(23)

a. Pendahuluan

- Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran bermakna.

- Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

b. Pengembangan:

- Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal

terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.

- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi kesem-patan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang lain. c. Penutup/penerapan:

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.

Dari uraian di atas, pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah pem-belajaran yang mampu memberdayakan potensi siswa untuk membangun pe-ngetahuan yang ada di dalam dirinya. Melalui pembelajaran matematika kon-tekstual, siswa mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan yang baru, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa yang akhirnya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, dengan pendekatan ini siswa dilatih mengamati suatu hal, menganalisisnya, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Dengan demikian, kesan yang didapat siswa akan lebih lama terekam dibandingkan dengan yang hanya menerima transfer ilmu dari guru. Dengan adanya pemberian refleksi pada pendekatan


(24)

kontekstual, siswa akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana prosesnya. Hal inilah yang diharapkan mampu membuat siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Pembelajaran Konvensional

Djamarah (1995) berpendapat bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode pembel-ajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Selanjutnya Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu. Pembelajaran konven- sional ini menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi penjelasan, latihan soal kemudian pemberian tugas. Jadi pada pembelajaran konvensional lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian, menekankan keterampilan menghitung, mengutamakan hasil dari pada proses dan pengajaran berpusat pada guru.

Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Sedangkan menurut Burrowes (2003), pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu:


(25)

b. terjadi passive learning,

c. interaksi di antara siswa kurang,

d. tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, e. penilaian bersifat sporadis,

f. lebih mengutamakan hafalan,

g. sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku, dan h. mengutamakan hasil daripada proses.

4. Kemampuan Awal

Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berbeda-beda. Kemampuan yang telah melekat pada seseorang dan yang terkait dengan hal baru yang akan dipelajari selanjutnya di-sebut kemampuan awal. Kemampuan awal ini menggam- barkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali (1984) yang mengemukakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan (hasil belajar) dengan baik bila sebelumnya telah menguasai kemampuan yang mendahuluinya pada bidang yang sama. Kemampuan awal siswa sebelum memulai mempelajari suatu bahan membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai.

Bruner (dalam Ruseffendi, 2006) mengungkapkan bahwa, dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain. Jadi kemampuan awal siswa meru- pakan cerminan dari kesiapan siswa dan yang menjadi tolak ukur siswa dalam menerima konsep baru. Jadi kemampuan awal matematika siswa sebagai pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya merupakan pengetahuan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan matematikanya pada tingkatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain kemapuan awal matematika


(26)

siswa yang merupakan representasi dari sekumpulan pengetahuan dan pengalaman tentang belajar matematika yang telah dimiliki siswa menjadi faktor yang berpengaruh tehadap hasil be-lajar matematika siswa.

Menurut pendapat Nasution (2008), konsep awal itu perlu untuk mengomuni- kasikan pengetahuan selanjutnya. Dengan menguasai konsep awal, kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak akan mengalami kesulitan. Kemampuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar siswa pada masa lampau menetukan kesiapan belajar siswa tersebut dalam menerima pengetahuan baru yang akan dipelajari. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa kemam-puan awal siswa merupakan kemampuan dasar yang dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu materi untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Kerangka Pikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa yang menyebabkan hasil belajar kurang memuaskan. Penyebab hal tersebut diantaranya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa dikatakan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa selama pembelajaran berlangsung karena matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur dan berjenjang sehingga antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan satu sama lain. Jadi kemampuan awal siswa dapat memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan mate- matikanya pada tingkatan yang lebih tinggi.

Saat ini model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran ini adalah guru menjelaskan teori,


(27)

memberikan contoh soal dan penyelesaian, kemudian diberikan soal-soal latihan dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. Padahal objek matematika bersifat abstrak yang menyebabkan siswa kurang memahami materi pelajaran matematika. Oleh sebab itu seorang guru harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu. Maka diperlukan pendekatan yang meng- hadirkan situasi kehidupan nyata. Pendekatan yang sesuai digunakan dalam kondisi tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi matematika dengan situasi dunia nyata, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan ini juga mengharapkan siswa tersebut mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan meng- hafalkan fakta. Melalui pendekatan konstekstual, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Selain itu pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuan sendiri.


(28)

Siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki pengeta-huan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual. Selain itu, kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Apabila seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih baik dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional baik dilihat dari setiap kategori kemampuan awal.

Berdasarkan uraian di atas, diduga penggunaan pembelajaran kontekstual dan kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini dibuat gambar kerangka pikir yang memperjelas mengenai hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Populasi Sampel

Kelas Eksperimen

Kemampuan Awal Tinggi

Kemampuan Awal Rendah

Hasil Belajar Matematika Pembelajaran Kontekstual

Kemampuan Awal Tinggi Kemampuan Awal Sedang


(29)

Gambar 1. Ilustrasi Kerangka Pikir C.Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.

2. Hipotesis Kerja

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal tinggi.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal sedang.

Kemampuan Awal Sedang


(30)

4. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional,pada siswa berkemampuan awal rendah.

5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.


(31)

8

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi Dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi penelitian ini adalah kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 248 orang yang terdiri dari tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa antar kelas homogen, dan kemampuan siswa dalam setiap kelasnya heterogen. Sampel penelitian ditentukan dengan cara cluster random samplingdan terambil dua kelas, yaitu kelas VIIIB untuk kelas eksperimen dan kelas VIIIA sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain faktorial 3 x 2. Pada penelitian ini, kelas eksperimen mengunakan pembelajaran konteks- tual dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Variabel atribut yang diteliti yaitu kemampuan awal siswa, yang dibedakan atas kemapuan awal tinggi, kemampuan awal sedang dan kemampuan awal rendah. Desain penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Pendekatan Pembelajaran

(B) Kontekstual

(B1)

Konvensional (B2)


(32)

9 Kemampuan Awal (A)

Tinggi (A1) A1B1 A1B2

Sedang (A2) A2B1 A2B2

Rendah (A3) A3B1 A3B2

Keterangan :

A = Kemampuan awal siswa

A1 = Siswa dengan kemampuan awal tinggi

A2 = Siswa dengan kemampuan awal sedang

A3 = Siswa dengan kemampuan awal rendah

B = Pendekatan pembelajaran B1 = Pembelajaran kontekstual

B2 = Pembelajaran konvensional

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai hasil belajar matematika siswa saat di kelas VIII semester ganjil dan nilai tes setelah pembelajaran pada saat penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas VIII yang terdiri dari tujuh kelas dengan jumlah siswa 248 siswa, serta cara guru matematika menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Menentukan sampel penelitian, yaitu dengan cara cluster random sampling berdasarkan kelas maka terambil dua kelas, yaitu kelas VIIIB dan VIIIA.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kontekstual yang terlihat pada Lampiran A.1dan


(33)

10 kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yang terlihat pada Lampiran A.2.

4. Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes hasil belajar matematika siswa. 5. Melakukan validasi instrumen tes dan uji coba instrumen tes.

6. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.

7. Mengadakan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 8. Menganalisis data.

9. Membuat kesimpulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik yaitu: 1. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan awal matematika siswa yang ditunjukan dengan nilai hasil belajar matematika siswa pada saat siswa duduk dikelas VIII semester ganjil dalam bentuk jadi yaitu pada materi teorema pythagoras.

2. Tes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes yang diberikan pada akhir tahapan pembelajaran dengan meng-gunakan tes bentuk uraian.


(34)

11 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang terdiri dari lima soal dalam bentuk uraian, untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai bahan pelajaran setelah mengikuti suatu program intruksional tertentu. Tes yang telah disusun harus memenuhi validitas isi dan diujicobakan diluar sampel tetapi masih dalam populasi, ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat realiabilitas tes serta daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.

1. Validitas Isi

Validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang harus diteskan. Validitas tes ini didasarkan pada penilaian dosen pembimbing dan guru mitra, jika penilaian dari pembimbing dan guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes tersebut dikategorikan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2003) dengan kriteria menurut Anas Sudijono suatu tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih dari 0,70.


(35)

12 Rumus Alpha yang digunakan sebagai berikut,

              

22

11 1 1

i i n n r   Keterangan : 11

r = Koefisien reliabilitas n = Banyaknya butir soal

2

i

 = Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

i

=Varianstotal

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah disebut kelompok bawah. Daya pembeda ditentukan dengan rumus:

IA JB -JA DP Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

0,20 DP


(36)

28 0,40

DP

0,20  Cukup(Sedang)

0,70 DP

0,40  Baik

1,00 DP

0,70  Baik Sekali

Sudijono (2003) 4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

T T I J TK 

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran suatu butir soal

JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah

IT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Sudijono (2003)

Dari perhitungan hasil uji tes yang telah dilakukan lampiran C.4 didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.4. Data Uji Tes Hasil Belajar Matematika Siswa

No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

< 0,25 Terlalu sukar

0,25 s.d 0,75 Cukup(Sedang)


(37)

29 1

0,89

0,67 (Baik) 0,68 (Sedang)

2 0,56 (Baik) 0,66 (Sedang)

3 0,78 (Baik sekali) 0,51 (Sedang)

4 0,59 (Baik) 0,74 (Sedang)

5 0,69 (Baik) 0,51 (Sedang)

Dari Tabel 3.4. seluruh butir soal telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan sehingga soal tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

G. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis variansi (anava) yang terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana (2005) adalah:

H0 : populasi berdistribusi normal

H1 : populasi berdistribusi tidak normal


(38)

30

   k 1 i i 2 i i 2 E E O x 3) (k α) (1 tabel 2

X

 

Keterangan: i

O

= frekuensi pengamatan i

E

= frekuensi yang diharapkan

kriteria uji : terima H0 jikaX2hitung X2tabel dengan taraf nyata 5%

Uji normalitas dilakukan pada data kemampuan awal dan data hasil belajar mate-matika siswa, uji normalitas juga dilakukan terhadap masing-masing kelompok data yaitu kelompok eksperimen maupun kontrol. Hasil perhitungan uji nor-malitas terlihat pada Tabel 3.5 dan secara rinci dapat dilihat pada lampiran C.3. Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa

Kelompok 2

hitung

X 2

tabel

X Keputusan Uji

Eksperimen 6,67395 7,81 H0 diterima

Kontrol 5,46540 7,81 H0 diterima

Dari hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa yang terangkum padatabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai 2

hitung

X < 2

tabel

X . Hal tersebut menunjukkan bahwa

pada taraf signifikansi

= 5% hipotesis nol untuk setiap kelompok diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.


(39)

31 Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang sama. Adapun hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana ( 2005) adalah:

H0 : σ12 = σ22 = ... = k2

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Untuk uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat :

 2

i i

2 ln10 B n 1 log s

x

dengan :

B=

logs2

ni 1

2

s =

       

1 n s 1 n i 2 i i Keterangan:

ni = ukuran sampel ke-i

2

i

s = variansi sampel ke-i i = 1, 2

k = banyak kelas ln 10 = 2,3026

Kriteria uji : terima H0 jikaX2hitung X2tabel (α = 5 %)

Setelah perhitungan yang telah dilakukan didapat data yang terangkum pada Tabel 3.6 dan secara rinci terlihat pada lampiran C.3.

Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data kemampuan Awal Siswa


(40)

32

Pasangan Kelompok 2

hitung

X 2

tabel

X Keputusan Uji

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

1,58 3,84 H0 diterima

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa

x

2<  1 k α 1 2

x   . Hal tersebut

menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi

= 5% hipotesis nol diterima untuk setiap pasangan kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi sama untuk setiap pasangan kelompok data atau dengan kata lain data pada setiap pasangan kelompok homogen.

Setelah data tersebut dinyatakan normal dan homogen selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan anava satu jalur dan anava dua jalur untuk menguji hipotesis. Adapun hipotesis uji pada penelitian ini sebagai berikut:

1. H0: μ1 =μ2 (Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada

pembe-lajaran kontekstual sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

H1: μ1 ≠μ2 (Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada

pembe-lajaran kontekstual tidak sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional) 2. H0: μ1 =μ2 (Pada siswa berkemampuan awal tinggi,rata-rata nilai hasil

belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

H1: μ1 ≠ μ2 (Pada siswa berkemampuan awal tinggi, rata-rata nilai hasil


(41)

33 sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

3. H0: μ1 =μ2 (Pada siswa berkemampuan awal sedang, rata-rata nilaihasil

belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

H1: μ1 ≠μ2 (Pada siswa berkemampuan awal sedang, rata-rata nilai hasil

belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual tidak sama dengan rata-rata nilaihasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

4. H0: μ1 = μ2 (Pada siswa berkemampuan awal rendah, rata-rata nilai hasil

belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual sama dengan rata-rata nilaihasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

H1: μ1 ≠μ2 (Pada siswa berkemampuan awal rendah, rata-rata nilai hasil

belajar matematika siswa pada pembelajaran kontekstual tidak sama dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional)

5. H0: μ1 =μ2 (Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa)

H1: μ1 ≠μ2 (Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan


(42)

34 Pengujian hipotesis 2 s.d. 4 menggunakan uji statistik ANAVA Satu Jalur. Berikut akan disajikan tabel persiapan anava satu jalur menurut Arikunto (2005),

Tabel 3.7. Tabel Persiapan Anava Satu Jalur Sumber

Variansi Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo

Kelompok (K) Dalam (d)

 

K 2 T K 2 K n X n X

JKd = JKT - JKK

dbK= K-1

dbd = N - K

K K

K JKdb

MK  d D

D JKdb

MK 

D K

0 MKMK

F 

Total (T)

K 2 T 2 T T n X X

JK 

dbT = N-1

Keterangan:

JKT = Jumlah kuadrat total

JKK = Jumlah kuadrat kelompok

JKd = Jumlah kuadrat dalam

MKK = Mean kuadrat kelompok

MKd = Mean kuadrat dalam

Kriteria uji : Tolak H0 jika F0 ≥ Ftabel (α =5%)

Untuk menguji hipotesis 1 dan 5 menggunakan uji statistik ANAVA Dua Jalur. Berikut akan disajikan tabel persiapan anava dua jalur menurut Arikunto (2005)

Tabel 3.8. Tabel Persiapan Anava Dua Jalur Sumber


(43)

35 Antara A Antara B Antara AB (interaksi) Dalam (d)

 N X n ) X

( T 2

A 2 A

 

N X n

X T 2

B 2 B

B 

 

 

B A 2 T B 2

B JK JK

N X n

X

 

JKd = JKA – JKB - JKAB

A-1

B-1

dbA x dbB

dbT – dbA–

dbB – dbAB

A A db JK B B db JK AB AB db JK d d db JK d A

A MKMK

F 

d B

B MKMK

F 

d AB

AB MKMK

F 

Total (T)

 N X X JK 2 T 2 T T

N – 1

Keterangan:

JKA = Jumlah kuadrat variabel A

JKB = Jumlah kuadrat variabel B

JKAB = Jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

JKD = Jumlah kuadrat dalam

MKA = Mean kuadrat variabel A

MKB = Mean kuadrat variabel B

MKAB = Mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B

MKd = Mean kuadrat dalam

JKT = Jumlah kuadrat total

Kriteria uji : - Tolak H0 jika FB ≥ Ftabel (α =5%)


(44)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan na-sional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sehingga dapat terwujud masyarakat yang ber-kualitas, maju dan sejahtera serta dapat berkompetisi dengan negara lain. Sehingga, untuk mencapai hal tersebut diperlukan usaha yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat, baik pemerintah, sekolah, guru, siswa, maupun orang tua siswa dan masyarakat. Namun usaha-usaha tersebut tidak akan berhasil bila faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran tidak dioptimalkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya guru, siswa dan lingkungan. Dalam menunjang pembelajaran, guru tidak hanya sekedar menyam- paikan materi tetapi juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dinamis, dan logis. Bila guru dapat mengembangkan pe-rannya tersebut secara optimal, maka pembelajaran akan menyenangkan dan siswa mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.


(45)

2 Faktor selanjutnya yang dapat menunjang pembelajaran adalah siswa. Siswa me-rupakan faktor terpenting karena dalam kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa dituntut aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Keaktifan siswa tersebut dipengaruhi juga oleh kemampuan awal. Kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa akan menunjukkan seberapa jauh siswa dapat menguasai materi selanjutnya karena konsep yang diajarkan pada suatu tingkat tertentu akan berhubungan dengan konsep sebelumnya. Jadi kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam me-nerima materi selanjutnya.

Lingkungan juga menunjang pembelajaran, lingkungan yang kondusif akan mengakibatkan pembelajaran dapat berjalan dengan nyaman dan tenang sehingga siswa dapat mudah memahami materi. Namun, bila lingkungan tidak kondusif maka kosentrasi siswa terhadap materi pembelajaran pun akan terpecah sehingga siswa tidak fokus dalam belajar yang mengakibatkan siswa kurang memahami materi. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan di luar pembelajaran tetapi juga lingkungan dalam pembelajaran yakni kondisi kelas. Salah satu yang mempengaruhi kondisi kelas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Namun, kenyataannya dalam belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Pada kegiatan belajar mengajar di sekolah sering dijumpai beberapa masalah. Masalah yang sering dijumpai diantarannya adalah siswa yang mempunyai nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran, khususnya pada pelajaran matematika. Hal tersebut dikarenakan objek kajian


(46)

3 matematika yang abstrak. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hen- daknya diawali dengan hal yang konkret ke abstrak, dari hal yang sederhana ke kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Penyajian materi matematika secara konkret dengan mengaitkannya dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dapat memotivasi siswa untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari sekaligus memberikan pemahaman kepada siswa tentang penerapan materi tersebut dalam kehidupan nyata. Ketika siswa belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka siswa akan cepat lupa dengan konsep yang telah dipelajari dan tidak dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan nyata. Maka dibutuhkanlah pendekatan pembelajaran yang membawa situasi dunia nyata siswa.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah pembelajaran kontekstual karena filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna jika mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang didapatkan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pengetahuan dan keterampilan siswa bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi juga hasil menemukan sendiri. Untuk menemukan pengetahuan tersebut siswa dapat mem-baca literatur, bertanya kepada guru, maupun berdiskusi secara aktif dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran diharapkan lebih diwarnai student centered


(47)

4 Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan siswa menjadi kurang aktif karena saat proses pembelajaran siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa terkadang kurang memuaskan. Hal ini dialami juga oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada guru bi-dang studi matematika kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa pada umumnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan persentase hasil belajar siswa pada ujian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yaitu hanya 52% siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 62. Hasil belajar tersebut belum optimal dan masih jauh dari standar yang ditetapkan sekolah yaitu 75%.

Penyebab rendahnya keberhasilan belajar siswa adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai materi atau konsep matematika. Misalnya ketika siswa diberi soal dengan tipe yang sama, tetapi hanya berbeda angkanya saja, siswa ti-dak mengerti dan titi-dak dapat mengerjakannya. Siswa hanya mengerti dan paham materi pada saat itu juga karena siswa hanya menghafal fakta atau rumus yang didapat dari buku atau informasi lainnya tanpa mengetahui proses yang terkadang menyebabkab siswa mudah lupa. Selain itu, terdapat 40% siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas karena tidak menguasai materi prasyarat. Misalnya, pada saat diberikan soal yang berkaitan dengan mate-ri sebelumnya, terdapat siswa yang tidak dapat mengerjakan. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan awal siswa masih tergolong rendah.


(48)

5 Jika dilihat dari kondisi siswa tersebut, maka diduga pembelajaran kontekstual dan kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan ma-salah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa?”

Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal tinggi?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal sedang?


(49)

6 4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal rendah?

5. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematika.

2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah penga- laman dan pengetahuan peneliti terkait serta sebagai refrerensi untuk peneliti lain yang melakukan penelitian serupa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh diartikan sebagai daya atau dampak yang timbul dari sesuatu yang berkekuatan atau dominan. Sesuatu yang berkekuatan dalam penelitian ini


(50)

7 adalah penggunaan pembelajaran kontekstual. Hal yang dilihat sebagai penga-ruh dalam penelitian ini adalah perbedaan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kontekstual bila secara statistik memberikan hasil yang signifikan.

2. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi matematika yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pene-rapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari yang melibatkan tujuh kompo-nennya.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang saat ini sering diguna-kan guru yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.

4. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan matematika siswa pada saat siswa duduk dikelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada materi teo-rema pythagoras, yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

5. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan aspek kognitif siswa setelah mempelajari matematika pada materi kubus dan balok yang ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar.


(51)

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012, disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa. Hal ini didasarkan pada hal berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional.

2. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal tinggi.

3. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal sedang.

4. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal rendah.

5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.


(52)

49 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru yang akan menggunakan pembelajaran kontekstual sebaiknya melaksanakan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar sehingga hasil belajar lebih optimal.

2. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian serupa sebaiknya melaksanakan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar dan dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian serta dapat mengan-tisipasi kelemahan yang akan terjadi dalam penelitian sehingga hasil penelitian yang didapatkan berjalan sesuai harapan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka cipta. Jakarta.

Ali, Moh. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Saiful Bahri dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan

kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. MLC. Bandung. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Nurdiyanto, Agus. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS Darul Amal Metro. (Skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. UM PRESS. Malang.

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengajaran Matematika Modern. Tarsito . Bandung Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta


(54)

50 Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa

Media. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar baru. Bandung.

Trianto. 2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana. Surabaya


(1)

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal rendah?

5. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematika.

2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah penga- laman dan pengetahuan peneliti terkait serta sebagai refrerensi untuk peneliti lain yang melakukan penelitian serupa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh diartikan sebagai daya atau dampak yang timbul dari sesuatu yang berkekuatan atau dominan. Sesuatu yang berkekuatan dalam penelitian ini


(2)

7 adalah penggunaan pembelajaran kontekstual. Hal yang dilihat sebagai penga-ruh dalam penelitian ini adalah perbedaan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kontekstual bila secara statistik memberikan hasil yang signifikan.

2. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi matematika yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pene-rapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari yang melibatkan tujuh kompo-nennya.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang saat ini sering diguna-kan guru yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian contoh soal, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.

4. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan matematika siswa pada saat siswa duduk dikelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada materi teo-rema pythagoras, yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

5. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan aspek kognitif siswa setelah mempelajari matematika pada materi kubus dan balok yang ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012, disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa. Hal ini didasarkan pada hal berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional.

2. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal tinggi.

3. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal sedang.

4. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, pada siswa berkemampuan awal rendah.

5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.


(4)

49 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru yang akan menggunakan pembelajaran kontekstual sebaiknya melaksanakan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar sehingga hasil belajar lebih optimal.

2. Bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian serupa sebaiknya melaksanakan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual dengan benar dan dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian serta dapat mengan-tisipasi kelemahan yang akan terjadi dalam penelitian sehingga hasil penelitian yang didapatkan berjalan sesuai harapan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka cipta. Jakarta.

Ali, Moh. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Saiful Bahri dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan

kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. MLC. Bandung. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurdiyanto, Agus. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTS Darul Amal Metro. (Skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL dan Penerapannya Dalam KBK. UM PRESS. Malang. Ruseffendi, E.T. 2006. Pengajaran Matematika Modern. Tarsito . Bandung Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta


(6)

50 Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa

Media. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar baru. Bandung.

Trianto. 2009. Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana. Surabaya


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 61

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 66

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 124