Peralihan Dari SMPT ke PEMA

74  Ketua BPMF bersama Ketua Senat Mahasiswa Fakultas mewakili fakultas dalam Sidang Umum Mahasiswa Universitas untuk memilih Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi. • Himpunan Mahasiswa Jurusan  HMJ adalah sekumpulan mahasiswa yang berada di satu jurusan atau disiplin ilmu yang merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler di tingkat jurusan yang bersifat penalaran dan keilmuan, kesejahteraan mahasiswa serta pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan keahlian masing- masing.  Ketua HMJ dipilih dari dan oleh anggota HMJ dalam Rapat Umum angota sesuai dengan peraturan HMJ masing-masing.  Ketua HMJ mengadakan pemilihan ditingkat jurusan masing- masing untuk untuk mewakili jurusan di Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas.

4.2.2 Peralihan Dari SMPT ke PEMA

Pasca reformasi yang menjatuhkan rezim kepemimpinan soeharto tahun 1998, kehidupan berorganisasi menjadi lebih baik khususnya organisasi kampus, kebebasan diberikan kepada mahasiswa untuk menentukan sistem keorganisasian yang dikehendaki berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155 U1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi dengan pertimbangan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 75 a. bahwa pendidikan nasional telah mengalami perkembangan yang memerlukan penyesuaian dan pemantapan baik dalam hal kebijaksanaan maupun tatanannya; b. bahwa pengembangan kehidupan kemahasiswaan adalah bagian integral dalam sistem pendidikan nasional sebagai kelengkapan kegiatan kurikuler. c. bahwa organisasi kemahasiswaan perlu ditingkatkan peranannya sebagai perangkat perguruan tinggi dan sebagai warga sivitas akademika; d. bahwa pengembangan organisasi kemahasiswaan perlu disesuaikan dengan pelaksanaan reformasi di bidang pendidikan tinggi dan tuntutan globalisasi pada masa mendatang. Berdasarkan konsideran diatas maka pemerintah memberikan hak dan kewenangan kepada mahasiswa untuk membentuk organisasi masing-masing universitas walaupun dengan beberapa syarat yang telah dituangkan dalam kepetusan tersebut 46 Poin-poin yang ditetapkan antara lain: . a. pengertian Pasal 1 ayat 1 berbunyi ” Organisasi kemahasiswaan intra. perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi” b. Ruang Lingkup Organisasi Intra Kampus 46 SK Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155 U1998. Universitas Sumatera Utara 76 Pasal 1 ayat 3-4 berkedudukan”Kegiatan kurikuler adalah kegiatan akademik yang meliputi : kuliah, pertemuan kelompok kecil seminar, diskusi, responsi, bimbingan penelitian, praktikum, tugas mandiri, belajar mandiri, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kuliah kerja nyata, kuliah kerja lapangan dan sebagainya. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi masyarakat”. c. Bentuk Pada pasal 3 ditetapkan bahwa bentuk organisasi intra universitas diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa selama tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, sebagaimana pada ayat 1, 2, 3, 4 yang berbunyi” 1. Di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. 2. Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi dibentuk pada tingkat perguruan tinggi, fakultas dan jurusan. 3. Bentuk dan badan kelengkapan organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar mahasiswa, tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dan statuta perguruan tinggi yang bersangkutan. 4. Organisasi kemahasiswaan pada sekolah tinggi, politeknik, dan akademi menyesuaikan dengan bentuk kelembagaannya. Universitas Sumatera Utara 77 Maka pada tahun 1999 melalui sebuah simposium dirumuskan kembali bentuk organisasi kemahasiswaan universitas sumatera utara dengan pertimbangan untuk meninggalkan segala bentuk kebijakan orde Suharto, sehingga Ketua SMPT periode 1998-1999 bersama dengan seluruh aktivis kampus merumuskan sebuah statuta Tata Letak Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara atau yang lazim disebut sebagai TLO USU. Pada tahun 1999 masa Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi berakhir ditandai dengan pelaksanaan simposium 99 yang bertujuan merumuskan kembali sebuah sistem Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara yang bersih dari intervensi serta kebijakan pemerintah Orde Baru. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Panitia Pelaksana Simposium 1999 Khairul Munadi ”adapun dasar pikiran awal simposium Mahasiswa USU ’99 adalah sebagai euphoria dari keberhasilan mahasiswa menjatuhkan rezim soeharto sehingga diskursus yang berkembang dikalangan mahasiswa usu terdapat sebuah paradigm bahwa system organisasi kemahasiswaan di usu harus juga diperbaharui untuk meminimalisir segala bentuk kebijakan rezim soeharto dalam mengekang kebebasan berekspresi mahasiswa, sebab meyoritas mahasiswa berpendapat segala sesuatu yang ditinggalkan soeharto dalam bentuk kebijakan mengenai kehidupan kampus tidak terlepas dari unsur pemaksaan dan pengekangan tersistem” 47 Maka pada tanggal 13 Februari 1999, Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Rihwan Manik membentuk sebuah kepanitian yang beranggotan 18 orang dari pelbagai fakultas di Universitas Sumatera Utara untuk merumuskan sebuah 47 Wawancara dengan Khairul Munadi Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi terakhir pada 12 Desember 2012 di Medan. Universitas Sumatera Utara 78 peraturan yang mengatur segala bentuk kewenangan serta kepengurusan orgainisasi kemahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Dan lahirlah Tata Letak Organisasi Mahasiswa USU sebagai acuan dan landasan dalam penetapan Sistem Organisasi Mahasiswa USU, yang pada akhirnya terbentuklah sebuah sistem demokrasi presidensil dengan nama Pemerintahan Mahasiswa yang kepalai oleh Presiden Dan Wakil Presiden Mahasiswa sebagai Lembaga Eksekutif serta Majelis Permusyawaratan Mahasiswa sebagai lembaga legislatif. Universitas Sumatera Utara 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN