PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L) TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR HISTOLOGIS PARU MENCIT YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L.)

TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR HISTOLOGIS PARU MENCIT YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

TARIDA DOROTHY G0007021

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user PERSETUJUAN

Proposal Penelitian / Skripsi dengan judul:

Pengaruh Pemberian Jus Mangga (Mangifera Indica L) Terhadap Kerusakan

Struktur Histologis Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok Tarida Dorothy, G0007021, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Validasi Proposal Penelitian / Tim Uji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ..., Tanggal ... 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

Mutmainah, dr., M.Kes Isdaryanto, dr.

NIP 196607021998022001 NIP 195009131980031002

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Riza Novierta Pesik, dr., M.Kes. Cr. Siti Utari, Dra

NIP 196511171997022001 NIP 196005301989031001

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes NIP 196607021998022001


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,...

Tarida Dorothy G0007021


(4)

commit to user ABSTRAK

Tarida Dorothy, G0007021, 2010. Pengaruh Pemberian Jus Mangga (Mangifera

indica L.) terhadap Kerusakan Struktur Histologis Paru Mencit yang Dipapar Asap

Rokok, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh proteksi jus mangga (Mangifera

indica L.) terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post

test only control group design. Mencit galur Swiss webster jantan sebanyak 30 ekor

dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II. Pada kelompok kontrol (KK) diberi aquades 0,2 ml/20g BB mencit, kelompok perlakuan I (KPI) diberi paparan asap rokok 1 batang per hari, kelompok perlakuan II (KPII) diberi paparan asap dari 1 batang rokok tiap hari, 2 jam sebelumnya mencit telah diberi 0,2 ml/20g BB mencit jus mangga selama 14 hari. Pada hari ke-15 mencit dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan diambil parunya untuk pembuatan preparat. Kerusakan paru mencit diamati dengan melihat adanya destruksi septum alveolar, edema paru, dan infiltrasi sel radang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Kruskall Wallis dan Mann Whitney(α = 0,05).

Hasil Penelitian : Hasil uji statistik Kruskall Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok penelitian p = 0,000 (p<0,050). Hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang signifikan antara KK-KPI, KPI-KPII, dan ditemukan perbedaan yang tidak signifikan antara KK-KPII. Simpulan Penelitian : Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

pemberian jus mangga dapat mencegah kerusakan struktur histologist paru mencit yang disebabkan oleh paparan asap rokok.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRACT

Tarida Dorothy, G0007021, 2010. The Effect of Mango (Mangifera indica L.) Juice on Mice Histological Lung Damage which Exposed by Cigarette Smoke, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives : The purpose of this experiment is to know the effect of Mango

(Mangifera indica L.) juice to prevent mice histological lung damage which exposed

by cigarette smoke.

Methods : This was a pure experiment with post test only control group design. Thirty male mice Swiss websterstrain divided into 3 groups; control group, group I, and group II. The first group was used as negative control group (KK) which given no treatment beside aquadest dose 0,2 ml/20g BB mice, second group (KPI) was exposed by cigarette smoke and the last group (KPII) was given mango juice 0,2 ml/20g BB mice then exposed by cigarette smoke during 14 days. On the 15th day, all of mice were sacrificed for lung histopathological study. The histological lung damage were observed by destruction of septum, lung oodema, and inflitration of the inflamatory cells. Then the data was analyzed using Kruskall Wallis and Mann

Whitney(α = 0,05).

Results : The results of Kruskall Wallis statistical test showed a significant difference among the three groups, p = 0,000 (p <0,050). The results of Mann

Whitney test also showed a significant differences between KK-KPI, KPI-KPII, and

not significant between KK-KPII groups.

Conclusion : From this experiments, it can be concluded that the mango juice

(Mangifera indica L.) can prevent mice histological lung damage which exposed by

cigarette smoke.


(6)

commit to user DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... ... 3

D. Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... ... 4

1. Rokok ... 4

2. Mangga ... 6

3. Struktur histologis paru ... 9

a. Bronkiolus ... 9

b. Bronkiolus terminalis ... 10

c. Bronkiolus respiratorius ... 10

d. Duktus alveolaris ... 11

e. Alveolus ... 11

4. Pertahanan saluran napas ... 11

5. Hubungan asap rokok dengan mekanisme pertahanan paru ... 13

6. Interaksi antioksidan dalam mangga dan asap rokok ... 16

B. Kerangka Pemikiran ...17

C. Hipotesis ... ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...19

B. Lokasi Penelitian ...19

C. Subjek Penelitian ... . 19

D. Teknik Sampling ... 20

E. Desain Penelitian ... ... 20


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Instrumentasi dan Bahan Penelitian ...25

H. Cara Kerja... ... 26

I. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... ... 32

B. Analisis Data ... 34

BAB V. PEMBAHASAN ... ... 36

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran ... ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(8)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merokok adalah aktivitas menghirup dan menghembuskan asap dari pembakaran tembakau dengan berbagai cara (Encarta, 2009). Saat ini diestimasikan ada sekitar 1,3 milyar orang perokok di dunia. Jumlah kematian akibat konsumsi rokok adalah 5 juta orang/tahun, jika pola konsumsi yang ada terus berlangsung, jumlah kematian akan berlipat ganda, mendekati 10 juta orang pada tahun 2020 (World Health Organization, 2006). Seorang ahli statistik mengukur bahwa pada perokok selama 5-8 tahun, setiap batang rokok mengurangi harapan hidup 5,5 menit (Robbins dan Kumar, 1995). Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok berasal dari asap utama dan asap samping pembakaran rokok. Asap samping mengandung kandungan racun yang lebih tinggi dari asap utama, sehingga berbahaya bagi orang di sekitar lingkungan asap rokok tersebut (Aditama, 2003).

Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan terdapat lebih dari 43 macam racun. Asap rokok itu mengandung antara lain karbon monoksida (CO), nikotin, dan polycyclic aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker, selain itu asap rokok yang dihirup juga mengandung radikal bebas yang berbahaya (Afriansyah, 2001). Radikal bebas dapat menimbulkan kerusakan pada protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat. Paru merupakan organ yang paling sering terpapar dengan radikal bebas (Koentjahja, 2000). Efek radikal bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan. Tubuh manusia, sebenarnya dapat menghasilkan antioksidan tetapi


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jumlahnya sering sekali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh (Hariyatmi 2004). Kekurangan antioksidan membutuhkan asupan dari luar. Beberapa antioksidan dapat dihasilkan dari produk alam seperti rempah, herbal, sayuran, dan buah (InfoPOM, 2005).

Mangga merupakan buah yang banyak digemari oleh anak-anak maupun dewasa. Mangga memiliki kandungan beta-karoten dan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan di samping kandungan lain yang terdapat di dalamnya (Afriansyah, 2001). Namun, sejauh ini pengaruh pemberian jus mangga terhadap kerusakan histologis paru yang dipapar asap rokok belum diketahui.

Beta-karoten dan vitamin C mencegah kerusakan tubuh dengan melindungi protein, sel, jaringan, dan organ sasaran radikal bebas (Afriansyah, 2001). Beta-karoten dan vitamin C bekerja sebagai antioksidan yang menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Hariyatmi, 2004).

Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud ingin mengetahui apakah mangga yang biasa dikonsumsi masyarakat sehari-hari dapat memberikan efek proteksi terhadap kerusakan histologis paru akibat paparan asap rokok.

B. Perumusan Masalah

Apakah pemberian jus mangga (Mangifera indica L.) dapat memberikan efek proteksi terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok?


(10)

commit to user

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek proteksi jus mangga (Mangifera indica L.) terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis :

a. Memberikan informasi ilmiah mengenai efek proteksi mangga terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, misalnya penelitian dengan subjek manusia.

2. Manfaat Aplikatif

Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai manfaat buah mangga sebagai pelindung paru dari efek asap rokok.


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rokok

Rokok adalah produk yang secara keseluruhan atau bagiannya terbuat dari daun tembakau sebagai bahan mentah yang kemudian dibentuk untuk digunakan sebagai rokok, dihisap, dikunyah atau dibaui (World Health Organization, 2006). Asap rokok adalah salah satu sumber pencemaran udara. Berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh Enviromental

Protection Agency (EPA), asap rokok merupakan karsinogen penyebab

kanker paru-paru (Schrier, 1994). Asap rokok dibentuk oleh side stream

smoke yaitu asap dari ujung rokok yang terbakar dan main stream smoke

yaitu asap dari ujung filter yang dihisap ke dalam mulut dan paru-paru. Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap rokok utama dan asap rokok sampingan yang dihembuskan lagi oleh perokok disebut asap rokok lingkungan (Environmental Tobacco Smoke/ETS) (Tjandra, 2001). Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan (side stream smoke) ternyata lebih tinggi dibanding asap rokok utama, antara lain karena tembakau terbakar pada temperatur rendah ketika rokok sedang tidak dihisap, pembakaran menjadi kurang lengkap sehingga mengeluarkan lebih banyak bahan kimia (Sudoyo, 2006).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit bagi perokok aktif maupun perokok pasif yang terpaksa harus turut menghisap asap rokok. Paparan asap rokok yang


(12)

commit to user

terus menerus pada manusia sehat akan menambah risiko terkena penyakit paru-paru dan jantung sebesar 20-30% (Fauzan dkk, 2003).

Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan 4000 bahan kimia beracun yang membahayakan dan bisa menyebabkan kematian yang 50 di antaranya diketahui sebagai zat karsinogenik (Triswanto, 2007). Asap rokok mengandung komponen berupa gas kimia 92% dan bahan padat 8% atau partikel aerosol yang terbentuk dari pembakaran tembakau (Yani, 2006). Setiap satu hirupan asap rokok akan mengandung 1017 molekul Reactive

Oxygen Species (ROS). Reactive Oxygen Species (ROS) diproduksi secara

endogen melalui pengaktifan sel-sel inflamasi seperti neutrofil dan makrofag. Stress oksidatif yang disebabkan oleh asap rokok akan menginduksi terjadinya respons inflamasi yang dapat mendestruksi septum alveolar paru (Sianturi, 2003).

Untuk mendapatkan gambaran mengenai unsur-unsur dalam asap rokok, dapat diamati pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Unsur Asap Rokok

Senyawa Efek

I. Fase Partikel

a. Tar Karsinogen

b. Hidrokarbon aromatik polinuklear Karsinogen

c. Nikotin Stimulator, depresor ganglion, kokarsinogen

d. Fenol Kokarsinogen dan iritan


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. b-Naftilamin Karsinogen g. N-Nitrosonomikotin Karsinogen

h. Benzo(a)piren Karsinogen

i. logam renik Karsinogen

j. Indol Akselerator tumor

k. Karbazol Akselerator tumor

l. Katekol Kokarsinogen

II. Fase gas

a. Karbonmonoksida Pengurangan transfer dan Pemakaian O2

b. Asam Hidrosianat Sitotoksin dan iritan c. Asetaldehid Sitotoksin dan iritan

d. Akrolein Sitotoksin dan iritan

e. Amonia Sitotoksin dan iritan

f. Formaldehid Sitotoksin dan iritan g. Oksida dari Nitrogen Sitotoksin dan iritan

h. Nitrosamin Karsinogen

i. Hidrozin Karsinogen

j. Vinil Klorida Karsinogen

(Purnamasari, 2006).

2. Mangga (Mangifera indica L.)

Mangga atau mango (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Negara India. Tanaman ini kemudian menyebar lebih dari 4000 tahun yang lalu ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera

indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, dan cengkir dan Mangifera

foetida yaitu kweni dan kemang. Saat ini terdapat lebih dari 1000 varietas

mangga di seluruh dunia.

Berdasarkan taksonomi tumbuhan, mangga diklasifikasikan sebagai berikut (Warintek, 2000) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


(14)

commit to user Sub-Divisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae Subklas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Anarcadiaceae Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica L.

Gambar 1. Mangifera indica L.

Mangga merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropis dan sub-tropis dengan musim kering selama tiga bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbuah. Mangga ditanam di daerah dataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 meter (Warintek, 2005). Pohon mangga dapat tumbuh hingga 60 kaki dan berbuah setelah 4-6 tahun tanam (Stewart & Strauss, 2002).

Mangga matang dalam setiap 100 gram terkandung air sekitar 84 persen, vitamin C 65 mg, beta-karoten sebesar 553 µg,dan energi 66 Kal. Selain itu juga terdapat vitamin A sebesar 3890 SI dan kalium sebesar 189


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mg. Sebagian besar energi mangga berasal dari karbohidrat berupa gula, yang membuatnya terasa manis. Kandungan gula ini didominasi oleh gula golongan sukrosa. Kandungan gula dalam mangga berkisar 7-12 persen (Afriansyah, 2001).

Mangga pun merupakan sumber beta-karoten, kalium, dan vitamin C. Beta-karoten adalah zat yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A (zat gizi yang penting untuk fungsi retina). Beta-karoten dan vitamin C merupakan antioksidan yang menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu beta-karoten dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi (Avianto, 2006).

3. Struktur Histologis Paru

Sistem pernafasan terdiri atas paru dan saluran-saluran napas, dibagi atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkioli, dan bronkioli terminalis. Sedangkan bagian respirasi terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli (Eroschenko, 2001).

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada atau toraks (Price & Wilson, 1995). Paru-paru merupakan kelenjar tubulo alveolar kompleks dengan permukaannya yang ditutup oleh jaringan ikat longgar yang dilapisi mesotel (Craigmile, 1987). Paru dibungkus membran serosa yang disebut pleura. Pleura terdiri atas


(16)

commit to user

lapisan jaringan ikat tipis, fibroblas, dan serat elastin (Bloom dan Fawcett, 1994). Pleura yang melapisi rongga dada disebut pleura parietalis. Pleura yang menyelubungi paru-paru disebut pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu lapisan tipis yang berfungsi untuk memudahkan permukaan bergerak selama pernafasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru (Price & Wilson, 1995).

a. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan jalan napas intralobular bergaris tengah 5 mm atau kurang, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya (Junqueira, 1995). Pada tingkat bronkiolus sudah tidak ada sel goblet dan epitelnya terdiri atas sel-sel bersilia dan sel-sel bronkial tanpa silia, disebut sel Clara. Sel-sel ini kolumner dengan apeks bulat yang menonjol di atas sel epitel lain (Bloom dan Fawcett, 1994). Fungsi

sel Clara diduga ikut berperan terhadap pembentukan cairan bronkiolar.

Sel clara mengandung protein, glikoprotein, dan kolesterol. Sel-sel ini juga mengeluarkan sejumlah surfaktan yang terdapat di dalam sekret bronkiolar (Leeson dkk, 1996).

b. Bronkiolus terminalis

Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm tanpa diperkuat cincin tulang rawan (Price & Wilson, 1995). Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris bersilia dan pada daerah ini tidak terdapat sel goblet. Lamina propria tipis, selapis otot polos yang berkembang baik, dan masih ada adventitia pada bronkiolus terminalis (Eroschenko, 2001).


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user c. Bronkiolus Respiratorius

Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem pernapasan. Dindingnya diselingi oleh banyak alveolus sakular tempat terjadi pertukaran gas (Junqueira, 1995).

d. Duktus Alveolaris

Bagian terminal dari setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris. Dinding duktus alveolaris biasanya dibentuk oleh sederetan alveoli yang saling bersebelahan (Eroschenko, 2001).

e. Alveolus

Alveoli dilapisi sel alveolus tipe I (sel alveolus pipih) yang berfungsi mengadakan sawar dengan ketebalan minimal yang dengan mudah dilalui gas. Sel tipe II (sel alveolus kuboid) ditemukan di antara sel alveolar tipe I. Sel-sel ini mengandung badan berlamel yang menghasilkan materi yang menyebar di atas permukaan alveolus, memberi lapisan alveolar ekstraselular yang berfungsi menurunkan ketegangan pulmoner yaitu surfaktan pulmoner (Junqueira, 1995). Sel alveolar tipe I merupakan lapisan tipis yang menyebar menutupi lebih dari 90 persen daerah di permukaan paru (Price & Wilson, 1995).


(18)

commit to user

Permukaan paru-paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda asing (debu) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi, tetapi saluran repirasi bagian bawah dalam keadaan normal adalah steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan sterilitas ini. Lapisan mukus mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai pertahanan, yaitu imunoglobulin (terutama IgA), sel PMN (Polimorfonuklear), interferon dan antibodi spesifik. Refleks batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan yang paling akhir dan paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan sifat dapat bermigrasi dan aktivitas enzimatik yang unik. Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh dan mencerna mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang nyata. Partikel debu atau mikroorganisme ini kemudian diangkut oleh makrofag ke pembuluh limfe atau ke bronkiolus di mana mereka akan dibuang oleh eskalator mukosiliaris. Merokok, tertelannya etil alkohol dan pemakaian kortikosteroid akan mengganggu mekanisme pertahanan ini (Price dan Wilson, 1995).

Paru-paru juga dilindungi oleh proteinase inhibitor. Proteinase inhibitor ini memberi efek protektif terhadap paru dari proteinase yang dihasilkan oleh fagositosis dan respons inflamasi dalam melawan agen atau benda asing yang masuk ke paru. Proteinase inhibitor ini antara lain terdiri


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari a1-antitrypsin (a1-AT), a2-macroglobulin, a1-antichymotrypsin, inter-a

-trypsin inhibitor, dan secretory leukocyte protease inhibitor (Simmons,

1991).

5. Hubungan Asap Rokok dengan Mekanisme Pertahanan Paru

Asap rokok adalah penyebab utama kerusakan paru. Salah satu kerusakan nyata yang disebabkan oleh asap rokok adalah stres oksidatif. Kondisi stres oksidatif yang diakibatkan oleh asap rokok berkaitan dengan inaktivasi enzim-enzim proteinase inhibitor, kerusakan epitel saluran napas, peningkatan sekuestrasi netrofil di mikrovaskuler pulmonal serta ekspresi gen-gen proinflamasi (Marwan, 2005).

Oksidan dalam asap rokok menimbulkan respons inflamasi dalam saluran pernapasan. Jejas sel epitel dan aktivasi makrofag menyebabkan lepasnya faktor kemotaktik yang mengikat neutrofil, lepasnya TNFa, IL-8, LTB4, dan ROS dalam sirkulasi. IL-8 dan LTB4 dikenal sebagai faktor kemotaktik neutrofil yang akan mengaktifkan dan merekrut neutrofil ke saluran napas. Makrofag dan neutrofil yang telah teraktivasi lalu melepaskan protease dan juga superoxide anion (O2-) yang bersama dengan matrix metalloproteinase (MMPs) dan neutrophil elastase mengakibatkan hipersekresi mukus, fibrosis, dan proteolisis pada jaringan paru. Sel T CD8+ sitotoksik juga terlibat dalam proses inflamasi ini (Hansel dan Barnes, 2004). Makrofag alveolar yang terstimulasi oleh asap rokok dapat menginaktivasi a1-AT sebagai proteinase inhibitor dalam paru melalui dua cara yaitu dengan memproduksi elastase sebagai metalloenzim yang dapat menghambat dan menghidrolisa a1-AT serta dengan memproduksi Reactive


(20)

commit to user

Elastase dapat merusak struktur protein paru, salah satunya adalah destruksi septum alveolar (Simmons, 1991).

Merokok menyebabkan meningkatnya jumlah sirkulasi fagosit dan fagosit yang muncul dapat menstimulasi timbulnya sistem Reactive Oxygen

Species (ROS). Peningkatan jumlah fagosit yang teraktivasi dapat menambah

stres oksidatif lebih besar daripada stres oksidatif akibat merokok itu sendiri. Kejadian yang penting adalah jejas pada jaringan merupakan peningkatan adhesi perlekatan fagosit pada dinding kapiler, yang sebelumnya didahului oleh perlekatan fagosit ke dalam jaringan dan merupakan pusat proses imun dan inflamasi terutama jejas pada jaringan yang berhubungan dengan ROS. Asap rokok menyebabkan peningkatan radikal bebas ROS dan RNS

(Reactive Nitrogen Species) yang mengandung komponen kimia yang toksik,

mengaktivasi fagosit yang akhirnya menyebabkan berbagai penyakit. Masih sedikit bukti bahwa stres oksidatif merupakan penyebab utama penyakit akibat asap rokok, dan terjadinya peningkatan kebutuhan nutrisi antioksidan pada perokok dapat disebabkan karena perokok biasanya mempunyai tingkat sirkulasi nutrisi antioksidan yang menurun (Purnamasari, 2006).

Kebiasaan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut muccociliary clearance. Bulu-bulu getar dan bahan lain di paru tidak mudah “membuang” infeksi yang sudah masuk karena bulu getar dan alat lain di paru rusak akibat asap rokok. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan napas (airway resistance) dan menyebabkan “mudah bocornya” pembuluh darah di paru, terjadi kenaikan permeabilitas endotel kapiler, sehingga menyebabkan protein plasma keluar bersama cairan dan tertimbun di jaringan serta menyebabkan edema. Asap rokok juga diketahui


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dapat menurunkan respons terhadap antigen sehingga kalau ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan (Aditama, 2003).

Pada perokok aktif kronis, terjadi obstruksi kronik berat saluran napas, diketahui terjadi inflamasi, atrofi, metaplasia sel goblet, metaplasia sel squamosa, dan sumbatan lendir pada bronkiolus terminalis dan bronkiolus respiratorius yang mengakibatkan penyempitan saluran napas (Sudoyo, 2006).

Asap rokok meningkatkan tahanan jalan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respons terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya. Asap rokok juga memberikan pengaruhnya terhadap fungsi imunologis yaitu peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil yang memberikan gambaran mikroskopis berupa sequestrasi leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil pada mikrovaskuler paru-paru, limfosit T, dan beberapa kasus ditemukan penigkatan IgE (Rosmawati, 2008).

6. Interaksi Antioksidan dalam Mangga dan Asap Rokok

Biomarker mengenai hubungan antioksidan dan asap rokok terdiri dari tiga kategori yaitu stres oksidatif, kerusakan DNA, dan fungsi endotel. Biomarker dari stres oksidatif terdiri dari antibodi LDL teroksidasi, kuantitas Malondialdehid (MDA), dan Thiobarbituric Reactive Substances (TBARS). Asap rokok menyebabkan peningkatan antibodi LDL teroksidasi, MDA, dan TBARS sehingga terjadi peningkatan stres oksidatif dan ketidakseimbangan


(22)

commit to user

proses imun. Asap rokok juga menyebabkan fungsi endotel menjadi abnormal dan terjadi peningkatan adhesi leukosit ke endotel (Kelly, 2002).

Mangga mengandung elemen-elemen antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Elemen tersebut berupa karotenoid yang merupakan prekursor vitamin A dan vitamin C. Karotenoid yang terkandung dalam mangga adalah beta-karoten (Afriansyah, 2001).

Beta-karoten selain sebagai antioksidan juga memiliki kemampuan dalam memperbaiki komunikasi intrasel, imunomodulator, dan aktivitas antikarsinogenik. Sebagai antioksidan, beta-karoten berperan sebagai penghancur singlet oxygen (O2-), radical peroxyl scavenger, dan menghambat peroksidasi lipid. Asupan beta-karoten dapat mengurangi antibodi LDL teroksidasi, kerusakan DNA, kadar serum peroksidasi lipid dan serum Malondialdehid (MDA). Beta-karoten lebih efektif dalam pencegahan kerusakan terhadap oksidan yang masuk ke dalam tubuh, yakni sebelum terjadinya fase inisiasi (pdrhealth, 2000).

B. Kerangka Pemikiran

Antioksidan :

1. Hambat peroksidasi lipid

2. Radical Peroxyl Scavenger

3. Penghancur O2 -Asap Rokok

Oksidan

Makrofag Alveolar terstimulasi

Stres Oksidatif (Biomarker: MDA, TBARS,

Antibodi LDL teroksidasi )

Karotenoid (beta-karoten), Vitamin C

Imunomodulator Antikarsinogenik


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user C. Hipotesis

Pemberian jus mangga (Mangifera indica L.) mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok.

Elastase

ROS

Permeabilitas Endotel Kapiler

Sekuestrasi Netrofil Inaktivasi a1-AT

(Proteinase Inhibitor)

Kebocoran Plasma

Infiltrasi Neutrofil (SelRadang) Proteolisis

Kerusakan Protein Elastin dan Kolagen

MembranEpitel

Destruksi Septum Alveolar

Protein Plasma Keluar Bersama

Cairan

Tertimbun di Jaringan

Edema Paru

Keterangan : = memacu = menghambat


(24)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium murni karena memungkinkan untuk mengendalikan hampir semua variabel luar sehingga perubahan yang terjadi pada efek (variabel yang dipelajari) hampir sepenuhnya karena perlakuan (variabel eksperimental)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan Swiss

webster yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20-30 g. Besar sampel

tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer, dimana (n) adalah jumlah subjek untuk tiap perlakuan dan (t) adalah jumlah perlakuan.

(n-1)(t-1) > 15 (n-1)(3-1) > 15 2n > 17

n > 8.5

Berdasarkan perhitungan di atas, penulis memutuskan bahwa jumlah subjek yang akan dipakai dalam penelitian adalah 10 ekor mencit jantan untuk tiap kelompoknya.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengambilan sampel secara incidental sampling. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan dan pembatasan untuk melakukan perbandingan kelompok-kelompok studi (Murti, 2010).

E. Desain Penelitian

Menggunakan The Post Test Only Control Group Design

(Taufiqqurohman, 2003).

X : Subjek Penelitian K : Kelompok Kontrol PI : Kelompok Perlakuan I PII : Kelompok Perlakuan II

O : Pemberian aquades 0,2 ml/20g BB mencit per oral tiap hari selama 14 hari berturut-turut.

X1 : Kandang diberi paparan asap dari 1 batang rokok tiap hari selama 14 hari berturut-turut.

X2 : Kandang diberi paparan asap dari 1 batang rokok tiap hari selama 14 hari berturut-turut, 2 jam sebelumnya mencit telah diberi 0,2 ml/20g BB mencit/hari per oral jus mangga.

O1 : Observasi kelompok kontrol pada hari ke – 15 setelah perlakuan. O2: Observasi kelompok perlakuan I pada hari ke – 15 setelah

perlakuan.

X

PII

K

PI

O

X1

X2

O1

O2

O3


(26)

commit to user

O3 : Observasi kelompok perlakuan II pada hari ke – 15 setelah perlakuan.

F. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas

Yang menjadi variabel bebas adalah status pemberian jus mangga. Yang dimaksud dengan status pemberian jus mangga adalah pemberian jus mangga dengan dosis 0,2ml/20g BB mencit yang diberikan satu kali sehari dengan menggunakan sonde lambung 2 jam sebelum pengasapan rokok selama 14 hari berturut-turut. Jus mangga dibuat dari mangga matang jenis golek. Skala pengukuran untuk variabel bebas adalah skala nominal.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kerusakan struktur histologis paru mencit. Yang dimaksud dengan kerusakan struktur histologis paru mencit adalah derajat kerusakan gambaran histologis paru mencit yang terpapar asap rokok, setelah mendapatkan perlakuan berupa pemberian jus mangga.

Derajat kerusakan struktur histologis paru pada penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Normal, jika pada pengamatan dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x dari 5 lapang pandang semuanya menunjukkan gambaran mikroskopis normal.

b. Derajat ringan, jika pada pengamatan dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x dari 5 lapang pandang menunjukkan gambaran mikroskopis kerusakan ringan dengan jumlah lapang pandang terbanyak.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Derajat sedang, jika pada pengamatan dengan miskroskop cahaya dengan perbesaran 400x dari 5 lapang pandang menunjukkan gambaran mikroskopis kerusakan sedang dengan jumlah lapang pandang terbanyak.

d. Derajat berat, jika pada pengamatan dengan miskroskop cahaya dengan perbesaran 400x dari 5 lapang pandang menunjukkan gambaran mikroskopis kerusakan berat dengan jumlah lapang pandang terbanyak.

Jadi penentuan beratnya derajat kerusakan preparat didasarkan pada gambaran kerusakan mikroskopis terbanyak yang ditemukan dari 5 lapang pandang pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x.

a. Adapun yang dimaksud dengan gambaran mikroskopis normal adalah bila pada satu lapang pandang dengan perbesaran 400x tidak ditemukan adanya tanda-tanda kerusakan seperti infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar.

b. Adapun yang dimaksud dengan gambaran mikroskopis kerusakan ringan bila pada satu lapang pandang dengan perbesaran 400x dijumpai adanya gambaran berupa salah satu dari : infiltrasi sel radang atau edema interstisial atau destruksi septum alveolar, atau ketiga-tiganya pada < 1/3 lapang pandang.

c. Yang dimaksud dengan gambaran mikroskopis kerusakan sedang bila pada satu lapang pandang dengan perbesaran 400x dijumpai adanya gambaran berupa salah satu dari : infiltrasi sel radang atau edema interstisial atau destruksi septum alveolar, atau ketiga-tiganya pada 1/3 - 1/2 lapang pandang.


(28)

commit to user

d. Yang dimaksud dengan gambaran mikroskopis kerusakan berat bila pada satu lapang pandang dengan perbesaran 400x dijumpai adanya gambaran berupa salah satu dari : infiltrasi sel radang atau edema interstisial atau destruksi septum alveolar, atau ketiga-tiganya pada > 1/2 lapang pandang.

Skala pengukuran variabel terikat adalah skala ordinal.

3. Variabel Luar yang Terkendali a. Galur mencit

Penelitian ini menggunakan mencit dengan galur yang sama yaitu

Swiss webster.

b. Umur dan berat badan mencit

Variabel ini dikendalikan dengan menyamakan umur mencit berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.

c. Jenis Kelamin

Semua subjek berjenis kelamin jantan. d. Makanan dan Minuman

Makanan yang diberikan pada mencit berupa pelet dan minuman dari air PAM ad libitum.

e. Tempat Hidup

Tempat hidup dikendalikan dengan menyamakan kandang mencit dengan ukuran 35 x 25 x 12 cm.

f. Suhu dan Kelembaban Ruangan

Suhu ruangan dijaga dengan suhu berkisar 23o C – 27o C dengan kelembaban 50% hingga 60%.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 4. Variabel Luar yang tidak Terkendali.

a. Patogenesis suatu zat yang dapat merusak paru selain radikal bebas yaitu reaksi hipersensitivitas terhadap asap rokok dan efek toksiknya.

b. Kondisi psikologis mencit

Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Karena lingkungan yang terlalu gaduh atau ramai, pemberian perlakuan berulang kali, dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis ini.

c. Imunitas (sistem kekebalan) dari masing-masing binatang percobaan.

G. Instrumentasi dan Bahan Penelitian 1. Alat :

a. Kandang hewan percobaan dengan ukuran 35 x 25 x 12 cm. b. Tempat pengasapan mencit dengan asap rokok

c. Timbangan duduk dan timbangan neraca d. Sonde lambung

e. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan meja lilin)

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi g. Mikroskop cahaya medan terang

h. Kamera nikon

i. Gelas ukur dan pengaduk j. Blender

k. Saringan Jus 2. Bahan :


(30)

commit to user a. Makanan hewan percobaan (pelet)

b. Rokok kretek (merk dagang ada pada penulis) c. Aquadest

d. Bahan untuk membuat preparat histologis dengan pengecatan e. Hematoxilin Eosin

f. Mangga (Mangifera indica L.) jenis golek

H. Cara Kerja

1. Langkah pertama

a. Membuat Jus Mangga

Jus mangga dibuat dari buah mangga yang matang dari jenis golek. Dengan perhitungan dosis sebagai berikut :

1) Jumlah kandungan beta-karoten yang terdapat dalam 100 gram mangga matang : 553 µg (Afriansyah, 2001).

2) Kebutuhan antioksidan beta-karoten untuk manusia adalah 60 µg/hari 3) Nilai konversi dari manusia ke mencit adalah 0,0026 (Ngatidjan,

1991).

4) Dosis mangga matang yang dibutuhkan untuk manusia perhari : Kebutuhan beta-karoten perhari x 100 g

kandungan beta-karoten 60 g x 100 g = 10,84 g mangga 11 gram mangga

553 g

5) Dosis mangga matang yang dibutuhkan untuk mencit : dosis untuk manusia x nilai konversi :


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user = 30 mg mangga

6) Pengenceran jus mangga :

Jus mangga dibuat secara kolektif untuk 10 ekor tikus dalam satu kelompok perlakuan. Mangga yang di jus setiap kalinya sebanyak 30 g daging buah. Setelah di jus, mangga kemudian diencerkan dengan aquadest hingga volumenya mencapai 200 ml aquadest, sehingga dalam 200 ml mengandung 30 gram mangga atau dalam tiap 0,2 ml jus mengandung 0,03 gram (30 mg) mangga. Setelah itu, diambil sebanyak 0,2 ml untuk diberikan secara per oral pada tiap mencit. b. Membuat kandang perlakuan

Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang tertutup berukuran 50 x 35 x 20 cm dengan ventilasi berukuran 20 x 10 cm.

2. Langkah kedua

Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Suhu dan kelembaban ruangan tetap dijaga. Pada hari ke–8 dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.

3. Langkah ketiga

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Sampel mencit sebanyak 30 ekor dibagi menjadi 3 kelompok secara random, masing – masing kelompok 10 ekor. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol (K) hanya diberi aquadest 0,2ml/20g BB per oral tiap hari selama 14 hari berturut-turut. Kelompok kedua sebagai kelompok perlakuan I (PI) diberi perlakuan berupa pengasapan dengan 1 batang rokok dalam kandang setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Kelompok ketiga sebagai kelompok perlakuan II (PII) diberi perlakuan berupa pengasapan dengan 1 batang rokok dalam kandang setiap


(32)

commit to user

hari selama 14 hari berturut-turut, namun 2 jam sebelumnya diberi 0,2ml/20g BB jus mangga per oral sekali sehari. Di luar jadwal perlakuan tersebut mencit diberi makan berupa pellet dan minum air PAM ad libitum.

4. Langkah keempat

Setelah diberi perlakuan selama 14 hari, satu hari kemudian semua mencit dikorbankan secara dislokasi leher, diambil organ paru bagian kanan lobus tengah untuk selanjutnya dibuat preparat histologis dengan metode blok parafin dan pengecatan HE. Hal ini dilakukan pada satu hari setelah hari ke-14 agar efek perlakuan masih tampak nyata. Pengambilan paru bagian kanan lobus tengah ini hanya untuk homogenitas sampel. Dari bagian paru yang diambil dari setiap mencit dibuat 3 irisan dengan ketebalan 3-4 µm. Jarak antara irisan satu dengan yang lain ± 25 irisan. Dengan demikian dari setiap kelompok mencit terdapat 30 irisan/preparat. Pengamatan preparat jaringan paru dengan pembesaran 400x untuk mengamati seluruh lapangan pandang, kemudian ditentukan daerah yang akan diamati (ada kerusakan).

5. Langkah Kelima

Setiap preparat jaringan paru diamati gambaran mikroskopisnya dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Dengan perbesaran 400x ini, setiap preparat diamati pada 5 lapang pandang secara acak. Dari setiap lapang pandang, dilihat apakah gambaran yang terlihat normal (tidak ada kerusakan histologis) atau memberikan gambaran mikroskopis kerusakan derajat ringan, sedang, atau berat. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan normal bila dari satu lapang pandang tersebut tidak ditemukan adanya tanda-tanda kerusakan mikroskopis seperti : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar. Gambaran


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan ringan bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada < 1/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan sedang bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada 1/3 - 1/2 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan berat bila dari satu lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada > 1/2 lapang pandang. Penentuan beratnya derajat kerusakan preparat didasarkan pada gambaran kerusakan mikroskopis terbanyak yang ditemukan dari 5 lapang pandang dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Namun jika dari 5 lapang pandang tidak terdapat gambaran kerusakan mikroskopis sama sekali maka preparat dikatakan normal. Jika dari 5 lapang pandang terdapat 4 lapang pandang dengan gambaran mikroskopis normal dan 1 lapang pandang menunjukkan gambaran kerusakan mikroskopis, maka derajat kerusakan preparat tersebut sesuai dengan gambaran kerusakan mikroskopis yang ditemukan (misal : kerusakan ringan, sedang, atau berat). Bila dari 5 lapang pandang terdapat gambaran kerusakan mikroskopis lebih dari satu lapang pandang maka derajat kerusakan preparat sesuai dengan jumlah kerusakan yang terbanyak (misal yang terbanyak adalah lapang pandang dengan kerusakan ringan maka derajat kerusakan preparat tersebut adalah ringan).


(34)

commit to user

Namun apabila ditemukan jumlah kerusakan lapang pandang yang sama dengan gambaran yang berbeda (misal dari 5 lapang pandang terdapat 3 lapang pandang normal, 1 lapang pandang dengan kerusakan ringan, dan 1 lapang pandang kerusakan sedang) maka pengamatan pada preparat ditambah satu lapang pandang lagi. Dan bila masih ada gambaran kerusakan yang berbeda dengan jumlah lapang pandang yang sama maka pengamatan ditambah satu lapang pandang lagi, demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah yang tidak sama. Untuk keperluan penghitungan statistik, preparat normal diberi skor 0, preparat dengan derajat kerusakan ringan diberi skor 1, preparat dengan derajat kerusakan sedang diberi skor 2, dan preparat dengan derajat kerusakan berat diberi skor 3.

I. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Kruskal Wallis

untuk mengetahui perbedaan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan, kemudian untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok perlakuan digunakan uji statistik Mann Whitney (Murti, 2010). Derajat kemaknaan yang digunakan a = 0,05. Data diolah menggunakan program komputer SPSS versi 15.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Dari penelitian mengenai pengaruh pemberian jus mangga terhadap kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok, diperoleh data hasil pengamatan pada setiap kelompok perlakuan seperti tercantum pada tabel 2. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data ordinal yaitu gambaran kerusakan histologis paru yang dibagi dalam 4 kategori. Keempat kategori itu adalah kategori normal, kerusakan derajat ringan, sedang, dan berat. Derajat kerusakan paru didasarkan pada beberapa parameter yaitu : destruksi septum alveolar, edema paru, dan infiltrasi sel radang.

Pada pengamatan sediaan preparat, gambaran mikroskopis destruksi septum alveolar berupa adanya septum alveolar yang mengalami penipisan, atrofi, dan pada beberapa tempat terdapat kerusakan total septum alveolar.

Gambaran mikroskopis edema paru pada pengamatan sediaan preparat ditandai dengan bertambah longgarnya jaringan pada septum alveolar, dan dapat pula ditemukan adanya alveolus yang berisi cairan.

Gambaran mikroskopis infiltrasi sel radang pada pengamatan sediaan preparat berupa sebukan sel radang pada jaringan interstisial paru.

Tabel 2. Data Gambaran Kerusakan Preparat pada Masing-Masing Kelompok Kelompok Preparat

Normal Preparat Derajat Kerusakan Ringan Preparat Derajat Kerusakan Sedang Preparat Derajat Kerusakan Berat ∑


(36)

commit to user

PI 0 0 6 24 30

PII 0 18 9 3 30

Gambar 4.1 Histogram Jumlah Kerusakan Preparat pada Masing-Masing Kelompok

Keterangan :

K : Kelompok Kontrol, mencit mendapat aquadest sebanyak 0,2 ml/20g BB mencit per oral selama 14 hari berturut-turut PI : Kelompok Perlakuan I, mencit diberi paparan asap dari 1

batang rokok setiap hari selama 14 hari berturut-turut.

PII : Kelompok Perlakuan II, mencit diberi paparan asap dari 1 batang rokok setiap hari selama 14 hari berturut-turut, dan 2 jam sebelumnya telah diberi jus mangga 0,2 ml/20g BB mencit per oral setiap hari

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada kelompok kontrol didapati adanya gambaran yang bervariasi yaitu gambaran normal, kerusakan ringan, dan kerusakan sedang. Pada kelompok kontrol tidak ditemukan adanya


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

gambaran kerusakan berat. Gambaran yang ditemukan pada kelompok ini sebagian besar berupa gambaran mikroskopis kerusakan ringan. Sedangkan pada kelompok perlakuan I ditemukan gambaran mikroskopis kerusakan berat dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kelompok lainnya, dan tidak ditemukan adanya gambaran normal. Pada kelompok perlakuan II juga tidak ditemukan gambaran yang normal namun ditemukan gambaran mikroskopis kerusakan ringan dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya.

B. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan uji statistik Kruskal Wallis dan Mann

Whitney. Uji statistik Kruskal Wallis dilakukan untuk mengetahui bahwa

paling sedikit satu kelompok menunjukkan nilai yang lebih besar daripada kelompok lainnya, kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna diantara dua kelompok perlakuan dilakukan uji statistik Mann

Whitney.

Dari perhitungan statistik menggunakan uji Kruskal Wallis

didapatkan nilai p = 0,000. Karena nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat satu kelompok menunjukkan nilai-nilai yang lebih besar dari kelompok lainnya.

Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai nilai-nilai yang lebih besar, maka dilakukan analisis dengan uji Mann Whitney. Berikut ini adalah hasil uji statistik Mann Whitney.

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Statistik Mann Whitney

Kelompok yang dibandingkan


(38)

commit to user

K-PI 30 30 0,000 Bermakna

K-PII 30 30 0,064 Tidak Bermakna

PI-PII 30 30 0,000 Bermakna

Keterangan :

n1 : Jumlah sampel pada kelompok pertama n2 : Jumlah sampel pada kelompok kedua p : Nilai signifikansi

Dari hasil perhitungan uji statistik Mann Whitney yang tertera pada tabel 3, didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara K-PI dan PI-PII. Sedangkan untuk K-PII didapatkan hasil yang tidak bermakna


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dihitung dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney membuktikan adanya pengaruh pemberian jus mangga terhadap struktur histologis paru mencit yang diberi paparan asap rokok. Pada penelitian ini, kerusakam histologis paru mencit dinilai berdasarkan adanya destruksi septum alveolar, edema paru, dan adanya infiltrasi sel radang.

Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, dan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II.

Perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I disebabkan karena pada kelompok perlakuan I mendapat paparan asap rokok yang mengandung radikal bebas yang memicu terjadinya stress oksidatif sehingga menimbulkan kerusakan pada muccociliary clearance. Bulu-bulu getar, refleks batuk, dan makrofag alveolar tidak dapat berfungsi dengan baik membuang partikel atau bakteri yang masuk ke dalam paru-paru sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan inflamasi dalam paru-paru (Aditama, 2003).

Asap rokok juga dapat menyebabkan destruksi septum alveolar paru. Hal ini disebabkan oleh teraktivasinya makrofag alveolar yang dapat menginaktivasi a1-AT sebagai proteinase inhibitor dalam paru melalui dua cara yaitu dengan memproduksi elastase serta dengan memproduksi Reactive Oxygen Species (ROS). Elastase dapat merusak struktur protein paru, sehingga dapat menyebabkan destruksi septum alveolar. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan napas (airway


(40)

commit to user

resistance) dan menyebabkan “mudah bocornya” pembuluh darah di paru, terjadi

kenaikan permeabilitas endotel kapiler, sehingga menyebabkan protein plasma keluar bersama cairan dan tertimbun di jaringan serta menyebabkan edema. Asap rokok juga memberikan pengaruhnya terhadap fungsi imunologis yaitu peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil yang memberikan gambaran mikroskopis berupa sequestrasi leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil pada mikrovaskuler paru-paru (Rosmawati, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koentjahja (2009), asap rokok menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang merusak alveolus paru. Oksidan yang terdapat dalam asap rokok dapat menyebabkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada protein mikrosom dan meningkatkan terjadinya proteolisis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara protease dan antiprotease. Proteolisis dapat menyebabkan kerusakan dinding alveolus paru dan lama-kelamaan akan merusak seluruh paru-paru. Selain itu oksidan yang terdapat dalam asap rokok juga dapat menimbulkan peroksidasi lipid di membran sel epitel paru yang menyebabkan membran menjadi kaku dan mengalami kerusakan. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antioksidan.

Pada kelompok kontrol di penelitian ini ditemukan adanya gambaran mikroskopis kerusakan ringan dan sedang. Gambaran ini disebabkan oleh adanya variabel luar yang tidak bisa dikendalikan seperti kondisi psikologik mencit, imunitas mencit, dan patogenesis suatu zat yang dapat merusak struktur histologis paru-paru mencit selain radikal bebas yaitu reaksi hipersensitivitas.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Hal ini disebabkan karena radikal bebas yang terdapat pada kelompok perlakuan II direduksi dan dicegah pembentukannya


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

oleh antioksidan yang terdapat pada jus mangga. Antioksidan terbanyak yang terdapat dalam jus mangga adalah beta-karoten dan vitamin C. Kedua antioksidan ini tergolong sebagai radical scavenging antioxidants yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal bebas dan menghancurkan radikal bebas yang sudah terbentuk (Arief, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmono dan Mulyono (2006), asap rokok menyebabkan kerusakan oksidatif dan beta-karoten serta vitamin C yang terdapat dalam jus mangga memiliki kandungan antioksidan yang efektif. Asap rokok menyebabkan oksidasi dalam plasma protein dan kerusakan pada organ seperti pada hati, ginjal, dan paru. Kandungan beta-karoten dan vitamin C yang terdapat dalam jus mangga berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah asap rokok menginduksi terjadinya kerusakan akibat stres oksidatif. Beta-karoten dan vitamin C yang terdapat dalam jus mangga berfungsi sebagai antioksidan dengan mencegah terbentuknya Reactive Oxygen Sprecies seperti hidroxyl radical

(OH-), superoxide anion (O2), dan hydrogen peroxide (H2O2). Selain itu,

beta-karoten juga memiliki manfaat meningkatkan aktivitas enzim Glutation S-transferase. Glutation S-transferase melindungi sel tubuh terhadap serangan senyawa elektrofil yang sering bersifat sitostatik, mutagenik, dan karsinogenik. Meningkatnya aktivitas enzim Glutation S-transferase ini dapat mencegah kerusakan paru terutama yang disebabkan oleh radikal bebas yang berupa benzo(a)piren yang memiliki sifat karsinogenik.

Penelitian yang dilakukan oleh Koentjahja (2009), mengungkapkan bahwa vitamin C sebagai antioksidan berperan menghambat terjadinya proses peroksidasi lipid pada membran sel epitel paru sehingga tidak mengalami kerusakan, menangkal


(42)

commit to user

radikal hidroksil, dan bertindak sebagai donor hidrogen kepada oksidan yang terdapat dalam asap rokok.

Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna dari hasil uji Mann Whitney. Hal ini menunjukkan bahwa antioksidan yang terdapat dalam jus mangga telah mampu mengikat radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok sedemikian rupa sehingga menyerupai keadaan kelompok kontrol. Potensi antioksidan yang dimiliki oleh jus mangga dapat mengurangi terjadinya stress oksidatif yang dihasilkan oleh asap rokok sehingga menekan terjadinya reaksi inflamasi pada saluran pernafasan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan yang terdapat dalam jus mangga dapat mengurangi terjadinya stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas asap rokok.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian jus mangga dengan dosis 0,02 ml/20g BB selama 14 hari berturut-turut dapat mencegah kerusakan struktur histologis alveolus paru mencit yang disebabkan oleh paparan asap rokok.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat jus mangga dalam mencegah kerusakan paru menggunakan parameter lain seperti kemampuan fagositosis makrofag alveolar dan parameter biokimiawi misal dengan mengukur kadar enzim yang berperan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat jus mangga dengan menggunakan manusia sebagai subyek penelitian.


(1)

commit to user

K-PI 30 30 0,000 Bermakna

K-PII 30 30 0,064 Tidak Bermakna

PI-PII 30 30 0,000 Bermakna

Keterangan :

n1 : Jumlah sampel pada kelompok pertama

n2 : Jumlah sampel pada kelompok kedua

p : Nilai signifikansi

Dari hasil perhitungan uji statistik Mann Whitney yang tertera pada tabel 3, didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara K-PI dan PI-PII. Sedangkan untuk K-PII didapatkan hasil yang tidak bermakna


(2)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dihitung dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney membuktikan adanya pengaruh pemberian jus mangga terhadap struktur histologis paru mencit yang diberi paparan asap rokok. Pada penelitian ini, kerusakam histologis paru mencit dinilai berdasarkan adanya destruksi septum alveolar, edema paru, dan adanya infiltrasi sel radang.

Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I, kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, dan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II.

Perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I disebabkan karena pada kelompok perlakuan I mendapat paparan asap rokok yang mengandung radikal bebas yang memicu terjadinya stress oksidatif sehingga menimbulkan kerusakan pada muccociliary clearance. Bulu-bulu getar, refleks batuk, dan makrofag alveolar tidak dapat berfungsi dengan baik membuang partikel atau bakteri yang masuk ke dalam paru-paru sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan inflamasi dalam paru-paru (Aditama, 2003).

Asap rokok juga dapat menyebabkan destruksi septum alveolar paru. Hal ini disebabkan oleh teraktivasinya makrofag alveolar yang dapat menginaktivasi a1-AT

sebagai proteinase inhibitor dalam paru melalui dua cara yaitu dengan memproduksi elastase serta dengan memproduksi Reactive Oxygen Species (ROS). Elastase dapat merusak struktur protein paru, sehingga dapat menyebabkan destruksi septum alveolar. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan napas (airway


(3)

commit to user

resistance) dan menyebabkan “mudah bocornya” pembuluh darah di paru, terjadi

kenaikan permeabilitas endotel kapiler, sehingga menyebabkan protein plasma keluar bersama cairan dan tertimbun di jaringan serta menyebabkan edema. Asap rokok juga memberikan pengaruhnya terhadap fungsi imunologis yaitu peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil yang memberikan gambaran mikroskopis berupa sequestrasi leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil pada mikrovaskuler paru-paru (Rosmawati, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koentjahja (2009), asap rokok menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang merusak alveolus paru. Oksidan yang terdapat dalam asap rokok dapat menyebabkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada protein mikrosom dan meningkatkan terjadinya proteolisis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara protease dan antiprotease. Proteolisis dapat menyebabkan kerusakan dinding alveolus paru dan lama-kelamaan akan merusak seluruh paru-paru. Selain itu oksidan yang terdapat dalam asap rokok juga dapat menimbulkan peroksidasi lipid di membran sel epitel paru yang menyebabkan membran menjadi kaku dan mengalami kerusakan. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antioksidan.

Pada kelompok kontrol di penelitian ini ditemukan adanya gambaran mikroskopis kerusakan ringan dan sedang. Gambaran ini disebabkan oleh adanya variabel luar yang tidak bisa dikendalikan seperti kondisi psikologik mencit, imunitas mencit, dan patogenesis suatu zat yang dapat merusak struktur histologis paru-paru mencit selain radikal bebas yaitu reaksi hipersensitivitas.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Hal ini disebabkan karena radikal bebas yang terdapat pada kelompok perlakuan II direduksi dan dicegah pembentukannya


(4)

commit to user

oleh antioksidan yang terdapat pada jus mangga. Antioksidan terbanyak yang terdapat dalam jus mangga adalah beta-karoten dan vitamin C. Kedua antioksidan ini tergolong sebagai radical scavenging antioxidants yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal bebas dan menghancurkan radikal bebas yang sudah terbentuk (Arief, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmono dan Mulyono (2006), asap rokok menyebabkan kerusakan oksidatif dan beta-karoten serta vitamin C yang terdapat dalam jus mangga memiliki kandungan antioksidan yang efektif. Asap rokok menyebabkan oksidasi dalam plasma protein dan kerusakan pada organ seperti pada hati, ginjal, dan paru. Kandungan beta-karoten dan vitamin C yang terdapat dalam jus mangga berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah asap rokok menginduksi terjadinya kerusakan akibat stres oksidatif. Beta-karoten dan vitamin C yang terdapat dalam jus mangga berfungsi sebagai antioksidan dengan mencegah terbentuknya Reactive Oxygen Sprecies seperti hidroxyl radical

(OH-), superoxide anion (O2), dan hydrogen peroxide (H2O2). Selain itu,

beta-karoten juga memiliki manfaat meningkatkan aktivitas enzim Glutation S-transferase. Glutation S-transferase melindungi sel tubuh terhadap serangan senyawa elektrofil yang sering bersifat sitostatik, mutagenik, dan karsinogenik. Meningkatnya aktivitas enzim Glutation S-transferase ini dapat mencegah kerusakan paru terutama yang disebabkan oleh radikal bebas yang berupa benzo(a)piren yang memiliki sifat karsinogenik.

Penelitian yang dilakukan oleh Koentjahja (2009), mengungkapkan bahwa vitamin C sebagai antioksidan berperan menghambat terjadinya proses peroksidasi lipid pada membran sel epitel paru sehingga tidak mengalami kerusakan, menangkal


(5)

commit to user

radikal hidroksil, dan bertindak sebagai donor hidrogen kepada oksidan yang terdapat dalam asap rokok.

Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna dari hasil uji Mann Whitney. Hal ini menunjukkan bahwa antioksidan yang terdapat dalam jus mangga telah mampu mengikat radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok sedemikian rupa sehingga menyerupai keadaan kelompok kontrol. Potensi antioksidan yang dimiliki oleh jus mangga dapat mengurangi terjadinya stress oksidatif yang dihasilkan oleh asap rokok sehingga menekan terjadinya reaksi inflamasi pada saluran pernafasan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan yang terdapat dalam jus mangga dapat mengurangi terjadinya stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas asap rokok.


(6)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian jus mangga dengan dosis 0,02 ml/20g BB selama 14 hari berturut-turut dapat mencegah kerusakan struktur histologis alveolus paru mencit yang disebabkan oleh paparan asap rokok.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat jus mangga dalam mencegah kerusakan paru menggunakan parameter lain seperti kemampuan fagositosis makrofag alveolar dan parameter biokimiawi misal dengan mengukur kadar enzim yang berperan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat jus mangga dengan menggunakan manusia sebagai subyek penelitian.