Kegagalan NPT membatasi pengembangan teknologi nuklir dalam kasus Korea Utara

Universitas Sumatera Utara penggunaan nuklir untuk kepentingan militer di dunia dan telah berhasil membawa arti penting nuklir untuk kepentingan damai, dan melihat dari banyaknya negara yang dulunya mempunyai senjata nuklir dan telah melucutinya, NPT mempunyai peranan penting dalam membawa kedamaian dunia. NPT sekarang telah beranggotakan lebih dari 180 negara 128 yang konsisten untuk tetap menjaga kedamaian dengan menjalankan semua ketentuan yang ada dalam perjanjian nonproliferasi nuklir.

2. Kegagalan NPT membatasi pengembangan teknologi nuklir dalam kasus Korea Utara

Walaupun NPT dianggap telah berhasil dalam membatasi pengembangan teknologi nuklir di dunia, namun bukan berarti NPT telah berhasil sepenuhnya dalam membatasi pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan militer secara sepenuhnya atau secara keseluruhan, ada beberapa kasus yang ternyata menunjukkan bahwa NPT dianggap menguntungkan hanya beberapa pihak tertentu dan hal ini membuat negara anggotanya keluar dari perjanjian dan kembali mengembangkan proyek senjata nuklirnya seperti korea utara yang dulunya merupakan negara anggota perjanjian NPT, namun mereka menarik diri dari perjanjian tersebut karena ada kepentingan-kepentingan mengapa mereka ingin mengembangkan senjata nuklir. Hal ini merupakan kegagalan NPT dalam menjaga non-proliferasi nuklir untuk kepentingan militer. Kasus Korea Utara menggambarkan suatu contoh terjadinya proliferasi nuklir oleh sebuah negara. Korut telah menjadi negara pihak pada Traktat NPT pada akhir tahun 1985, 128 ―Isu nuklir korea utara‖ sebagaimana dimuat dalam http:world.kbs.co.krindonesianeventnkorea_nuclearfaq_01.html terakhir diakses pada tanggal 30 agustus 2015 pukul 14.00 Universitas Sumatera Utara namun Korut terbukti melakukan pengembangan senjata nuklir setelah dilakukan verifikasi oleh IAEA. Ketika IAEA ingin melakukan inspeksi terhadap proyek pengembangan nuklir mereka, Korut menolak keinginan ini dan mengancam untuk keluar dari Traktat NPT 129 . Acaman ini dibatalkan dengan adanya kesepakatan enam negara yang dikenal dengan pertemuan segi enam 130 yaitu Korut, Amerika Serikat, Korsel, Rusia, Tiongkok, dan Jepang. Dalam pakta yang ditandatangani tahun 2007 tersebut Korut harus menghentikan proyek nuklirnya dalam beberapa tahapan. Dalam kesepakatan tersebut, Korut setuju untuk membekukan reaktor nuklir Yongbyon 131 miliknya dan sebagai gantinya Korut akan mendapatkan reaktor tenaga air sebagai pembangkit tenaga listrik dari Amerika yang setara dengan harga satu ton minyak dan dalam hal ini, korut setuju untuk menghentikan proyek nuklirnya. Namun, Korea Utara melakukan kembali proyek program pengembangan nuklir secara rahasia, sampai hal itu ditemukan kembali oleh Amerika Serikat, 129 http:world.kbs.co.krindonesianeventnkorea_nuclearfaq_01.html. Loc.cit 130 Pertemuan segi 6 adalah kerangka negosiasi multilateral, bertujuan untuk menuntaskan krisis nuklir Korea Utara putaran kedua. Kerangka multilateral itu sangat kontras dengan keadaan pertemuan bilateral Korea Utara dan AS yang mencapai konklusi krisis nuklir Korea Utara putaran pertama. Dalam krisis kedua, Korea Utara bersikokoh agar dilakukan pertemuan bilateral, tetapi AS tidak bersedia untuk negosiasi langsung dengan Korea Utara, karena tidak percaya kepada Korea Utara yang terus melanjutkan program nuklir rahasia bahkan setelah mengumumkan persetujuan Jenewa. Oleh karena itu, pembangunan kerangka pembahasan multilateral dirancang sebagai sebuah alternatif. Walaupun ada faktor positif bagi AS, Korea Utara dan 4 negara lain untuk bekerja sama untuk mengatasi masalah kepercayaan Korea Utara, namun, pertemuan segi 6 dikritik sangat lemah karena sulit memproduksi hasil konkrit melalui negosiasi secara intensif. Pejabat tingkat asisten menteri setiap negara dilantik sebagai ketua juru runding, sedangkan wakil juru runding tingkat direktur bekerja untuk membahas rincian melalui pertemuan tingkat kerja. 131 Fasilitas nuklir Yongbyeon adalah pusat penelitian tenaga nuklir Korea Utara . Di Korea Utara, ada pusat lembaga tenaga nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir yang mulai dioperasikan pada tahun 1986 yang terletak di Yongbyeon. Reaktor nuklir berkapasitas 5 Megawatt di Yongbeyon yang selalu diperhatikan oleh media massa terkait isu senjata nuklir Korea Utara, menerapkan cara reaktor air didih moderasi grafit dan memakai uranium alam sebagai bahan bakar. Karena plutonium yang dapat digunakan untuk membuat senjata mudah diekstraksi dari fasilitas itu, maka dengan alasan itu, penghentian fasilitas itu adalah agenda utama dalam kesepakatan Jenewa . Selain reaktor air ringan 5 Mega Watt, fasilitas yang ditetapkan penghentiannya termasuk reaktor air didih moderasi grafit graphite-moderated reactor, reaktor kapasitas 50Mw dan 200Mw- di Taechon yang sedang dikonstruksi, fasilitas proses daur ulang, dan pabrik bahan bakar nuklir. Universitas Sumatera Utara sehingga memicu krisis nuklir Korea Utara putaran kedua. Masalah itu muncul setelah asisten menteri luar negeri AS, James Kelly mengunjungi Pyongyang pada Oktober 2002, dan mitranya dari Korea Utara secara pribadi mengakui mereka memiliki progam nuklir. Korea Utara mengklaim bahwa AS telah melanggar perjanjian Jenewa 132 dengan penundaan konstruksi reaktor air ringan, sedangkan AS menuduh Korea Utara terus melanjutkan program nuklirnya bahkan setelah menyetujui perjanjian internasional. Alasan mengapa korea utara ingin mengembangkan teknologi nuklirnya karena Korea Utara menganggap Amerika sebagai ancaman utama, dan Amerika juga mengawasi Korea Utara sebagai negara pendukung teroris. Melihat hasil perang di Afganistan dan Irak, Korea Utara mengkhawatirkan bahwa pihaknya akan bisa juga menjadi sasaran berikut dalam daftar gempuran AS. Oleh karena itu, Korea Utara menaruh perhatian pada pengembangan senjata nuklir dengan tujuan bahwa nuklir itu akan mencegah Amerika tidak melakukan aksi provokasi militer terhadap Korea Utara. Kepemilikan senjata nuklir membuat Korea Utara memiliki posisi unggul dalam negosiasi. Keamanan rejim Korea Utara bisa dicapai sempurna melalui perbaikan hubungan dengan AS. Karena itu, menurut pandangan Korea Utara, kepemiikan senjata nuklir akan meningkatkan motivasi AS untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara. Korea Utara yakin bahwa program nuklirnya adalah cara efektif untuk membawa AS ke meja negosiasi, 132 Kesepakatan Jenewa adalah perjanjian bilateral antara AS dan Korea Utara yang membawa resolusi krisis nuklir Korea Utara putaran pertama yang dipicu oleh pengunduran diri Korea Utara dari perjanjian penyebarluasan senjata pemusnah massal, NPT pada tahun 1993. Kesepakatan itu tercapai pada 21 Oktober, 1994 oleh ketua delegasi AS dan Korea Utara, yaitu oleh utusan urusan nuklir AS, Robert Gallucci dan wakil Menlu Korea Utara Kang Suk-ju. Persetujuan itu memfokuskan pada penghentian program nuklir Korea Utara dan sebagai imbalannya menerima pemasokan reaktor air ringan. Kesepakatan Jenewa menekankan penghentian program nuklir Korea Utara, kesepakatan itu juga mencantumkan definisi hubungan umum AS dan Korea Utara secara keseluruhan untuk menghentikan kegiatan nuklir Korea Utara Universitas Sumatera Utara maupun sebagai suatu alat penjamin keamanan rejimnya. Dalam proses negosiasi itu, Korea Utara mempercayai bahwa selain menjaga keamanan rejimnya, program nuklir itu juga akan bisa mendapat keuntungan ekonomi seperti program bantuan bervariasi 133 . 133 ―http:world.kbs.co.krindonesianeventnkorea_nuclearfaq_01.html Loc.cit Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan