Proses Pemberian Kredit Proses Pemberian Kredit dan Jaminan Pemberian Kredit

f. Jaminan dari debitur bahwa semua data yang diserahkan kepada pihak bank adalah benar dan tidak direkayasa Djohan, 2000 : 56.  Pencairan kredit Persyaratan untuk pencairan kredit, biasanya meliputi perjanjian kredit yang sudah ditandatangani, penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan, permohonan pencairan kredit didukung dokumen yang diperlukan, besarnya kredit sesuai dengan perjanjian kredit yang disepakati. Pencairan kredit dapat dilakukan langsung tunai pada nasabah ke rekening nasabah, atau ada pula yang dialamatkan ke rekening perusahaan – perusahaan rekanan nasabah Irmayanto, 2002 : 83.  Pengawasan kredit Kunci utama keberhasilan penyaluran kredit adalah pengawasan monitoring kredit. Peristiwa kredit macet terjadi, akibat kelemahan dan kelalaian bank dalam melakukan pengawasan. Kegiatan pengawasan kredit dapat dilakukan dalam bentuk : penggunaan administratif kredit yang memadai komputer, kewajiban nasabah menyampaikan laporan secara berkala, menyangkut produksi, penjualan, utang dan piutang, laporan neraca dan rugilaba, laporan tenaga kerja, kewajiban wira kredit, mengunjungi proyek yang dibiayai, konsultasi manajemen yang terprogram antar nasabah dan bank, sistem kegiatan pada administrator bank yang menangani nasabah bank Irmayanto, 2002 : 84.  Pelunasan kredit Nasabah yang mampu memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan yang dimuat dalam perjanjian kredit, sesuai jadwal yang dibuat, maka kredit dinyatakan lunas. Jaminan yang semula dipegang, selanjutnya dikembalikan kepada nasabah Irmayanto, 2002 : 84.

2. Jaminan Pemberian Kredit

Bank Umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapa pun juga. Yang dimaksud dengan jaminan adalah jaminan dalam arti luas yaitu bersifat materiil maupun yang bersifat immateriil. Fungsi dari pemberian jaminan tersebut adalah guna memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk medapatkan pelunasan dengan barang – barang jaminan tersebut, bila debitur bercidera janji tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Agar bank dapat melaksanakan hak dan kekuasaan atas barang jaminan, maka perlu terlebih dahulu dilakukan pengikatan secara formi; atas barang jaminan yang bersangkutan menurut hukum yang berlaku Suyatno, 1991 : 44. PT. Bank SUMUT Cabang Utama merupakan suatu bank umum yang salah satu kegiatan usahanya adalah memberikan kredit. Kredit yang diberikan bank akan mengandung resiko sehingga dalam pelaksanaannya harus memperhatikan azas – azas perkreditan yang sehat Bank Sumut, 2002. Untuk memperkecil resiko kredit diperlukan jaminan yaitu keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai perjanjian. Guna memperoleh keyakinan tersebut memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, modal, agunan, kemampuan dan prospek usaha Bank Sumut, 2002. Agunan sebagai salah satu unsur jaminan dalam pemberian kredit harus dianalisis secara teliti karena agunan merupakan pengamanan terakhir apabila debitur cidera janji wanprestasi. Disamping itu penyerahan agunan oleh debitur diharapkan akan mendorong debitur untuk menggunakan kredit dengan sebaik – baiknya sesuai dengan rencana sehingga dapat menghindari pelunasan kredit yang bersumber dari pencairan agunan yang diserahkan Bank Sumut, 2002. Ada beberapa jenis barang yang dapat dijadikan agunan kredit. Suatu barang yang dapat dijadikan agunan kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Harus mempunyai nilai ekonomis dalam arti dapat dinilai dengan uang dan dapat dijadikan uang. b. Harus dapat dipindah tangankan kepemilikannya dari semula kepada pihak lain. c. Harus mempunyai nilai yuridis dalam arti dapat diikat secara sempurna sehingga bank memiliki hak terhadap hasil pencairan barang agunan tersebut Bank Sumut, 2002. Berdasarkan hal tersebut maka jenis barang agunan yang dapat diterima PT. Bank SUMUT Cabang Utama adalah sebagai berikut: 1. Barang Tidak Bergerak Jaminan dalam pemberian kredit ada juga yang berupa barang tidak bergerak seperti: a. Tanah Kondisi yang harus dilihat dari tanah sebagai jaminan adalah:  Kondisi fisik tanah seperti apakah berupa tanah sawah, tegalan, tanah semak belukar, berupa ketinggian dari jalan raya, datar atau berbukit, bentuk tanah dan sebagainya.  Fasilitas lingkungan meliputi lokasi tanah, bagaimana kecenderungan perkembangan perekonomian didaerah tersebut, apakah ada fasilitas umum, apakah ada jalan umum.  Letak tanah seperti harus jelas jalannya, kelas daerah kelas I, II, III.  Penilaian tanah yang luas yaitu dalam menentukan harga satuan permeter persegi tidaklah sama besarnya antara tanah yang berada dibagian jauh kedalam. b. Bangunan Bangunan merupakan barang tidak bergerak yang bisa dijadikan jaminan pemberian kredit, tetapi ada beberapa bagian yang dilihat dari bangunan tersebut, apakah layak atau tidak dijadikan jaminan pemberian kredit, beberapa hal yang dilihat dalam bangunan tersebut adalah:  Jenis bangunan berupa bangunan rumah tempat tinggal, toko, kantor, gudang, pabrik, dan sebagainya.  Izin Mendirikan Bangunan IMB.  Sifat bangunan: sementara dan permanen.  Tahun bangunan didirikan.  Luas bangunan.  Klasifikasi bangunan: semi permanen, permanen, atau lux.  Lokasi bangunan.  Sarana yang ada pada bangunan tersebut.  Dan sebagainya Bank Sumut, 2002. c. Kapal Beberapa hal yang dilihat apabila kapal dijadikan sebagai jaminan pemberian kredit yaitu:  Jenis kapal menurut fungsinya: kapal barang, kapal penumpang, kapal tangki, dan sebagainya.  Spesifikasi teknis: mesin, body, oil, fuel.  Tahun dan pabrik pembuatan kapal.  Route kapal dalam atau luar negeri.  Kondisi teknis secara keseluruhan.  Dan sebagainya Bank Sumut, 2002. d. Kebun Apabila kebun yang dijadikan sebagai jaminan pemberian kredit, hal – hal yang perlu dilihat adalah:  Lokasi kebun.  Pengolahan kebun.  Pemasaran: apakah hasil tanaman langsung dijual atau kelola terlebih dahulu, apakah dijual langsung pemasaran telah ada atau pemasaran bebas.  Produksi.  Sudah diasuransikan atau belum Bank Sumut, 2002. 2. Barang Bergerak Bukan hanya barang tidak bergerak, tetapi pihak bank juga bisa memberikan barang bergerak sebagai jaminan pemberian kredit, sehingga banyak peluang bagi masyarakat untuk membuat permohonan kredit, hanya dengan syarat memberikan surat keterangan hak milik atas kendaraan tersebut Bank Sumut, 2002. 1. Kendaraan Beberapa hal yang dilihat pada kondisi kendaraan tersebut apakah bisa dijadikan jaminan untuk pemberian kredit adalah:  Perlu diketahui dengan jelas dan dicatat: merk, jenis, tahun pembuatan, nomor mesin, nomor rangka, jumlah silinder cc.  Surat - surat yang diserahkan: BPKB, bukti pembayaran Bea Balik Nama Khusus Kendaraan Baru, fotocopy STNK, dan sebagainya.  Faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu kondisi fisik kendaraan, status kendaraan masiih disewakan kepada orang lain.  Sudah diasuransikan atau belum.  Masa pemakaian kendaraan Bank Sumut, 2002. 2. Mesin – mesin dan alat – alat produksi lainnya Bank juga bisa memberikan kredit kepada pemilik mesin, tetapi mesin tersebut harus diteliti kualitasnya, beberapa hal yang dilihat mesin tersebut harus diteliti kualitasnya, beberapa hal yang dilihat apabila mesin dijadikan sebagai jaminan pemberian kredit, yaitu:  Nama mesinalat – alat produksi.  Ukuran, typemodal.  Jenis, seri, dan nomor.  Merk mesin.  Daya mesin.  Tahun pembuatan.  Negara asalprodusen.  Kapasitas produksi.  Ongkos pemeliharaan.  Dan sebagainya Bank Sumut, 2002. 3. Piutang Atas Nama Barang – barang yang diagunankan juga harus jelas kepemilikan dan surat – suratnya, atas nama, lokasi dan kondisinya. Untuk barang agunan berupa piutang atas nama, pengikatannya dilakukan secara Cessie dengan akte notaris Bank Sumut, 2002. 4. Jaminan Pihak Ketiga Untuk agunan berupa jaminan pribadi pihak ketiga pengikatannya dilakukan dengan borgtochtpenanggungan hutang. Pengikatannya harus jelas, sehingga bank bisa memberikan kredit kepada nasabah yang menggunakan jaminan pihak ketiga. Pengikatan diketahui oleh suamiistri dari pihak ketiga tersebut Bank Sumut, 2002.

C. Syarat – Syarat Pemberian Kredit

Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Djohan 2000 : 83, penilaian kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Kelengkapan berkas permohonan kredit adalah untuk memperoleh kredit yang diajukan oleh debitur dan atau oleh calon debitur kepada suatu bank. 2. Wawancara dengan pemohon kredit atau calon debitur sebaiknya dilakukan oleh pejabat bank sebelum permohonan kredit itu diajukan dalam bentuk interview pendahuluan. 3. Investasi kredit yaitu meneliti kebenaran dan akurasi data calon debitur, mengumpulkan data – data yang up to date yang berkaitan dengan kondisi intern calon debitur dan kondisi ekstern yang mempengaruhi usaha debitur atau data – data yang relevan untuk bahan analisis permohonan kredit. 4. Peninjauan on the spot dari data – data permohonan kredit yang diajukan, akan di cek peninjauan lapangan. 5. Risiko kredit yang perlu terlebih dahulu dipahami dalam proses pencairan kredit, apakah risiko tersebut tergolong risiko yang dapat dikendalikan atau risiko liar. 6. Proses pengumpulan data kredit yang menyangkut soal reputasi atau karakter nasabah yang dapat diperoleh dari assosiasi usaha dan informasi tentang pemasaran produk atau jasa yang dihasilkan oleh calon debitur meliputi pangsa pasar, persaingan dan keunggulan yang dimiliki. 7. Penetapan titik kredit usaha calon debitur adalah aspek pemasaran, apabila dalam analisis awal penilaian terhadap aspek yang tidak layak. 8. Analisis kredit bank adalah bagaimana membentuk kepercayaan itu dalam bentuk persetujuan kredit. Syarat – syarat yang harus disiapkan dalam pemberian kedit pada kredit umum adalah: a Fotokopi KTP suamiistri yang berlaku 2 lembar. b Fotokopi kartu keluarga 2 lembar. c Pas photo suamiistri 3 x 4 = 2 lembar. d Surat keterangan usaha 2 lembar bagi yang memiliki usaha. e Slip gaji dan surat keterangan bejerja bagi pegawai. f Fotocopy surat agunan 2 rangkap. g Fotocopy PBB NJOP surat keterangan pajak terutang 2 lembar. h SIUP, TDP, HO, NPWP untuk kredit 50 juta. Biaya – biaya: Potongan biaya – biaya apabila melakukan kredit, riciannya adalah: a By Provisi 1 dari plafond. b Biaya administrasi menurut plafond.