Universitas Sumatera Utara keuntungan. Namun perjanjian ini juga memberikan hak pada setiap negara untuk
menggunakan tenaga nuklir untuk kepentingan damai, dan karena populernya pembangkit tenaga nuklir yang menggunakan bahan bakar uranium, maka
perjanjian ini juga menyatakan bahwa pengembangan uranium maupun perdagangannya di pasar internasional diperbolehkan. Pengembangan uranium
secara damai dapat dianggap sebagai awal pengembangan hulu ledak nuklir, dan ini dapat dilakukan dengan cara keluar dari NPT. Tidak ada negara yang diketahui
telah berhasil mengembangkan senjata nuklir secara rahasia, jika dalam pengawasan NPT.
Negara-negara yang telah menandatangani perjanjian ini sebagai negara non-senjata nuklir dan mempertahankan status tersebut memiliki catatan baik
untuk tidak mengembangkan senjata nuklir. Di beberapa wilayah, fakta bahwa negara-negara tetangga bebas dari senjata nuklir mengurangi tekanan bagi negara
tersebut untuk mengembangkan senjata nuklir sendiri, biarpun negara tetangga tersebut diketahui memiliki program tenaga nuklir damai yang bisa memicu
kecurigaan.
2. Comprehensive Test Ban Treaty CTBT
Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji-coba Nuklir Comprehensive Test Ban Treaty adalah sebuah perjanjian internasional yang melarang semua kegiatan
peledakan nuklir dalam semua lingkungan baik untuk tujuan militer maupun sipil. Perjanjian ini berhasil dirampungkan pada bulan Juni 1996 di Konferensi
Perlucutan Senjata di Jenewa, namun baru dapat diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 10 September 1996, dan terbuka untuk ditandatangani pada 24
September 1996 di Markas Besar PBB yang pada waktu itu ditandatangani oleh
Universitas Sumatera Utara 71 negara termasuk didalamnya 5 dari 8 negara berkemampuan nuklir. Per 10
September 2006, perjanjian ini telah ditandatangani oleh 176 negara dan sudah diratifikasi oleh 135 negara
59
. Di bawah pasal XIV, traktat belum dapat berlaku jika tidak ditandatangani
dan diratifikasi oleh 44 negara pemilik reaktor nuklir yang tercantum dalam Annex 2. Daftar Annex 2 terdiri dari negara-negara yang secara resmi
berpartisipasi dalam sidang Konferensi Perlucutan Senjata 1996, Sesuai Pasal XIV , jika traktat belum juga berlaku tiga tahun setelah tanggal dibukanya
penandatanganan, suatu
konferensi khusus
negara-negara yang
telah meratifikasinya dapat diselenggarakan untuk memutuskan langkah-langkah apa
yang akan diambil guna mempercepat proses ratifikasi dan guna memfasilitasi berlakunya traktat.
Traktat ini dapat berlaku apabila Negara-negara yang mempunyai teknologi nuklir agar menandatangani traktat ini, Ke-44 negara yang harus
menandatangani dan meratifikasi traktat ini agar dapat berlaku secara resmi adalah Aljazair, Argentina, Australia, Austria, Bangladesh, Belgia, Brasil,
Bulgaria, Kanada, Chili, Republik Rakyat Tiongkok, Kolombia, Korea Utara, Republik Demokrasi Kongo, Mesir, Finlandia, Perancis, Jerman, Hongaria, India,
Indonesia, Iran, Israel, Italia, Jepang, Meksiko, Belanda, Norwegia, Pakistan, Peru, Polandia, Korea Selatan, Romania, Rusia, Slowakia, Afrika Selatan,
Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Ukraina, Kerajaan Bersatu, Amerika Serikat dan Vietnam. Republik Rakyat Tiongkok, Kolombia, Mesir, Indonesia, Iran, Israel
dan Amerika Serikat belum meratifikasinya sedangkan Korea Utara, India dan
59
―Traktat pelarangan menyeluruh uji-coba nuklir‖ sebagaimana dimuat dalam https:id.wikipedia.orgwikiTraktat_Pelarangan_Menyeluruh_Uji-coba_Nuklir terakhir diakses
pada tanggal 17 agustus 2015 pukul 3.32 AM
Universitas Sumatera Utara Pakistan yang notabene merupakan negara berkemampuan nuklir seperti India dan
Pakistan tidak termasuk dalam negara-negara pemilik senjata nuklir versi Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir atau NPT belum menandatangani ataupun
meratifikasinya
60
.
3. Ketetapan International Atomic Energy Agency IAEA Badan Tenaga