karakter nasabah yang dapat diperoleh dari assosiasi usaha dan informasi tentang pemasaran produk atau jasa yang dihasilkan oleh
calon debitur meliputi pangsa pasar, persaingan dan keunggulan yang dimiliki.
7. Penetapan titik kredit usaha calon debitur adalah aspek pemasaran,
apabila dalam analisis awal penilaian terhadap aspek yang tidak layak.
8. Analisis kredit bank adalah bagaimana membentuk kepercayaan itu
dalam bentuk persetujuan kredit. Syarat – syarat yang harus disiapkan dalam pemberian kedit pada
kredit umum adalah: a
Fotokopi KTP suamiistri yang berlaku 2 lembar. b
Fotokopi kartu keluarga 2 lembar. c
Pas photo suamiistri 3 x 4 = 2 lembar. d
Surat keterangan usaha 2 lembar bagi yang memiliki usaha. e
Slip gaji dan surat keterangan bejerja bagi pegawai. f
Fotocopy surat agunan 2 rangkap. g
Fotocopy PBB NJOP surat keterangan pajak terutang 2 lembar. h
SIUP, TDP, HO, NPWP untuk kredit 50 juta. Biaya – biaya:
Potongan biaya – biaya apabila melakukan kredit, riciannya adalah: a
By Provisi 1 dari plafond. b
Biaya administrasi menurut plafond.
c Rp. 50 juta = Rp. 12.000.
d Rp. 50 juta sd Rp. 500 juta = Rp. 500.000.
e Rp. 500 juta sd Rp. 5 milyar = Rp. 1.000.000.
f Rp. 5 milyar = Rp. 5.000.000.
D. Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pemberian Kredit
1. Pengertian Pengendalian Intern Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing
– masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada
umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Intern untuk megarahkan operasi perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.
Oleh karena pentingnya pemberian kredit bagi pihak PT. Bank SUMUT Cabang Utama maka perlu adanya suatu sistem pengendalian yang baik
dari pihak manajemen perusahaan terhadap prosedur pemberian kredit tersebut Mulyadi, 2003.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Sistem Pengendalian Intern, antara lain:
a. Menurut Mulyadi 2002 : 181 menyatakan bahwa Sistem
Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris , manajemen, dan personel lain yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapian tiga golongan tujuan yakni keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi.
b. Lebih lanjut AICPA American Institute of Certified Public
Accounts memberi definisi seperti berikut: Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan –
ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh
data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.
c. Dalam arti sempit istilah pengertian intern merupakan prosedur –
prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data – data administrasi seperti misalnya mecocokkan penjumlahan mendatar
horizontal dengan penjumlahan melurus vertikal. d.
Dalam arti luas sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial yang mempunyai wawasanmakna khusus yang berada
dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat – alat fisik, dokumentasi orang – orang dengan
berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk melindungi harta, menjamin terhadap terjadinya utang yang tidak layak, menjamin
ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi dan dapat diperolehnya operasi secara efisien dan menjamin ditaatinya
kebijakan perusahaan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap
kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan – tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya
penggelapan fraude baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
2. Tujuan Pengendalian Intern Ada beberapa pendapat mengenai tujuan pengendalian intern yaitu:
Menurut Djohan 2000 : 167 tujuan pengendalian intern adalah: a.
Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi dibidang perkreditan serta menyusun dokumen perkreditan yang lebih baik.
b. Untuk menilai tingkat kepatuhan terhadap aturan yang telah ditetapkan dan penggaris dalam manual dalam proses pencapaian
sasaran. c. Dilakukannya dengan baik penjagaan dan pengawasan dalam
pengelolaan kekayaan bank dibidang perkreditan. d. Untuk menghindari penyelewengan baik dari intern maupun ekstern.
Sedangkan Menurut Mulyadi 2002 : 178 yaitu: a.
Menjaga kekayaan perusahaan. b.
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c.
Karakteristik dan keterbatasan pengendalian intern. Karakteristik yang baik akan mendukung terciptanya pengendalian
internal yang efektif. Kelancaran pekerjaan akan memudahkan pengendalian intern terlaksana dengan mencapai tujuan.
3. Jenis – Jenis Pengendalian Intern a.
Berdasarkan tujuan
Pengendalian Akuntansi, meliputi rencana, prosedur, dan
pencatatan yang bertujuan menjaga keamanan kekayaan perusahaan dan keandalan data akuntansinya. Pengndalian ini
menjamin bahwa semua transaksi dilaksanakan sesuai otorisasi manajemen. Transaksi dicatat sesuai dengan
Standard Akuntansi.
Pengendalian Administratif, meliputi rencana, prosedur dan pencatatan yang mendorong efisiensi dan ditaatinya
kebijakan manajemen yang ditetapkan. b. Berdasarkan manfaat
Pengendalian preventif, mencegah terjadinya kesalahan,
secara otomatis dilakukan pengendalian atau pengecekan.
Pengendalian detektif, mendeteksi kapan kesalahan terjadi dan dilakukan perbaikan.
Pengendalian korektif, merupakan umpan balik berupa
informasi kepada manajemen untuk memperbaiki akibat terjadinya kesalahan.
4. Pedoman Sistem Pengendalian Intern Perbankan Menurut SE No.0522DPNP Bank Indonesia, penerapan sistem
pengendalian intern dalam perbankan meliputi: a.
Pengawasan Manajemen dan Kultur Pengendalian
Dewan komisaris berperan secara aktif untuk memastikan
adanya perbaikan terhadap permasalahan bank yang dapat mengurangi efektivitas pengendalian intern.
Dewan komisaris melakukan kajian ulang terhadap evalusi
pelaksanaan pengendalian intern yang dibuat oleh auditor intern dan auditor ekstern.
Memelihara struktur organisasi yang mencerminkan
kewenangan, tanggungjawab, dan hubungan pelaporan yang jelas.
Memastikan bahwa kegiatan fungsi pengendalian intern telah
dilaksanakan oleh pejabat dan pegawai yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai.
b. Identifikasi dan Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan oleh direksi dalam rangka identifikasi, analisis, dan menilai risiko yang
dihadapi bank untuk mencapai sasaran usaha yang ditetapkan. Risiko dapat timbul dan berubah sesuai dengan kondisi bank, perubahan
susunan personalia, perubahan sistem informasi, pertumbuhan yang cepat pada kegiatan usaha tertentu, perkembangan teknologi, perubahan dalam
sistem akuntansi, dan hukum yang berlaku. c. Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi
Kegiatan pengendalian mencakup penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian serta proses verifikasi lebih dini untuk memastikan bahwa
kebijakan dan prosedur tersebut secara konsisten dipatuhi. Kegiatan
pengendalian antara lain kaji ulang kinerja operasional, kaji ulang manajemen, pengendalian sistem informasi, pengendalian aset fisik,
dokumentasi, dan pemisahan fungsi. d. Pemantauan dan Tindakan Koreksi atas Penyimpangan
Bank harus melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap
efektivitas keseluruhan pelaksanaan pengendalian intern.
Bank harus memantau dan mengevaluasi kecukupan sistem pengendalian intern berkaitan dengan adanya perubahan kondisi
intern dan ekstern.
Bank harus menyelenggarakan audit intern yang efektif dan menyeluruh terhadap sistem pengendalian intern.
PT. Bank SUMUT Cabang Utama melakukan pengendalian terhadap pemberian kredit yaitu mulai dari pengendalian sebelum kredit diberikan,
pengendalian pada waktu proses persetujuan dan pengendalian setelah kredit diberikan. Selain itu, pengendalian yang dilakukan pada Pejabat
Bank yang melaksanakan tahapan pemberian fasilitas kredit tersebut serta fasilitas kredit itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, sistem
pengendalian kredit yang dilakukan oleh PT. Bank SUMUT Cabang Utama adalah dengan cara:
a. Pengendalian yang dilakukan pada saat melakukan permohonan.
b. Pengendalian yang dilakukan pada saat pembahasan.
c. Pengendalian yang dilakukan pada saat pengajuan realisasi
penarikan kredit.