Kedudukan Perlindungan Hukum terhadap

commit to user 43 Perlindungan terhadap seorang terdakwa yang bekerjasama dengan penegak hukum saksi mahkota ini dilindungi oleh Jaksa,yaitu sebagai imbalan atas kesaksiannya, sesuai dengan Pasal 10 ayat 2 UU Perlindungan Saksi, saksi mahkota berhak mendapatkan insentif hukum berupa keringanan hukuman.

B. Perlindungan Hukum terhadap

Whistle Blower yang Tidak Terkait Kasus dalam Perspektif Penegakan Hukum Pidana

1. Kedudukan

Whistle Blower yang Tidak Terkait Kasus Saksi Kunci Saksi dalam peradilan pidana menempati posisi utama, sebagaimana dalam penempatannya pada Pasal 184 KUHP. Sebagai alat bukti utama, dampak penggunaan saksi ini akan terasa apabila dalam suatu perkara tidak diperoleh saksi. Pentingnya kedudukan saksi dala proses peradilan pidana telah dimulai sejak awal proses peradilan pidana. Terungkapnya kasus pelanggaran hukum sebagian besar berdasarkan informasi dari masyarakat. Begitu pula dalam proses selanjutnya, di tingkat Kejaksaan sampai pada tingkat Pengadilan, keterangan saksi sebagai alat bukti utama menjadi acuan hakim dalam memutus bersalah atau tidaknya terdakwa. Saksi merupakan kontribusi yang besar dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan. Saksi memerlukan perlindungan karena: a. Bagi saksi apalagi orang awam hukum, memberikan keterangan bukanlah suatu hal yang mudah; b. Bila keterangan yang diberikan ternyata tidak benar, ada ancaman pidana baginya karena dianggap bersumpah palsu. c. Keterangan yang diberikannya akan memungkinkan dirinya mendapatkan ancaman, terror, intimidasi dari pihak yang dirugikan; d. Memberikan keterangan membuang waktu dan biaya; e. Aparat penegak hukum tidak jarang memperlakukan saksi seperti seorang tersangkaterdakwa. commit to user 44 Dalam KUHAP, sebagai ketentuan hukum beracara pidana di Indonesia, tersangkaterdakwa memiliki sejumlah hak yang diatur secara tegas dan rinci dalam suatu bab tersendiri. Namun, saksi hanya ada beberapa pasal dalam KUHAP yang memberikan hak pada saksi, tetapi pemberiannya pun selalu dikaitkan dengan tersangkaterdakwa. Dengan demikian, hak yang dimiliki oleh saksi dimiliki pula oleh tersangkaterdakwa, tetapi banyak hak tersangkaterdakwa yang tidak dimiliki oleh saksi. Secara normatif, KUHAP khusus memberikan hak pada saksi yaitu pada Pasal 229 ayat 1 KUHAP. Yaitu : “saksi atau ahli yang telah hadir memenuhi panggilan dalam rangka memberikan keterangan di semua tingkat pemeriksaan, berhak mendapat penggantian biaya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Di Indonesia kehadiran Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban merupakan salah satu payung hukum untuk memberikan perlindungan saksi. mengingat masih banyaknya keluhan masyarakat mengenai perlu dan pentingnya perlindungan saksi. Perlindungan terhadap saksi dan korban harus diberikan bila menginginkan proses hukum berjalan benar dan keadilan ditegakkan. Hal ini dapat diperhatikan bahwa adanya fakta menunjukkan, banyak kasus- kasus pidana maupun pelanggaran Hak Asasi Manusia yang tidak terungkap dan tidak terselesaikan disebabkan adanya ancaman baik fisik atau psikis maupun upaya kriminalisasi terhadap saksi dan korban ataupun keluarganya yang membuat masyarakat takut memberi kesaksian kepada penegak hukum. commit to user 45

2. Ketentuan Hukum Perlindungan Saksi