Pembahasan Perbandingan Karakteristik Foto Toraks Tuberkulosis dengan dan tanpa Infeksi HIV pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2014

dengan status HIV negatif didapatkan 32 orang 56,1. Uji Chi Square pada kelompok ini menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,007. Selanjutnya pada kelompok HIV positif dijumpai sebanyak 10 orang 27,8 dengan gambaran kavitasi dan pada kelompok dengan status HIV negatif dijumpai 10 orang 17,5. Uji Chi Square menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p = 0,242. Dari 36 orang dengan gambaran konsolidasi 22 orang 38,6 diantaranya memiliki status HIV negatif sedangkan yang memiliki status HIV Positif hanya 9 orang 25. Uji Chi Square pada kelompok ini menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan secara statistik p = 0,175. Pada kelompok dengan gambaran efusi pleura dijumpai 10 orang 27,8 dengan status HIV positif dan 6 orang 10,5 status HIV negatif. Uji Chi Square menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,032.

5.5. Pembahasan

Pada penelitian ini, jumlah seluruh subjek adalah 93 orang dan terdiri dari 48 orang 51,6 laki-laki, lebih banyak dibanding perempuan dengan jumlah 45 orang 48,4 . Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi tuberkulosis paru pada laki-laki sebesar 0,4 sedangkan perempuan sebesar 0,3. Penelitian oleh Maipa 2007 dengan jumlah sampel 100 orang anak penderita tuberkulosis paru menunjukkan proporsi yang lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 58 anak 58. Penelitian mengenai faktor risiko untuk terjadinya infeksi TB di Gambia menyatakan bahwa prevalensi uji tuberkulin positif pada anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai remaja, setelah itu lebih tinggi pada anak laki-laki. Hal ini diduga akibat dari peran sosial dan aktivitas sehingga lebih terpajan pada lingkungan, atau karena secara bawaan lebih rentan, atau adanya faktor predisposisi terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat Kartasasmita, 2009. Berdasarkan tabel 5.2. diperoleh bahwa anak yang menderita TB paru paling sering terjadi pada umur 10 tahun dengan jumlah 59 orang 63,4. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Widyaningsih et.al 2011 yang mendapatkan Universitas Sumatera Utara proporsi 81,4 untuk kelompok usia 5 tahun. Di negara berkembang,TB pada anak berusia 15 tahun adalah 15 dari seluruh kasus TB. Anak berusia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya belum berkembang dengan sempurna. Risiko sakit TB akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Pada bayi yang terinfeksi TB, 43 diantaranya akan menjadi sakit TB, pada usia 1-5 tahun menjadi sakit 24, usia remaja 15, dan dewasa 5-10. Kartasasmita, 2009. Tabel 5.3. menunjukkan jumlah subjek TB paru dengan status HIV positif sebesar 36 orang 38,7 dari total 93 subjek. HIV meningkatkan epidemi TB dengan beberapa cara.. Telah diketahui bahwa HIV merupakan faktor risiko yang paling potensial untuk terjadinya TB aktif baik pada orang yang baru terinfeksi maupun mereka dengan infeksi TB laten. Risiko terjadinya TB pada orang dengan ko-infeksi HIVTB berkisar antara 5 – 10 per tahun Daniel, 2014. Pada anak dengan HIV Infeksi Mycobacterium tuberculosis dapat terjadi sebelum atau sesudah timbulnya gejala AIDS karena Mycobacterium tuberculosis lebih virulen sehingga infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis umumnya terjadi lebih awal dibanding infeksi lain Suwendra dan Purniti, 2010. Selanjutnya berdasarkan tabel 5.4. yang menyajikan perbandingan proporsi karakteristik foto toraks pasien anak dengan TB paru didapatkan bahwa gambaran limfadenopati lebih sering dijumpai pada usia 10 tahun yaitu sebanyak 43 orang 72,9,. Hasil tersebut diperkuat lagi dengan uji beda proporsi yang menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan p = 0,001. Hal ini sesuai dengan hasil studi Weber, et.al 2000 yang menyebutkan bahwa gambaran TB primer seperti limfadenopati lebih sering dijumpai pada anak yang lebih muda. Dilaporkan juga bahwa hanya terdapat 10 remaja usia 10 – 19 tahun yang memiliki gambaran limfadenopati. Pada kelompok remaja 10 – 19 tahun gambaran yang sering dijumpai adalah infiltrat 82,4; konsolidasi 64,7; kavitasi 50. Temuan ini diperkuat dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan interpretasi bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan antara kelompok usia remaja 10 – 19 tahun dengan kelompok usia 10 tahun dengan nilai p = 0,015 pada gambaran infiltrat, Universitas Sumatera Utara p = 0,001 untuk gambaran konsolidasi, dan juga nilai p = 0,001 pada gambaran kavitasi. Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian Anna et al 2011 yang menggambarkan distribusi frekuensi gambaran radiologis pada remaja sebagai berikut : infiltrat 53,3; kavitasi 32,4; konsolidasi 27. Pada kelompok dengan gambaran atelektasis dan efusi pleura ditemukan terdapat perbedaan namun tidak signifikan secara statistik. Gambaran atelektasis dijumpai dengan proporsi 30,5 pada kelompok usia 10 tahun dan 20,6 pada kelompok usia 10 – 19 tahun p = 0,299, sedangkan gambaran efusi pleura memiliki proporsi 15,3 pada kelompok usia 10 tahun dan 20,6 pada kelompok usia 10 – 19 tahun p = 0,512. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian Anna, et.al 2011 yang menunjukkan proporsi gambaran atelektasis pada remaja yang lebih sedikit dijumpai 1,9. Tuberkulosis paru anak sering memberikan gambaran radiologi berupa atelektasis karena terdapat penekanan bronkus yang disebabkan oleh pembesaran Kelenjar Getah Bening KGB hilus sehingga terjadi kolaps alveoli. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan wheezingmengi sehingga sering didiagnosis asma tetapi tidak membaik dengan pemberian bronkodilator. Efusi pleura dapat berbentuk serosa paling sering atau empiema TB jarang terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe lambat antigen kuman TB pada rongga pleura. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unilateral. Efusi pleura karena TB jarang ditemukan pada anak, terjadi akibat invasi kuman secara langsung atau melalui drainase limfatik KEMENKES, 2013. Data pada tabel 5.5. menunjukkan hasil untuk gambaran infiltrat perbandingan proporsi antara kelompok positif HIV dengan negatif HIV adalah 83,3 dibanding 56,1. uji Chi Square menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan nilai p = 0,007. Studi yang dilakukan oleh Badie et al. 2012 memiliki hasil yang mirip, gambaran foto toraks yang tersering didapatkan pada penderita TB-HIV adalah gambaran atipikal. Salah satunya adalah gambaran infiltrat milier yang lebih banyak dijumpai pada TB-HIV dibanding TB non-HIV 17 vs 4,7; p=0,01. Pada penelitian ini tidak ditentukan jenis infiltrat yang ditemui apakah milier atipikal atau infiltrat yang tipikal, kemungkinan yang paling sering dijumpai adalah infiltrat milier. Universitas Sumatera Utara Gambaran limfadenopati, atelektasis, dan efusi pleura juga lebih sering dijumpai pada TB paru dengan status HIV positif dibanding kelompok dengan status HIV negatif dengan perbandingan limfadenopati 63,9 dibanding 38,6 p = 0,017 ; atelektasis 52,8 dibanding 10,5 p = 0,001 ; efusi pleura 27,8 dibanding 10,5 p = 0,032. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Badie et.al 2012 yang menyebutkan bahwa perbandingan gambaran limfadenopati pada kelompok HIV positif dengan HIV negatif 10,6 dibanding 7,4. Saks dan Posner 1992 melaporkan perbandingan untuk efusi pleura sebesar 30 dibanding 13. Seperti disinggung di atas infeksi HIV pada pasien TB umumnya menunjukkan gambaran atipikal, gambaran limfadenopati dan efusi pleura merupakan tampilan atipikal yang sering dijumpai. Beberapa studi kemudian menerangkan bahwa gambaran ini semakin muncul seiring memburuknya kondisi imunodefisiensi yang terjadi pada tubuh Padyana et al., 2012. Selanjutnya untuk gambaran konsolidasi terdapat adanya perbedaan namun tidak signifikan secara statistik yaitu 25 dengan status HIV positif dan 38,6 pada status HIV negatif p = 0,242. Hasil ini sesuai dengan temuan Badie et.al tahun 2012 pada konsolidasi fokal dengan perbandingan 38 pada kelompok HIV positif dan 51 status HIV negatif. Namun jika dibandingkan dengan temuan konsolidasi difus pada hasil penelitian Badie et.al 2012 terdapat perbedaan hasil dimana proporsi pada kelompok HIV positif lebih besar dengan perbandingan 27,7 dibanding 12 p = 0,01. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa hasil temuan pada penelitian ini sebagian besar adalah konsolidasi fokal karena umunya gambaran konsolidasi difus lebih sering dijumpai pada pasien TB dengan infeksi HIV. Gambaran ini sering dikaitkan dengan kondisi imunokompromais pada pasien TB dengan infeksi HIV, dimana terdapat perbedaan respon jaringan yang memunculkan gambaran atipikal. Badie et al. 2012. Proporsi untuk gambaran kavitasi pada penelitian ini didapatkan 27,8 pada kelompok HIV positif dan 17,5 pada kelompok HIV negatif p = 0,242. Berbeda dengan hasil ini, penelitian Mahomed 2013 melaporkan bahwa kavitasi lebih banyak dijumpai pada kelompok non-imunokompromais HIV negatif Universitas Sumatera Utara dengan perbandingan 81 vs. 59 p = 0,020. Perbedaan ini didapatkan karena sebenarnya gambaran kavitasi lebih umum dijumpai pada kelompok usia dewasa sehingga bila diuji pada kelompok usia yang lebih muda perbedaannya tidak signifikan Smith dan John, 2012. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan