PENGARUH PEMBERIAN JUS PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP HEPAR MENCIT YANG DIPAPAR PARASETAMOL

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PEMBERIAN JUS PEPAYA (

Carica papaya

L.)

SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP HEPAR

MENCIT YANG DIPAPAR PARASETAMOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

TIUR ESTIKA SITUMORANG G0007023

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Hepatoprotektor terhadap Hepar Mencit yang Dipapar

Parasetamol

Tiur Estika Situmorang, G0007023, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ..., Tanggal ... 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

Suyatmi, dr., M. Biomed, Sc dr. Isdaryanto, MARS NIP 197201052001122001 NIP 195003121976101001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Riza Novierta Pesik, dr., M.Kes. Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes. NIP 196511171997022001 NIP 195405051985032001

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes NIP 196607021998022001


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Hepatoprotektor terhadap Hepar Mencit yang Dipapar Parasetamol

Tiur Estika Situmorang, NIM/Semester: G0007023/VII, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari , Tanggal 2010

Pembimbing Utama

Nama : Suyatmi, dr., Mbiomed.Sci

NIP : 19720105 200112 2 001 ( ______________________ ) Pembimbing Pendamping

Nama : Riza Novierta Pesik, dr., MKes

NIP : 19651117 199702 2 001 ( ______________________ ) Penguji Utama

Nama : dr. Isdaryanto, MARS

NIP : 19500312 197610 1 001 ( ______________________ ) Penguji Pendamping

Nama : Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes.

NIP : 19540505 198503 2 001 ( ______________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof.DR.A.A.Subijanto,dr.,MS. NIP : 196607021998022001 NIP: 194811071973101003


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 9 November 2010

Tiur Estika Situmorang NIM. G0007023


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRAK

Tiur E. Situmorang, G0007023, 2010. Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Hepatoprotektor terhadap Hepar Mencit yang Dipapar

Parasetamol, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar

parasetamol.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Mencit strain Swiss Webster jantan sebanyak 28 ekor dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok kontrol (KK) dan kelompok perlakuan I-III (KP I-III). Pada KK mencit diberi aquadest peroral sebanyak 0,2 ml / 20 g BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut. Sedangkan, pada KP I-III diberi parasetamol dari hari pertama sampai hari ke-14. Pada 7 hari terakhir berturut-turut KP II-III diberikan jus pepaya dengan dosis bertingkat (122 mg dan 244 mg / 20 g BB mencit). Pada hari ke-15 mencit dikorbankan dan diambil hatinya untuk pembuatan preparat. Kerusakan sel hepar mencit diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis pada lobulus centralis hepar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan One Way ANOVA dan LSD. Hasil Penelitian : Pada penelitian ini diperoleh jumlah rata-rata inti sel nekrosis pada KK sebesar 7,28, KP I 83,64, KP II 44,71, dan KP III 21,50. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam keempat kelompok penelitian p = 0,000 (p<0,050). Hasil uji statistik LSD juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara keempat kelompok dengan masing-masing p = 0,000 (p<0,050).

Simpulan Penelitian : Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus pepaya dapat mencegah kerusakan sel hepar pada mencit yang dipapar parasetamol. Pemberian jus pepaya dengan dosis bertingkat juga terbukti semakin meningkatkan efek proteksinya terhadap hepar.

Kata kunci : pepaya, parasetamol, kerusakan sel hati


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Tiur E. Situmorang, G0007023, 2010. The Effect of Papaya Juice (Carica papaya L.) as Hepatoprotector on Mice’s Liver Induced by Parasetamol, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives : The purpose of this research is to know the effect of Papaya Juice (Carica papaya L.) as Hepatoprotector on Mice’s Liver Induced by Parasetamol. Methods : This research was a experimental laboratory with post test only control group design. Twenty eight male mice Swiss Websterstrain divided into 4

groups; control group and groups of I-III. The control group was given orally aquadest 0,2ml/20gr body weight of mice. And then, the groups of I-III was induced by parasetamol on day 1-14. On the 8th-14th day, group II-III were

administered orally with multilevel doses of papaya juice (122 mg dan 244 mg/ 20 g body weight of mice). On the 15th day, all of mice were sacrificed for liver histopathological study. The hepatocytes damage were observed by number of necrosis cells on the central lobule of liver. Then the data was analyzed using One Way Anova and LSD.

Results : The data showed that average number of necrotic nucleus in the control group was 7,28, group I was 83,64, group II was 44,71, and group III was 22.50. The results of One Way ANOVA statistical test showed a significant difference in all four groups, p = 0,000 (p <0,050). The results of LSD test also showed a significant differences between the four groups with each p = 0,000 (p <0,050). Conclusion : From this research, it can be concluded that the papaya juice

(Carica papaya L.) can prevent mice hepatocytes damage induced by parasetamol and the increasing doses of the papaya juice can increase its protection effect or can reduce the greater amount of damaged mice liver cells.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan hikmat-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Hepatoprotektor terhadap Hepar Mencit yang Dipapar Parasetamol”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., MKes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Suyatmi, dr., MBiomed.Sci, selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

4. Riza Novierta Pesik, dr., MKes., selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis.

5. Isdaryanto, dr., MARS, selaku penguji utama yang telah berkenan menguji dan memberikan saran untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dra. Cr. Siti Utari, MKes., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan nasihat untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak, Mama, Kabot, Bangbot, Edo, K’adrian serta seluruh keluarga besar

penulis atas cinta kasihnya yang telah memberikan doa, memfasilitasi dan memotivasi saat penulisan skripsi ini.

8. Monika, Sunny, Tarida, Venny, Api, Kodil, Sam, Tito, Laras, Olin, dan teman-teman FKUNS angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Pak Sukidi dan Mba Dewi selaku staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

10. Tim Skripsi, Perpustakaan FK UNS yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi dan sebagai salah satu tempat mencari referensi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Surakarta, November 2010


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... ... 3

D. Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... ... 4

1. Pepaya ... 4

a. Taksonomi ... 4

b. Deskripsi tumbuhan ... 4

c. Kandungan kimia ... 5

d. Kandungan buah pepaya sebagai antioksidan ... 6

2. Struktur hitologis hepar ... 7

3. Parasetamol ... 9

a. Farmakodinamik ... 9

b. Farmakokonetik ... 10

c. Indikasi ... 10

d. Efek samping ... 11

4. Fisiologi kerusakan sel ... 11

5. Mekanisme kerusakan sel hepar akibat induksi parasetamol... 12

6. Mekanisme hepatoprotektor jus pepaya terhadap kerusakan hepar akibat induksi parasetamol ... 13


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

C. Hipotesis ... ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...17

B. Lokasi Penelitian ...17

C. Subjek Penelitian ... 17

D. Teknik Sampling ...18

E. Rancangan Penelitian ... 18

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 19

G. Definisi Operasional Variabel ... 20

H. Alat dan Bahan Penelitian ... ... 22

I. Cara Kerja... ... 23

J. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Analisis Data ... 29

BAB V. PEMBAHASAN ... ... 31

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 35

B. Saran ... ... 35

DAFTAR PUSTAKA...36


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rata-rata inti sel hepar yang mengalami nekrosis dari tiap 100 sel

lobulus centralis hati untuk masing-masing kelompok percobaan ... 27

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Pepaya ... 4

Gambar 2 Skema Desain Penelitian... 18

Gambar 3 Skema Pemberian Perlakuan ... 26


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambaran histologis hasil penelitian

Lampiran 2. Hasil pengamatan pada masing-masing kelompok mencit Lampiran 3. Hasil uji statistik hasil penelitian

Lampiran 4. Nilai Konversi dosis untuk manusia dan hewan

Lampiran 5. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji Pada Pemberian Secara Oral Lampiran 6. Foto Kegiatan Penelitian


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hepar merupakan organ terbesar pada tubuh yang berfungsi sebagai pembentukan empedu, pembentukan faktor koagulasi dan pusat metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hormon dan zat kimia (Guyton and Hall, 2007). Sebagai pusat metabolisme di tubuh, hepar rentan sekali untuk terpapar zat kimia yang bersifat toksik sehingga menimbulkan kerusakan hepar. Zat kimia dapat berupa senyawa-senyawa obat yang luas digunakan di masyarakat. Salah satu contoh obat yang dapat menimbulkan kerusakan hepar adalah parasetamol.

Parasetamol atau yang dikenal juga sebagai asetaminofen digunakan secara luas sebagai analgesik dan antipiretik yang banyak ditemui di toko-toko obat maupun sebagai obat resep. Walaupun parasetamol relatif aman digunakan pada dosis terapi, namun bila digunakan secara overdosis dapat menimbulkan peningkatan Radical Oxygen Species (ROS) dan menimbulkan kerusakan hepar dan ginjal berupa nekrosis sentrilobular dan tubulus proksimalis pada manusia dan hewan coba (Lucas et al., 2000). Parasetamol diaktifkan oleh enzim sitokrom P450 menjadi bahan metabolit bernama N-acetyl-p-benzoquinon imine (NAPQI) yang reaktif sehingga menekan glutation hepar kemudian berikatan kovalen dengan protein. Ikatan kovalen ini berhubungan dengan toksisitas parasetamol yang mengakibatkan kerusakan


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

hepar (James et al., 2003). Kerusakan hepar yang berat dapat berupa nekrosis yang menyebabkan gangguan fungsi pada hepar (Wilmana dan Gunawan, 2007). Hepatoprotektor yang saat ini digunakan, harganya tidak terjangkau bagi masyarakat dan mengandung bahan kimia sehingga diperlukan hepatoprotektor yang aman dan terjangkau bagi masyarakat. Salah satu kandungan yang diperlukan sebagai hepatoprotektor adalah antioksidan yang banyak dikandung oleh berbagai macam buah yang mudah didapat oleh masyarakat, murah, dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya. Salah satu contohnya adalah buah pepaya.

Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan buah yang murah, mudah didapat, dan juga dikenal sebagai tanaman multiguna, karena sudah dimanfaatkan sebagai bahan makanan, minuman berupa jus pepaya, bahan untuk perawatan, pakan ternak, dan obat-obatan secara empiris, yang murah dan mudah didapat (Basa, 2008). Buah pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Kandungan vitamin A lebih banyak daripada wortel, vitamin C lebih tinggi daripada jeruk. Kandungan vitamin B kompleks dan vitamin E juga tinggi. Pepaya juga mengandung beta-karoten sebagai provitamin A (Harmanto, 2009). Beberapa penelitian tentang kandungan pepaya tersebut menunjukkan manfaatnya sebagai antioksidan (Astawan, 2010). Namun, sejauh ini manfaat pemberian jus pepaya (Carica papaya, L.)


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui manfaat pemberian jus pepaya (Carica papaya,

L.) sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar parasetamol.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) dapat digunakan sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar parasetamol? 2. Apakah peningkatan dosis jus pepaya dapat meningkatkan efek proteksi

terhadap kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi parasetamol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar parasetamol.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi dan bahan kajian mengenai pengaruh jus pepaya sebagai hepatoprotektor.

2. Manfaat aplikatif

Penilitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pepaya (Carica papaya L.)

a. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Violales

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L. (Plantamor, 2010)

b. Deskripsi Tumbuhan


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili

Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun subtropis, di daerah-daerah basah dan kering, atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl) (Prihatman, 2000).

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.

Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah (Wapedia, 2010).

c. Kandungan kimia

Buah pepaya matang mengandung beta-karoten (276 mikrogram/100 gr), betacryptoxanthin (761 mikrogram/100 gr), serta lutein dan zeaxanthin (75 mikrogram/100 gr). Vitamin A yang


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

diperoleh dari 100 gr buah pepaya matang berkisar antara 1.094-18.250 SI, vitamin C (62-78 mg/100 gr) dan folat (38 mikrogram/100 gr). Kadar serat per 100 gram buah masak 1,8 gram. Komposisi mineral pada buah pepaya matang juga tinggi, yaitu dominan potasium (257 mg/100 gr) dan sangat sedikit sodium (3 mg/100 gr) (Astawan, 2009).

d. Kandungan Buah Pepaya sebagai Antioksidan

Antioksidan secara kimia merupakan senyawa yang mampu memberikan elektron; berperan mengikat berbagai jenis oksidan. Secara biologi antioksidan adalah senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan yaitu bersifat mencegah pembentukan radikal bebas dan memperbaiki kerusakannya (Widjaja, 1997).

Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan dapat ditemukan pada buah pepaya antara lain vitamin C, vitamin A, vitamin E dan beta-karoten (Hernani dan Raharjo, 2006).

Beta-karoten sendiri dapat meningkatkan enzim Glutation S Transferase (GST). Beta-karoten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. Beta-karoten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker (Astawan, 2009).


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Struktur Histologis Hepar

Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh. Hepar dilapisi oleh kapsul tipis yang bernama Kapsul Glisson dan memiliki jaringan pengikat retikuler serta pembuluh darah di antara parenkimnya. Tipe sel yang mendominasi adalah hepatosit. Sel-sel tersebut tersusun dalam satu atau dua lapisan tebal yang dipisahkan oleh sinusoid hepar. Suplai darah hepar berasal dari vena porta dan arteri hepatik. Hepar juga memiliki tiga sistem drainase yaitu vena hepatik, pembuluh limfa, dan saluran empedu (Paulsen, 2000).

a. Lobulus Hepar

Pembagian lobulus hepar sebagai unit fungsional dibagi menjadi 3 zona: 1) zona I, zona aktif yang sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah, akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang masuk, 2) zona II, zona intermedia yang sel-selnya memberi respon kedua terhadap darah, 3) zona III, zona pasif aktifitas sel-selnya rendah dan tampak aktif bila kebutuhan meningkat (Leeson et al., 1996).

Lobulus hepar sebagai kesatuan histologis berbentuk prisma poligonal, diameter 1-2 mm, penampang melintang tampak sebagai heksagonal dengan pusatnya vena sentralis dan di sudut-sudut luar lobuli terdapat kanalis porta (Leeson et al., 1996).


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Parenkim Hepar

Sel-sel hepar berbentuk polihedral dengan ukuran yang berbeda-beda, nukleusnya lebar, bulat, berada di tengah, mengandung satu atau lebih nukleoli serta terdapat bercak-bercak kromatin. Sitoplasma sel hepar bervariasi dalam penampakan, tergantung dari nutrisi dan status fungsionalnya. Mengandung sejumlah besar ribonukleoprotein, mitokondria, droplet lipid, lisosom, dan peroksisom (Bergman et al., 1996).

c. Sinusoid Hepar

Bagian yang membentuk jaringan intralobuler yang kaya akan susunan pembuluh-pembuuh darah yang saling bertemu satu sama lainnya pada vena sentralis. Menurut tipe kapilernya dibedakan menjadi dua: 1) sinusoid yang lebar dan bervariasi dalam ukuran diameter, dan 2) sinusoid yang dindingnya terdiri atas dua tipe sel yang dapat dibedakan, yaitu sel endotel dan sel Kupffer (Jones, 1993). Sinusoid mengandung sel-sel darah, dan pada neonatus mengandung elemen hemopoetik. Di antara sinusoid terdapat sebuah celah, disebut celah disse, memisahkan permukaan hepatosit yang menghadap sinusoid dengan barisan sel endotel (Damjanov, 1996).

d. Mikroskopis Kerusakan Hepar Setelah Pemberian Parasetamol

Hepatitis akut, dengan maupun tanpa kolestasis, merupakan gambaran histologis yang paling umum dari Drug-Induced Liver


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Injury (DILI) dan obat-obatan seperti parasetamol merupakan penyebab penting dari gagal ginjal akut (Ramachandran and Kakar, 2009).

Drug-induced liver injury disebabkan oleh dua mekanisme utama, yaitu hepatotoksisitas intrinsik dan idiosinkratik. Hepatotoksisitas intrinsik menyebabkan kerusakan hepatoselular pada mekanisme yang tergantung pada dosis baik secara langsung oleh obat tersebut maupun melalui metabolitnya. Parasetamol termasuk dalam mekanisme hepatotoksisitas intrinsik ini. Hepatotoksisitas intrinsik bermanifestasi dengan nekrosis hepatoselular dengan sedikit inflamasi, sementara pada hepatotoksisitas idiosinkratik lebih sering terjadi inflamasi (Ramachandran and Kakar, 2009).

Nekrosis zona central (zona 3) merupakan karakteristik asetaminofen dan halotan, serta toksin seperti karbon tetraklorid (Ramachandran and Kakar, 2009).

3. Parasetamol

a. Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral sepert salisilat (Wilmana dan Gunawan, 2007).


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa (Wilmana dan Gunawan, 2007).

b. Farmakokinetik

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Wilmana dan Gunawan, 2007).

c. Indikasi

Khasiatnya analgetik dan antipiretik, tetapi tidak antiradang. Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kafein (Tjay dan Raharja, 2002). Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kepala, mialgia, nyeri persalinan, dan keadaan lain di mana aspirin efektif sebagai analgesik. Parasetamol tidak efektif untuk mengatasi inflamasi seperti artritis reumatoid, meskipun dapat dipakai sebagai obat tambahan analgesik dalam terapi antiinflamasi. Parasetamol lebih disukai daripada aspirin pada pasien dengan hemofilia atau dengan riwayat ulkus peptikum dan juga pada mereka yang mengalami bronkospasme yang dipicu akibat aspirin (Katzung, 2002).

d. Efek Samping

Efek samping yang sering terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah (Tjay dan Raharja, 2002). Efek merugikan paling serius akibat overdosis asetaminofen akut berupa nekrosis hati yang fatal. Nekrosis tubulus ginjal dan koma hipoglikemik mungkin juga terjadi (Hardman et al., 2008). Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kg BB) parasetamol (Wilmana dan Gunawan, 2007). Selain itu overdosis dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia.

4. Fisiologi Kerusakan Sel

Reaksi sel terhadap jejas dapat berakibat berbeda, berdasar perbedaan intensitas dan periode jejas. Jejas yang ringan (kurang bermakna) dapat meningkatkan kebutuhan fungsional sel, lalu sel


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mengalami adaptasi (atrofi, hipertrofi, hiperplasi, metaplasi). Setelah jejas reda (hilang) sel akan kembali normal.

Jejas ringan-sedang (sub-letal) akan menyebabkan kerusakan sel yang reversibel. Apabila jejas tidak meningkat intensitas dan periodenya maka sel akan mengalami adaptasi dan kembali normal. Sedangkan bila intensitas dan periode jejasnya meningkat, sel akan mengalami kerusakan ireversibel hingga nekrosis (kematian sel).

Jejas hebat (letal) akan mengakibatkan kerusakan sel yang ireversibel. Kerusakan ini menyebabkan kematian sel jaringan saat individu masih hidup atau nekrosis (Pringgoutomo, 2002).

Adapun tanda-tanda nekrosis sel menurut Price and Wilson (2006):

a. Sel yang mengalami pyknosis intinya terkondensasi dan bertambah basofil, berwarna gelap batasnya tidak teratur.

b. Sel yang mengalami karyorrhexis inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel.

c. Sel yang mengalami karyolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja.

5. Mekanisme Kerusakan Sel Hepar Akibat Induksi Parasetamol

Hepatotoksisitas tidak terjadi sebagai akibat langsung dari parasetamol, tetapi melalui metabolitnya, yaitu N-acetyl-p-benzoquinone


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

imine (NAPQI) (Sherlock and Dooley, 2002). Parasetamol dimetabolisme oleh konjugasi dengan glukoronat dan sulfat. Sebagian kecil dioksidasi menjadi NAPQI oleh aktivitas sitokrom P450. NAPQI didetoksifikasi oleh glutation (GSH) yang kemudian membentuk konjugasi parasetamol-GSH. Ketika terjadi dosis toksis parasetamol, glutation hepar total menurun hingga 90%. Akibatnya metabolit parasetamol tersebut berikatan kovalen dengan sistein. Ikatan kovalen antara metabolit parasetamol dan protein menyebabkan sel kehilangan fungsi atau aktivitasnya bahkan terjadi kematian sel dan lisis. Target organel sel utamanya adalah mitokondria yang berperan dalam produksi energi serta kontrol ion selular, sehingga terjadi transisi permeabilitas mitokondria. Akibatnya adalah penurunan Adenosine Triphosphate (ATP), peningkatan Ca2+ yang bersifat oksidan, aktivasi protease dan endonuklease, serta kerusakan rantai DNA (James et al., 2003).

Aktivitas sitokrom P450 serta transisi permeabilitas mitokondria menyebabkan terbentuknya superoksida, suatu Radical Oxygen Species

(ROS). Pembentukan superoksida yang meningkat menyebabkan reaksi hidrogen peroksida dan peroksidasi melalu mekanisme tipe Fenton. Pada dosis toksis parasetamol terjadi pembentukan NAPQI yang berlebihan, sementara konsentrasi glutation di sel sentrilobular sangatlah rendah, sehingga glutation peroksidase terhambat (James et al., 2003).


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6. Mekanisme Hepatoprotektor Jus Pepaya Terhadap Kerusakan Hepar Akibat Induksi Parasetamol

Kandungan utama jus pepaya yang berperan dalam mencegah kerusakan hati akibat pemberian parasetamol dosis toksik adalah antioksidan. Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan dapat ditemukan pada buah pepaya antara lain vitamin C, vitamin A, vitamin E dan beta-karoten (Hernani dan Raharjo, 2006).

Antioksidan tersebut mampu memberikan elektron kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya stres oksidatif. Di dalam tubuh, antioksidan meningkatkan Total Antioxidant Status (TAS), yang menunjukkan peningkatan kapasitas dan aktivitas total antioksidan dalam tubuh (Almatsier, 2004).

Vitamin E secara khusus berperan menghambat pembentukan lipid peroxide oleh radikal hidroksil yang dibentuk NAPQI melalui mekanisme penangkapan radikal bebas dan metal chelation (Almatsier, 2004)

Beta-karoten sendiri dapat meningkatkan enzim Glutation S Transferase (GST). Enzim GST dapat meningkatkan kadar glutathione

tubuh. Peningkatan kadar glutathione akan mengisi kembali kekosongannya di dalam tubuh dan dapat digunakan untuk konjugasi NAPQI (Frank, 1995).


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

B. Kerangka Pemikiran

Vit. A Vit. C Parasetamol dosis berlebih

Ikatan kovalen dgn makromolekul (nukelofilik) Meningkatkan NAPQI (elektrofilik) Deplesi glutathione Keterangan: : memacu : menghambat Bioaktivasi sitokrom P450 Kerusakan makromolekul Lipid peroxide Radical Oxygen Species (ROS)

Stres oksidatif

Meningkatkan GST di tubuh

Nekrosis sel hepatosit

Kerusakan hepar

Vit. E

Beta-karoten

Peningkatan Total Antioxidant Status

(TAS)

Jus Pepaya

Peningkatan glutathione


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

C. Hipotesis

Pemberian pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) dapat digunakan sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar parasetamol.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan coba di laboratorium.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subyek penelitian

1. Populasi : Mencit jantan dengan galur Swiss webster berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.

2. Sampel : Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus Federer yaitu :

(k-1)(n-1) > 15 (4-1)(n-1) > 15 3 ( n-1) > 15 3n > 15+3


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Keterangan :

k : Jumlah kelompok

n : Jumlah sampel dalam tiap kelompok

Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan sebanyak 7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga penelitian ini membutuhkan 28 mencit dari populasi yang ada.

D. Teknik sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling.

E. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah the post test only control group design

(Taufiqqurohman, 2003).

KK : (-) O0

KP1: (X 1) O1

KP2: (X 2) O2

KP3: (X 3) O3

Gambar 2. Skema Desain Penelitian Keterangan :

KK : (-) = Kelompok kontrol tanpa diberi jus pepaya maupun parasetamol. Pemberian aquades 0,2 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut.

KP1: (X1) = Kelompok perlakuan I yang diberi parasetamol tanpa diberi jus

pepaya. Pemberian aquades peroral sebanyak 0,2 ml/20 gr BB Sampel

Mencit 28 ekor

Dibandingkan dengan uji


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mencit perhari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke-12, 13 dan 14 diberi parasetamol 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari. KP2: (X 2) = Kelompok perlakuan II yang diberi parasetamol dan jus pepaya

dosis I. Pemberian jus pepaya peroral dosis I 0,12 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari 1 jam setelah pemberian jus pepaya.

KP3 : (X 3) = Kelompok perlakuan III yang diberi parasetamol dan jus pepaya

dosis II. Pemberian jus pepaya dosis II yaitu 0,24 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari 1 jam setelah pemberian jus pepaya.

O0 = Pengamatan jumlah inti sel hati yang mengalami nekrosis dari

100 sel di sentrolobuler hepar kelompok kontrol.

O1 = Pengamatan jumlah inti sel hati yang mengalami nekrosis dari

100 sel di sentrolobuler hepar KP1.

O2 = Pengamatan jumlah inti sel hati yang mengalami nekrosis dari

100 sel di sentrolobuler hepar KP2.

O3 = Pengamatan jumlah inti sel hati yang mengalami nekrosis dari

100 sel di sentrolobuler hepar KP3

Pengamatan jumlah inti sel hati yang mengalami nekrosis dilakukan pada hari ke-15.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Pemberian jus pepaya. 2. Variabel Terikat

Kerusakan sel hepar mencit. 3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan Kondisi psikologis dan keadaan awal hati mencit.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Pemberian jus pepaya

Jus pepaya diberikan secara per oral dengan sonde lambung dalam 2 dosis. Dosis I: 122 mg/20 gr BB mencit/ hari yang disetara dengan 0,12 ml diberikan pada mencit KP2. Dosis II: 244 mg/20 gr BB mencit/hari

yang disetara dengan 0,24 ml diberikan pada mencit KP3. Skala

pengukuran variabel ini adalah ordinal. 2. Variabel terikat : Kerusakan sel hepar

Pengamatan jaringan hepar dengan perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh lapang pandang, kemudian dengan perbesaran 400 kali ditentukan daerah yang mengalami kerusakan terberat pada zona III. Dari


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

daerah zona III dengan perbesaran 1000 kali kemudian ditentukan jumlah inti yang mengalami nekrosis dengan ciri-ciri inti pyknosis, karyorrhexis,

dan karyolisis dari 100 sel. Kemudian sel yang mengalami nekrosis dijumlahkan setiap 100 sel. Makin tinggi jumlah sel yang nekrosis berarti kerusakan hepar makin berat. Skala pengukuran ini adalah rasio.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan melalui homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan galur Swiss webster.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan. 3) Umur

Umur mencit pada penelitian ini adalah 2-3 bulan. 4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara berkisar antara 25-28o C.

5) Berat badan.

Berat badan hewan percobaan + 20 gram. 6) Jenis makanan.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis, dan keadaan awal hati mencit.

1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis mencit.

2) Keadaan awal hati mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan hatinya sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit (35 x 25 x 12 cm) 4 buah masing-masing untuk 7 ekor mencit.

b. Timbangan hewan. c. Timbangan obat.

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).

e. Sonde lambung.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi. g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk. i. Kamera digital

2. Bahan.

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a. Parasetamol.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Makanan hewan percobaan (pelet). c. Aquades.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE. e. Jus pepaya.

I. Cara Kerja

1. Dosis dan Pengenceran Jus Pepaya

Dalam 100 gr buah pepaya terdapat kandungan beta-karoten sebanyak 276 µg. Dosis harian untuk manusia adalah 130 µg beta-karoten yang terdapat dalam 47,1 gr jus pepaya (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2005), perhitungannya yaitu 130 µg x 100 gr/276 µg = 47,1 gr. Sedangkan dosis untuk mencit dengan konversi adalah 47,1 gr buah pepaya x 0,0026 = 0,122 gr ≈ 122 mg. Dosis yang akan diberikan adalah sebanyak dua dosis, dengan dosis II merupakan peningkatan dua kali dosis I.

Menurut percobaan yang telah kami lakukan, 122 mg pepaya setara dengan 0,12 ml. Jadi, dosis yang kami berikan adalah 0,12 ml dan 0,24 ml. Jus pepaya yang disondekan adalah jus pepaya yang telah diencerkan dan diberikan selama 14 hari berturut-turut.

2. Dosis dan pengenceran parasetamol

LD-50 untuk mencit secara peroral yang telah diketahui adalah 338 mg/Kg BB atau 6,76 mg/20 gr BB mencit (Alberta, 2006). Dosis parasetamol yang dapat menimbulkan efek kerusakan hepar berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan kematian mencit adalah dosis 3/4


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BB x 0,75 = 253,5 mg/Kg BB = 5,07 mg/20gr BB mencit. Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 9,86 ml, sehingga dalam 0,1 ml larutan parasetamol mengandung 5,07 mg parasetamol.

Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan pada sel hepar berupa nekrosis pada daerah sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian pada mencit. Menurut Wilmana dan Gunawan (2007) pemberian parasetamol dosis tunggal sudah dapat menimbulkan kerusakan sel hepar berupa nekrosis pada daerah sentrolobularis dalam waktu 2 hari setelah pemberian parasetamol.

3. Persiapan mencit

Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan harinya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan. 4. Pengelompokan Subjek

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Selanjutnya subjek dikelompokkan menjadi empat kelompok secara random, dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 mencit. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. KK = Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 0,2 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut.

b. KP1 = Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 0,2


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol 0,1ml/20 gr BB mencit peroral perhari.

c. KP2 = Kelompok perlakuan II diberi jus pepaya peroral dengan dosis

0,12 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dengan dosis 0,1ml/20 gr BB mencit perhari setelah 1 jam pemberian jus pepaya.

d. KP3 = Kelompok perlakuan III diberi jus pepaya dosis II peroral yaitu

0,24 ml/20 gr BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari setelah 1 jam pemberian jus pepaya.

Setiap sebelum pemberian parasetamol dan jus pepaya, mencit dipuasakan dulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian jus pepaya agar jus pepaya terabsorbsi terlebih dulu.


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Sampel 28 ekor mencit

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan 1

Kelompok perlakuan 2

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 0,2 ml jus pepaya

0,12 ml/ 20grBB

Setelah + 1 jam

Parasetamol dengan dosis 0,1ml/ 20grBB pada hari ke 12, 13, 14.

Perlakuan sampai hari ke-14. Pemberian parasetamol hanya dilakukan pada hari ke 12, 13dan 14. Pembuatan preparat pada hari ke-15.

Kelompok Perlakuan 3

jus pepaya 0,24 ml/ 20grBB Skema pemberian perlakuan :

5.

Gambar 3. Skema Pemberian Perlakuan

5. Pengukuran hasil.

Pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra servikalis, kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE. Pembuatan preparat dilakukan pada hari ke-15 agar efek perlakuan tampak nyata. Lobus hepar yang diambil adalah lobus kanan dan irisan untuk preparat diambil pada bagian tengah dari lobus tersebut, hal ini dilakukan untuk mendapatkan


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

preparat yang seragam. Dari tiap lobus kanan hepar dibuat 2 irisan dengan tebal tiap irisan 3-8 um. Jarak antar irisan satu dengan yang lain adalah ± 7 irisan. Pengamatan preparat dengan pembesaran 100 kali untuk mengamati seluruh lapang pandang, kemudian dengan perbesaran 400 kali ditentukan daerah yang akan diamati pada sentrolobuler lobulus hepar dan dipilih 1 daerah yang kerusakannya terlihat paling berat. Selanjutnya, pengamatan dilakukan dengan perbesaran 1000 kali di arah jam 3, 6, 9, dan 12 dari zona sentrolobuler lobulus hepar untuk menentukan jumlah inti yang mengalami nekrosis dari tiap 100 sel.

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Oneway Analysis of Variant (ANOVA). Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 (Riwidikdo, 2007).


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian berupa data rasio, yaitu jumlah inti sel hati yang normal dan mengalami nekrosis (pyknosis, karyorrhexis, dan karyolisis) yang dihitung dari tiap 100 sel di zona III untuk setiap preparat. Hasil pengamatan inti sel hati normal dan yang mengalami nekrosis untuk masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 1. Rata-rata inti sel hepar yang mengalami nekrosis dari 100 sel pada lobulus centralis hati untuk masing-masing kelompok percobaan

Kelompok Inti nekrosis

Mean SD

KK 7,28 1,48

KP I 83,64 2,92

KP II 44,71 2,23

KP III 21,50 2,82

Sumber : Data primer, 2010

Data dari tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, rata-rata jumlah inti sel hati yang nekrosis adalah 7,28 ± 1,48. Pada KP1, rata-rata jumlah inti sel hati yang nekrosis adalah 83,64 ± 2,92. Pada KP2, rata-rata jumlah inti sel hati yang nekrosis adalah 44,71 ± 2,23. Sedangkan pada KP3, rata-rata jumlah inti sel hati yang nekrosis adalah 21,50 ± 2,82.

Pada KP1 yang hanya diberikan parasetamol dengan dosis toksik memiliki jumlah rata-rata inti sel nekrosis yang lebih besar. Sedangkan pada


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

KP2 dan KP3, selain diberikan parasetamol dengan dosis toksik juga diberikan jus pepaya dengan dosis bertingkat, sehingga jumlah rata-rata inti sel nekrosis pun berkurang.

Dari hasil yang didapat, maka dapat dibuat grafik yang menggambarkan rata-rata kerusakan pada empat kelompok mencit, yaitu sebagai berikut :

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

KK KP1 KP2 KP3

Rata-rata jumlah sel hepar yang nekrosis

Gambar 4. Grafik rata-rata jumlah sel hepar yang nekrosis.

B.Analisis Data

Dari data tersebut dilakukan uji distribusi normal dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Hasil Uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Setelah itu dilakukan Uji Oneway ANOVA (α = 0,05). Dari Uji Oneway ANOVA didapatkan hasil nilai p<0,05 sehingga terdapat perbedaan di antara empat kelompok mencit.

Pada perangkat statistik Oneway ANOVA dengan menggunakan program SPSS, di dalamnya terdapat Uji Homogenitas Varian. Dari Uji Homogenitas Varian didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa varian data homogen, sehingga Uji Post Hoc yang dipilih untuk mengetahui letak perbedaan antara


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

empat kelompok mencit adalah Uji LSD. Dari Uji LSD (α = 0,05) diperoleh hasil nilai p<0,05 untuk semua kelompok mencit (lihat lampiran 3). Hasil ini menunjukkan perbedaan yang bermakna antar empat kelompok mencit.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB V PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian jus pepaya sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar dengan parasetamol. Pada tabel 1 dapat dilihat jumlah rata-rata inti sel hepar yang nekrosis, kelompok perlakuan I memiliki jumlah kerusakan sel yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan II dan III. Parasetamol yang diberikan pada kelompok perlakuan I menyebabkan sel kehilangan fungsi atau aktivitasnya bahkan terjadi kematian sel dan lisis. Hal ini terjadi karena parasetamol mengandung radikal bebas yang berpotensi dasar untuk merusak sel. Sedangkan pada kelompok perlakuan II dan III, selain diberikan parasetamol juga diberikan jus pepaya, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari radikal bebas tersebut yaitu dengan mengurangi jumlah kerusakan sel hati. Hal ini disebabkan oleh antioksidan yang terkandung dalam buah pepaya, sehingga kerusakan sel hepar oleh radikal bebas dapat dikurangi. Kerusakan sel hepar mencit diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis, baik inti sel yang mengalami piknosis, karioreksis, maupun kariolisis. Penghitungan inti sel ini dilakukan pada lobulus centralis hati.

Data hasil perhitungan dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam empat kelompok perlakuan (p<0,05). Untuk mengetahui letak perbedaan di antara kelompok, data selanjutnya diuji dengan Uji Post Hoc. Karena dari uji


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Homogenitas Varian diperoleh hasil nilai p>0,05 atau varian data homogen, maka jenis uji Post Hoc yang dipilih adalah Uji LSD. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Inti sel nekrosis, baik inti sel piknotik, karioreksis, dan kariolisis ditemukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kerusakan inti sel hepar pada kelompok perlakuan merupakan proses nekrosis yang disebabkan oleh paparan parasetamol dengan dosis toksik. Pada dosis toksis parasetamol terjadi pembentukan NAPQI yang berlebihan, sementara konsentrasi glutation di sel sentrilobular sangatlah rendah, sehingga glutation peroksidase terhambat dan terbentuknya superoksida, suatu Radical Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan nekrosisnya sel hepar (James et al., 2003). Sedangkan kerusakan inti sel pada kelompok kontrol dapat disebabkan oleh proses apoptosis dan variabel luar yang tidak dapat dikendalikan yaitu keadaan awal hati dari mencit yang sebelum dilakukan perlakuan tidak dapat diketahui kondisinya. Mungkin ada beberapa hepar mencit yang keadaannya sudah mengalami kelainan sebelum dilakukan perlakuan, adanya infeksi selama perlakuan, atau faktor psikologis mencit yang juga dapat mempengaruhi kesehatan hepar mencit.

Hasil uji LSD antara KK-KP1 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini disebabkan karena terjadi kerusakan sel hati pada KP1. Parasetamol yang digunakan dalam dosis toksik mengandung radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.

Hasil uji LSD antara KP1-KP2 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang signifikan juga tampak antara KP1-KP3. Pada grafik 1


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dapat dilihat rata-rata inti sel nekrosis pada KP I sebesar 84, pada KP II sebesar 44,8, dan pada KP III sebesar 21. Hal ini berarti pemberian jus pepaya dapat mengurangi kerusakan sel hepar akibat paparan parasetamol. Menurut Astawan (2009), buah pepaya matang mengandung beta-karoten (276 mikrogram/100 gr),

betacryptoxanthin (761 mikrogram/100 gr), serta lutein dan zeaxanthin (75 mikrogram/100 gr). Vitamin A yang diperoleh dari 100 gr buah pepaya matang berkisar antara 1.094-18.250 SI, vitamin C (62-78 mg/100 gr) dan folat (38 mikrogram/100 gr). Kadar serat per 100 gram buah masak 1,8 gram. Komposisi mineral pada buah pepaya matang juga tinggi, yaitu dominan potasium (257 mg/100 gr) dan sangat sedikit sodium (3 mg/100 gr). Antioksidan berperan penting dalam meredam dampak negatif dari radikal bebas dan peroksidasi lipid sehingga kematian sel hati pun dapat dicegah.

Hasil uji LSD antara KK-KP1 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang bermakna juga tampak antara KK dengan KP2 dan KP3. Hal ini berarti kerusakan sel hepar yang terjadi akibat paparan parasetamol sebanyak 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari belum mampu diperbaiki sampai mendekati normal oleh pemberian jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit perhari, maupun 244 mg/20 gr BB mencit perhari. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel pada kelompok perlakuan II dan III masih mendapat paparan radikal bebas dari parasetamol selama pemberian jus pepaya. Perbedaan yang signifikan tersebut dapat pula disebabkan karena dosis jus pepaya yang masih kurang sehingga dampak negatif dari radikal bebas belum mampu diredam sepenuhnya oleh antioksidan yang terkandung di dalam jus pepaya.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Hasil uji LSD antara kelompok perlakuan II dengan kelompok perlakuan III menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti jus pepaya dengan dosis 244 mg/20 gr BB mencit perhari mampu mencegah kerusakan sel hati lebih baik dibandingkan jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan antioksidan pada jus pepaya dengan dosis 244 mg/20 gr BB mencit perhari lebih banyak daripada jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit perhari.

Dari hasil dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian jus pepaya dapat mencegah kerusakan sel hepar pada mencit yang dipapar parasetamol. Pemberian jus pepaya dengan dosis bertingkat juga terbukti semakin mengurangi jumlah kerusakan sel hepar mencit, walaupun belum mampu mendekati hingga keadaan normal. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan dosis efektif jus pepaya yang dapat mencegah kerusakan sel hati hingga mendekati keadaan normal.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat paparan parasetamol.

2. Peningkatan dosis jus pepaya (Carica papaya L.) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit akibat paparan parasetamol. Namun pada dosis tertinggi hingga 244 mg/20 gr BB mencit perhari belum mampu mencegah kerusakan sel hepar hingga mendekati keadaaan normal.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis jus pepaya yang mampu mencegah kerusakan sel hepar hingga mendekati normal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter selain parameter histologis, misalnya parameter biokimiawi.


(1)

commit to user

empat kelompok mencit adalah Uji LSD. Dari Uji LSD (α = 0,05) diperoleh hasil nilai p<0,05 untuk semua kelompok mencit (lihat lampiran 3). Hasil ini menunjukkan perbedaan yang bermakna antar empat kelompok mencit.


(2)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah pengaruh pemberian jus pepaya sebagai hepatoprotektor terhadap hepar mencit yang dipapar dengan parasetamol. Pada tabel 1 dapat dilihat jumlah rata-rata inti sel hepar yang nekrosis, kelompok perlakuan I memiliki jumlah kerusakan sel yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan II dan III. Parasetamol yang diberikan pada kelompok perlakuan I menyebabkan sel kehilangan fungsi atau aktivitasnya bahkan terjadi kematian sel dan lisis. Hal ini terjadi karena parasetamol mengandung radikal bebas yang berpotensi dasar untuk merusak sel. Sedangkan pada kelompok perlakuan II dan III, selain diberikan parasetamol juga diberikan jus pepaya, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari radikal bebas tersebut yaitu dengan mengurangi jumlah kerusakan sel hati. Hal ini disebabkan oleh antioksidan yang terkandung dalam buah pepaya, sehingga kerusakan sel hepar oleh radikal bebas dapat dikurangi. Kerusakan sel hepar mencit diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis, baik inti sel yang mengalami piknosis, karioreksis, maupun kariolisis. Penghitungan inti sel ini dilakukan pada lobulus centralis hati.

Data hasil perhitungan dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam empat kelompok perlakuan (p<0,05). Untuk mengetahui letak perbedaan di antara kelompok, data selanjutnya diuji dengan Uji Post Hoc. Karena dari uji


(3)

commit to user

Homogenitas Varian diperoleh hasil nilai p>0,05 atau varian data homogen, maka jenis uji Post Hoc yang dipilih adalah Uji LSD. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Inti sel nekrosis, baik inti sel piknotik, karioreksis, dan kariolisis ditemukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kerusakan inti sel hepar pada kelompok perlakuan merupakan proses nekrosis yang disebabkan oleh paparan parasetamol dengan dosis toksik. Pada dosis toksis parasetamol terjadi pembentukan NAPQI yang berlebihan, sementara konsentrasi glutation di sel sentrilobular sangatlah rendah, sehingga glutation peroksidase terhambat dan terbentuknya superoksida, suatu Radical Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan nekrosisnya sel hepar (James et al., 2003). Sedangkan kerusakan inti sel pada kelompok kontrol dapat disebabkan oleh proses apoptosis dan variabel luar yang tidak dapat dikendalikan yaitu keadaan awal hati dari mencit yang sebelum dilakukan perlakuan tidak dapat diketahui kondisinya. Mungkin ada beberapa hepar mencit yang keadaannya sudah mengalami kelainan sebelum dilakukan perlakuan, adanya infeksi selama perlakuan, atau faktor psikologis mencit yang juga dapat mempengaruhi kesehatan hepar mencit.

Hasil uji LSD antara KK-KP1 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini disebabkan karena terjadi kerusakan sel hati pada KP1. Parasetamol yang digunakan dalam dosis toksik mengandung radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.

Hasil uji LSD antara KP1-KP2 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang signifikan juga tampak antara KP1-KP3. Pada grafik 1


(4)

commit to user

dapat dilihat rata-rata inti sel nekrosis pada KP I sebesar 84, pada KP II sebesar 44,8, dan pada KP III sebesar 21. Hal ini berarti pemberian jus pepaya dapat mengurangi kerusakan sel hepar akibat paparan parasetamol. Menurut Astawan (2009), buah pepaya matang mengandung beta-karoten (276 mikrogram/100 gr), betacryptoxanthin (761 mikrogram/100 gr), serta lutein dan zeaxanthin (75 mikrogram/100 gr). Vitamin A yang diperoleh dari 100 gr buah pepaya matang berkisar antara 1.094-18.250 SI, vitamin C (62-78 mg/100 gr) dan folat (38 mikrogram/100 gr). Kadar serat per 100 gram buah masak 1,8 gram. Komposisi mineral pada buah pepaya matang juga tinggi, yaitu dominan potasium (257 mg/100 gr) dan sangat sedikit sodium (3 mg/100 gr). Antioksidan berperan penting dalam meredam dampak negatif dari radikal bebas dan peroksidasi lipid sehingga kematian sel hati pun dapat dicegah.

Hasil uji LSD antara KK-KP1 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang bermakna juga tampak antara KK dengan KP2 dan KP3. Hal ini berarti kerusakan sel hepar yang terjadi akibat paparan parasetamol sebanyak 0,1 ml/20 gr BB mencit perhari belum mampu diperbaiki sampai mendekati normal oleh pemberian jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit perhari, maupun 244 mg/20 gr BB mencit perhari. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel pada kelompok perlakuan II dan III masih mendapat paparan radikal bebas dari parasetamol selama pemberian jus pepaya. Perbedaan yang signifikan tersebut dapat pula disebabkan karena dosis jus pepaya yang masih kurang sehingga dampak negatif dari radikal bebas belum mampu diredam sepenuhnya oleh antioksidan yang terkandung di dalam jus pepaya.


(5)

commit to user

Hasil uji LSD antara kelompok perlakuan II dengan kelompok perlakuan III menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti jus pepaya dengan dosis 244 mg/20 gr BB mencit perhari mampu mencegah kerusakan sel hati lebih baik dibandingkan jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan antioksidan pada jus pepaya dengan dosis 244 mg/20 gr BB mencit perhari lebih banyak daripada jus pepaya dengan dosis 122 mg/20 gr BB mencit perhari.

Dari hasil dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian jus pepaya dapat mencegah kerusakan sel hepar pada mencit yang dipapar parasetamol. Pemberian jus pepaya dengan dosis bertingkat juga terbukti semakin mengurangi jumlah kerusakan sel hepar mencit, walaupun belum mampu mendekati hingga keadaan normal. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan dosis efektif jus pepaya yang dapat mencegah kerusakan sel hati hingga mendekati keadaan normal.


(6)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pemberian jus pepaya (Carica papaya L.) dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat paparan parasetamol.

2. Peningkatan dosis jus pepaya (Carica papaya L.) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit akibat paparan parasetamol. Namun pada dosis tertinggi hingga 244 mg/20 gr BB mencit perhari belum mampu mencegah kerusakan sel hepar hingga mendekati keadaaan normal.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis jus pepaya yang mampu mencegah kerusakan sel hepar hingga mendekati normal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter selain parameter histologis, misalnya parameter biokimiawi.