Alat dan Bahan Penelitian

xxxv Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekit ar. Karena lingkungan yan g t erlalu gaduh at au ramai, pemberian per lakuan berulang kali, dan perkelahian ant ar mencit dapat mem pengaruhi kondisi psikologis ini. c. Imunit as sist em kekebalan masing-masing m encit . d. Daya regenerasi paru-paru masing-masing mencit .

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat :

a. Kandang hew an percobaan b. Timbangan duduk dan t imbangan neraca c. Kanula dan spuit injeksi d. Alat bedah hew an percobaan skalpel, pinset , gunt ing, jarum, dan meja lilin e. Alat unt uk pembuat an pr eparat hist ologi f. M ikroskop cahaya medan t erang g. Gelas ukur dan pengaduk h. Blender i. Saringan jus 2. Bahan: xxxvi a. M akanan hew an percobaan pelet b. Rokok kret ek c. Aquadest d. Formaldehid e. Alkohol 90 f. Parafin g. Xilen h. Hemat oxilin Eosin i. Pepaya Carica papaya

I. Cara Kerja

1. Langkah I M encit diadapt asikan selama t ujuh hari di Laborat orium Hist ologi Fakult as Kedokt eran UNS, Surakart a. Suhu dan kelembaban r uangan t et ap dijaga. Pada hari ke-8 dilakukan penimbangan unt uk m enent ukan dosis dan dilakukan perlakuan. 2. Langkah II a. M embuat jus pepaya xxxvii Pada penelit ian ini yang dimaksud pember ian jus pepaya adalah pemberian jus pepaya yang dibuat dengan cara mencam pur pepaya 100 gr dalam 50 ml aquadest kemudian diblender dan disaring. Dosis jus pepaya yang diberikan secara peroral adalah 0,2ml 20grBB. b. M embuat kandang perlakuan Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang t ert ut up berukuran 50 x 35 x 20 cm dengan vent ilasi berukuran 20 x 10 cm. 3. Langkah III: Pengelompokan Subyek Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Sampel m encit sebanyak 30 ekor dibagi m enjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor secara random. Kelompok pert ama sebagai kont rol hanya diberi makan dan minum yang diberikan secara ad libit um. Kelompok kedua diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dari 1 bat ang rokok dalam kandang. Kelompok ket iga diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dar i 1 bat ang rokok dalam kandang, namun 2 jam sebelumnya diberi 0,2 ml 20grBBm encit jus pepaya. 4. Langkah IV Set elah diberi per lakuan selama 14 hari bert urut -t ur ut , pada hari ke-15 semua mencit dikorbankan secar a dislokasi leher. Unt uk penyeragaman sampel, diambil lobus super ior paru kanan kemudian dibuat pr eparat hist ologis dengan met ode blok parafin dan pengecat an HE. Dari set iap paru bagian kanan dibuat 3 irisan dengan ket ebalan 3-8  m. Dari 3 irisan, hanya diambil 1 irisan yang lebih repr esent at if. xxxviii 5. Langkah V Set iap pr eparat jaringan paru diamat i gambaran mikroskopisnya dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000 kali. Dengan perbesaran 1000 kali ini, set iap preparat diambil 5 lapang pandang secara acak. Dari set iap lapang pandang, dilihat apakah gambaran yang t erlihat nor mal, mengalami kerusakan ringan, kerusakan sedang at au kerusakan berat sepert i pada definisi operasional variabel t erikat . Bila dari 5 lapang pandang t er dapat gambaran normal  3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat t ersebut memberi gambaran nor mal dan diberi skor 0. Bila t erdapat gambaran kerusakan ringan  3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan ringan dan diberi skor 1. Bila t erdapat gam baran kerusakan sedang  3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan sedang dan diberi skor 2. Bila t erdapat gam baran kerusakan berat  3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat m ember i gambaran kerusakan berat dan diberi skor 3. Dan apabila dari 5 lapang pandang t erdapat 2 macam gam baran yang jumlahnya sama misalnya 2 gambaran nor mal, 2 gambaran kerusakan ringan, dan 1 gambaran kerusakan sedang maka pengamat an dit ambah sat u lapang pandang lagi unt uk m enent ukan gambaran mikroskopisnya. Pengamat an dengan perbesaran 1000 kali dilakukan unt uk mengamat i ada t idaknya dest ruksi dinding alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang. 6. Langkah VI xxxix Hasil pengamat an pr eparat digunakan unt uk menent ukan nilai variasi. Sebagai cont oh, bila dari 3 krit eria dest ruksi sept um alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang mengalami kerusakan berat , berart i masing-masing m endapat skor 3. Kemudian ket iga skor dijumlah lalu dibagi t ot al skor maksimal t iap kat egori, yait u 9. Set elah it u dikali 100 dan hasilnya dilihat kembali ber dasarkan krit eria yang t elah dit et apkan. Cont oh lain, bila jumlah ket iga skor adalah 5 berar t i nilai variasinya adalah 5 dibagi 9 dikali 100 sama dengan 55,6. Nilai t ersebut masuk krit eria kerusakan sedang kar ena berada di ant ara 30 dan 60. Berart i nilai var iasinya adalah 2. Set elah m endapat kan nilai variasi, dibuat gr afik rerat a dengan t ujuan unt uk m embandingkan ser t a m enunjukkan rat a-rat a t iap kelompok perlakuan. Rat a-rat a kerusakan kelompok kont rol adalah kerusakan ringan, begit u juga dengan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan II. Sedangkan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan I adalah kerusakan sedang.

J. Teknik Analisis Data Statist ik