3.3.3 Tipe-tipe Pemasangan Sel Surya
Dalam pemasangannya, sel surya dapat dibedakan menjadi : a.
Tipe stand-alone, dimana tipe ini biasanya digunakan untuk beban listrik terisolasi atau di daerah terpencil, kapasitas kecil.
b. Tipe isolated grid , tipe ini biasanya digunakan untuk beban listrik besar terisolasi dan
terkonsentrasi, bisa dikombinasikan dengan sumber energi lain dalam operasi hybrid. c.
Tipe grid connected , tipe ini digunakan pada daerah yang telah memiliki sistem jaringan listrik komersial, dan sistem langsung output energi surya ke dalam jaringan listrik.
Untuk daerah perkotaan yang sudah terjangkau aliran listrik PLN, biasanya sel surya dipasang secara grid connected. Revolusi aplikasi sel surya pada bangunan arsitektur telah
mengalami perkembangan yang pesat, mulai dari teknologi biasa sampai teknologi tinggi pada generasi ke-3, yaitu :
a. Generasi Pertama tahun 1980 an, panel-panelderetan sel surya modul dengan rangka besi hanya diletakkan mounting pada bidang atap datar bangunan dengan alat penyangga
tracking. b. Generasi Kedua tahun 1990 an, sel surya dikembangkan lebih menyatu menjadi bagian
material bangunan yaitu : bahan atap genting, sirap. c. Generasi Ketiga tahun 1997, sel surya dikembangkan menjadi kesatuan integrasi bangunan
arsitektur dalam berbagai materi bangunan dan aplikasi canggih. Pemasangan sel surya secara grid connected dengan jaringan listrik PLN, dapat
digunakan sebagai : a. Sebagai catu-daya back-up, dimana :
- Energi surya disimpan dalam battery storage dan digunakan padasaat terjadi padam listrik
- Meningkatkan kualitas pelayanan daya listrik pada sistem yanglemah. b. Sebagai sarana Load Shaving , dimana :
- Energi surya disimpan dalam battery storage dan digunakan padasaat beban tinggi. - Energi yang tersimpan dalam battery tersebut dapat digunakanuntuk membantu mengurangi
beban puncak. c. Sebagai Peak Cliping :
- Pada aplikasi grid-connected bisa terjadi koinsidensi beban puncak dan radiasi puncak - Pada kondisi ini energi surya dapat langsung berdampak pada penurunan konsumsi untuk
beban puncak dari jaringan listrik. Untuk mendapatkan keluaran energi Iistrik yang optimum di Indonesia, maka cukup
dilakukan dengan memiringkan modul surya tersebut ke suatu arah dengan sudut kemiringan sebesar lintang lokasi solar cell tersebut berada. Sebagai contoh apabila lokasi tersebut berada di
sebelah utara khatulistiwa maka modul surya tersebut dihadapkan ke selatan, dan sebaliknya bila diselatan khatulistiwa maka modul surya dihadapkan ke utara.
Selain pengaruh arah dari modul surya, temperatur juga dapat mempengaruhi energi listrik yang dihasilkannya. Semakin tinggi temperatur modul surya jenis silikon kristal, maka
akan semakin berkurang tegangan yang dihasilkannya yaitu sebesar 0,04V sampai 0,10V per ºC. Oleh karena itu, dalam pemasangan modul surya diusahakan tidak dipasang langsung di atas
atap, tetapi diberikan jarak antara 30 sampai 50cm, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya akumulasi panas di bagian bawah modul surya.
Output standar setiap modul surya umumnya dicantumkan pada label yang di lekatkan di bagian belakang dari modul surya. Output tersebut di ukur pada STC Standard Test Condition 1
kWm2 pada distribusi spectral AM 1,5 dan Temperatur cell 25°C. Sedangkan output harian yang dihasilkan oleh modul surya sangat tergantung pada tingkat radiasi matahari yang
menyinari modul surya.
3.3.4 Perencanaan Perhitungan Daya Solar Cell